Mohon tunggu...
KKN MMK 47
KKN MMK 47 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa KKN Mandiri Misi Khusus UIN Walisongo Semarang Kelompok 47

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terancam Punah, Mahasiswa KKN MMK UIN Walisongo Kelompok 47 Mengulik Kembali Kesenian Asli Desa Kalirejo (Kentrung)

17 Agustus 2022   11:47 Diperbarui: 17 Agustus 2022   11:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KALIREJO - Melihat peralihan kondisi zaman sekarang yang tentunya memasuki era digital, banyak anak muda yang sudah tidak tertarik lagi dengan kesenian tradisional kentrung. Bahkan beberapa dari mereka merasa asing dengan kesenian tradisional kentrung. 

Padahal kesenian ini di zaman dahulu sangat menarik dan mempunyai makna yang baik. Pasalnya kesenian kentrung merupakan pertunjukan seni tutur atau lisan tentang cerita-cerita yang mengandung petuah-petuah hidup dan moral.

Pak Masturi - Sebagai tokoh legendaris yang terkenal mahir bermain kentrung di Kudus Jawa Tengah. Berangkat dari sebuah nazar yang diungkapkan oleh seorang tamu (pak suyitno) yang meminta Bapak Masturi bermain kentrung untuk keperluan khitanan anak pak suyitno, beliau mulai menekuni belajar kentrung dengan meminta bantuan ayahnya. Dengan penampilan pertama pak Masturi dalam acara khitanan tersebut,pada akhirnya pak Masturi sering diundang untuk bermain kentrung.

Dokpri
Dokpri
Menurut pak Masturi, kentrung merupakan media dalam berdakwah. Ia berujar dalam kentrung yang merupakan seni tutur tersebut merupakan hiburan sekaligus seruan moral untuk berlaku baik dan positif di dunia ini. “juga mengingatkan akan Maha KuasaNya Sang Pencipta Alam Semesta Ini”, ujarnya singkat. 

Pak Masturi memainkan kentrung dengan menggunakan Instrumen  terbang (ketipung) berdiameter sekitar 27 cm dan juga terbang jidur. Instrumen tersebut sangat membantu dalam bermain kentrung karena selain mengolah kata-kata dalam bertutur juga untuk mendukung lagu-lagu yang dibawakannya.
Kemudian untuk penggunaan kostum saat bermain kentrung, pak Masturi mempunyai ciri khas tersendiri, yakni menggunakan kacamata hitam. Menurut pak Masturi, kacamata hitam selalu dipakai dalang untuk mensiasati ketika sedang berpikir sambil memejamkan mata. “dengan kacamata hitam, penonton tidak tahu kalau kita sedang berpikir sambil memejamkan mata. Pentas dengan memejamkan mata kan tidak bagus, makanya kita selalu menggunakan kacamata hitam, “ tuturnya.

Namun, untuk saat ini pak Masturi sudah jarang sekali mendapat panggilan untuk bermain kentrung. Anak muda zaman sekarang pun bahkan ada yang tidak mengetahui apa itu kesenian kentrung. Salah satu upaya yang sedang dilakukannya adalah dengan berusaha memadukan Kentrung dengan rebana. "Caranya, setiap kali ada tawaran untuk manggung Kentrung, maka yang punya hajat akan kita beritahu bahwa bila plus rebana maka akan semakin meriah," katanya. Kolaborasi ini tentunya tidak akan mengubah secara substansi seni Kentrung tersebut. Pasalnya, sebelum ia pentas Kentrung biasanya akan didahului dengan pembacaan sholawat al-barjanji yang tentunya akan dibawakan orang lain. Selain itu, setiap kali waktu jeda dalam pentas Kentrung, maka akan diselingi dengan lagu-lagu dari grup rebana. "Kan tentunya bermain Kentrung membutuhkan waktu untuk istirahat juga," katanya.

Selain itu, menurut pak Masturi mengenai anak muda di zaman sekarang tidak begitu tertarik dengan kesenian kentrung ini dikarenakan pembawaan kentrung yang diawali dengan bahasa Jawa yang mungkin kurang dipahami oleh sebagian anak muda. 

Maka dari itu, mahasiswa KKN MMK UIN Walisongo Semarang kelompok 47 memberikan solusi untuk bagaimana jika pembawaan awal kesenian kentrung diganti menggunkan bahasa Indonesia yang tentunya dikemas dengan tidak menghilangkan ciri khas dari kesenian kentrung. Selain itu, mahasiswa KKN MMK kelompok 47 juga berupaya untuk mengenalkan kembali kesenian ini kepada anak muda melalui video youtube dengan harapan kesenian ini akan terus berkembang sebagai kesenian asli desa Kalirejo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun