Mohon tunggu...
KKN Kolaboratif Trigonco
KKN Kolaboratif Trigonco Mohon Tunggu... Mahasiswa

Haii Trigoners! Selamat datang di blog resmi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif Kabupaten Situbondo yang bertugas di Desa Trigonco, Kecamatan Asembagus. Blog ini dibuat sebagai media informasi dan dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan yang kami laksanakan selama masa pengabdian di desa ini. Melalui blog ini, kami akan menyampaikan berbagai informasi terkait pelaksanaan program kerja KKN, mulai dari kegiatan harian, pengembangan potensi desa, hingga kontribusi kami dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. Selain itu, blog ini juga memuat refleksi, kesan, dan pengalaman para mahasiswa selama tinggal dan berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Trigonco. Kami berharap keberadaan blog ini dapat menjadi sarana komunikasi yang bermanfaat, tidak hanya bagi kami selaku peserta KKN, tetapi juga bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui perkembangan dan dinamika kegiatan KKN di desa. Semoga informasi yang kami sajikan dapat memberikan inspirasi, menambah wawasan, serta mempererat hubungan antara dunia akademik dan masyarakat. Terima kasih telah berkunjung ke blog kami. Selamat membaca dan mengikuti perjalanan pengabdian kami di Desa Trigonco.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dua Wajah Desa Trigonco: Manisnya Tebu dan Potensi UMKM yang Terbelenggu | KKN-Kolaboratif Kabupaten Situbondo Desa Trigonco 2025

27 Juli 2025   18:55 Diperbarui: 3 Agustus 2025   12:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mahasiswa KKN dengan Dosen Pembimbing Lapangan (Sumber: Aset Pribadi MEDINFO KKN-K Desa Trigonco, 2025).

Pencatatan Keuangan yang Absen. Inilah tantangan paling fundamental. Keuangan usaha dan pribadi masih tercampur dalam satu dompet. Tanpa pencatatan, mustahil mengukur untung-rugi secara akurat, apalagi untuk mengakses permodalan yang lebih besar. 

Namun, penelusuran kami tak berhenti di teras rumah para wirausahawan. Kaki kami melangkah lebih jauh ke hamparan sawah, dan di sanalah kami menemukan sisi lain dari cerita Desa Trigonco.

Di Balik Manisnya Tebu, Ada Dilema Air Belerang

Pemandangan di area persawahan begitu seragam, hamparan hijau tanaman tebu sejauh mata memandang. Awalnya kami kira ini adalah spesialisasi yang menguntungkan. Kenyataannya, ini adalah sebuah keterpaksaan.

"Di sini mau tanam padi atau jagung, susah sekali, Mas. Daunnya pasti menguning lalu mati," ujar seorang petani kepada kami.

Akar masalahnya terletak pada sumber daya paling vital yaitu air. Sumber air irigasi di Desa Trigonco ternyata memiliki kandungan belerang (sulfur) yang tinggi. Kondisi inilah yang memaksa petani hanya bisa menanam tebu, salah satu komoditas yang paling toleran. Monokultur ini, meski menghidupi, sejatinya menciptakan kerentanan yang serius: ketergantungan ekonomi pada harga tebu, minimnya diversifikasi pangan, dan risiko degradasi tanah jangka panjang.

Foto Persawahan Desa Trigonco (Sumber: Aset Pribadi KKN-K Desa Trigonco, 2025)
Foto Persawahan Desa Trigonco (Sumber: Aset Pribadi KKN-K Desa Trigonco, 2025)

Sebuah Kesimpulan Awal

Satu minggu di Desa Trigonco telah mengajarkan kami sebuah pelajaran berharga tentang kompleksitas. Di balik manisnya tebu, ada dilema yang mengikat. Di balik semangat wirausaha, ada potensi yang terbelenggu. Tugas kami di sini bukanlah untuk menyelesaikan segalanya, melainkan menjadi pemantik dan penghubung. Dengan memberdayakan yang ada di hilir dan merintis jalan baru di hulu, kami berharap meninggalkan jejak berupa fondasi harapan. Sebuah fondasi di mana kelak, kesejahteraan desa tidak lagi bertumpu pada satu komoditas, melainkan pada harmoni antara ladang yang subur dan wirausahawan yang makmur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun