Mohon tunggu...
KKN DR 136 UINSU
KKN DR 136 UINSU Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

YOK MEMBACA!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak COVID-19 Terhadap Pendidikan Menghadirkan Metode Daring

13 Agustus 2020   17:31 Diperbarui: 14 Agustus 2020   21:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui bersama untuk menahan penyebaran pendemi Covid-19 di seluruh dunia upaya yang dilakukan pemerintah adalah menutup sementara lembaga pendidikan atau sering kita sebut sekolah yang berdampak pada banyaknya pelajar. Keputusan pahit yang harus  diambil dengan sangat terpaksa untuk menutup sekolah ini guna mengurangi kontak dengan orang-orang dan untuk menyelamatkan hidup. Gangguan dalam proses pembelajaran yang biasanya dilakukan langsung antara guru dan siswa memberikan dampak pada psikologis anak didik. Beban ini ditanggung oleh semua elemen pendidikan dalam memfasilitasi kelangsungan sekolah bagi semua pihak yang terkait dalam pendidikan guna melakukan pembelajaran jarak jauh atau sering kita sebut daring. Karna munculnya Covid-19 ini pembelajaran dilakukan dan dirubah metodenya dengan pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing atau daring.

Yang sedang kita hadapi saat ini pendemi Covid-19 datang secara tiba-tiba dan tanpa bisa diduga serta tanpa aba-aba. Virus ini merupakan musibah terbesar bagi seluruh penduduk yang ada dibumi, ia memberikan banyak sekali dampak sehingga seluruh segmen kehidupan manusia di bumi terganggu, tanpa kecuali pada bidang pendidikan sendiri. Bagaimana mestinya Indonesia ini harus merencanakan, mempersiapkan, dan mengatasi pemulihan Covid 19, untuk menekan kerugian dunia pendidikan di masa mendatang.

Ada banyak sekali dampak yang hadir bagi berlangsungnya pendidikan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Salah satunya adalah seperti yang dirasakan oleh banyak keluarga di Indonesia baik di kota maupun di desa. Dimana di Indonesia banyak keluarga yang kurang akrab atau paham melakukan pembelajaran dari rumah atau daring . Bersekolah di rumah bagi keluarga Indonesia adalah kejutan besar khususnya bagi produktivitas orang tua yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah, yang mana selain mereka juga harus menjalankan tugas mereka secara daring mereka para orangtua juga harus mampu membagi waktu untuk membimbing anak-anak mereka yang harus menjalankan pembelajaran dari rumah atau daring.

Demikian juga dengan problem psikologis anak didik dan seluruh pelajar yang terbiasa belajar bertatap muka langsung dengan guru-guru mereka dan dapat berjumpa dengan teman-temannya. Seluruh elemen pendidikan secara kehidupan sosial terjangkit sakit karena Covid-19. Pelaksanaan pengajaran mau tidak mau harus berlangsung dengan cara online. Proses ini berjalan pada skala yang sebelumnya belum pernah terukur dan teruji sebab belum pernah terjadi. Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar anak didik dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan yang bernama sekolah berhenti secara tiba-tiba akibat gangguan musibah Covid-19.

Kementerian Pendidikan di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim, mengatakan semangat peningkatan produktivitas bagi siswa untuk mengangkat peluang kerja ketika menjadi lulusan sebuah sekolah. Namun dengan hadirnya wabah Covid-19 yang sangat mendadak, maka dunia pendidikan Indonesia perlu mengikuti alur yang sekiranya dapat menolong kondisi sekolah dalam keadaan darurat. Sekolah perlu memaksakan diri menggunakan media daring atau sekolah dilakukan secara online dengan menggunakan alat teknologi seperti handphone,laptop berbagai aplikasi yang digunakan dari alat teknologi tersebut dan lain sebagianya. Namun penggunaan teknologi tersebut bukan tidak ada masalah, banyak jenis masalah yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan metode daring ini, diantaranya adalah :

  • Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa, Kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya dapat paham dalam penggunaan teknologi, seperti bisa kita lihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring dari alat tekonologi yang digunakannya. Begitu juga dengan siswa yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi. Tidak semua bisa menggunakan dan menjalankan penggunan teknologi dengan baik dan semestinya.
  • Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai, Perangkat pendukung teknologi jelas harganya mahal. Seperti contoh banyaknya alat tekonologi yang digunakan dalam pembelajaran daring yaitu handphone dan laptop harganya tidaklah murah dan mudah dijangkau bagi semua kalangan. Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang bisa dikatakan sebagian menghawatirkan, apalagi dengan siswanya. Kesejahteraan guru maupun siswa yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini menghambat untuk menjalankan tuntutan daring tersebut.
  • Akses Internet yang terbatas, jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan baik Sekolah Dasar maupun sekolah menengah dan lainnya dapat menikmati internet dengan kata lain tidak semua baik guru maupun siswa dapat mengakses jaringan internet yang stabil ditempat tinggalnya. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampu mengkover media daring. Seperti banyaknya keluhan-keluhan khususnya yang tinggal di desa soal gangguan signal dan lainnya.
  • Kurang siapnya penyediaan Anggaran , Biaya juga sesuatu yang menjadi penghambat karena aspek kesejahteraan guru dan siswa masih jauh dari harapan. Ketika guru dan siswa  menggunakan kuota internet untuk memenuhi kebutuhan media daring mereka, maka jelas mereka tidak sanggup membayarnya atau merasa keberatan karna penggunaan terus menerus. Ada kesulitan dan keraguan dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri pendidikan memberikan semangat produktivitas harus melaju, namun disisi lain kecakapan dan kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang sama. Negara pun belum hadir secara menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan biaya yang dimaksudkan demi kecukupan dalam proses daring ini.

Ditulis Oleh : Risva Agustina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun