Dusun Segelan, Balesari -- 13 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Asal Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapang Rizki Maulana Ishaq, SP., MP, melaksanakan program kerja berupa pembuatan Biopori, Tong Pembakaran Sampah Minim Asap dan Briket Arang yang berbahan dasar limbah, baik organik maupun anorganik seperti tong bekas yang ada di sekitar Desa. Kegiatan tersebut dilakukan pada tanggal 13 Juli 2025 yang berlangsung di Dusun Segelan, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, dengan berkolaborasi bersama Karang Taruna RT 2, RW 11.
Ketiga Program Kerja tersebut merupakan bagian dari Upaya dalam mewujudkan keberlanjutan pertanian yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbungan Ekonomi), 9 (Infrastruktur, Industri dan Inovasi), dan 15 (Menjaga Ekosistem Darat), dengan melalui sinergi antara mahasiswa dan masyarakat setempat termasuk karang taruna. Program kerja ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah yang dapat menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi genangan air yang dapat mencegah terjadinya banjir, sekaligus juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memanfaatkan limbah organik seperti limbah dapur.
Kurangnya penanganan terhadap limbah, terutama limbah dapur yang rata-rata di buang di sungai mati, diabaikan atau bahkan dicampur dengan limbah anorganik kemudian dibakar menjadi salah satu permasalahan yang dapat mencemari lingkungan, sekaligus juga dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air.
Kegiatan Pembuatan Biopori yang berbahan dasar bambu merupakan salah satu inovasi dengan memanfaatkan bambu yang melimpah di lingkungan sekitar, termasuk di Dusun Segelan. "kalau semisal menggunakan pipa paralon, itu jauh lebih awet dibandingkan dengan bambu" ujar Pandu selaku penanggung jawab kegiatan biopori. Pandu menjelaskan bahwasannya pipa paralon merupakan salah satu bahan yang sudah umum digunakan karena ketahanannya, namun salah satu warga mengemukakan. "Kalau pakai pipa memang lebih awet mas, tapi kalau di sini ya mas, kondisi perekonomian warga itu rata-rata menengah ke bawah, jadi kalau pakai bambu yang umumnya memang sudah melimpah itu sudah bener mas, jadi warga tidak perlu beli pipa, selain itu warga juga bisa menggunakan alat sederhana seperti tatah (alat pahat) buat melubangi, kalau pakai pipa kan harus bor, dan warga yang punya alat bor itu ya sedikit mas" ujarnya. Sehingga, pemanfaatan bambu menjadi bahan utama pembuatan biopori diharapkan dapat mempermudah dan dapat direalisasikan oleh masyarakat setempat dalam menjaga lingkungan.
"Tidak hanya dapat menjaga lingkungan tetap bersih, biopori ini kalau sudah minimal 2 bulan, itu limbah organik yang dibuang ke dalam biopori akan menjadi kompos" Ujar Pandu. Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat menanam tanaman mawar di pekarangan rumah, kompos yang dihasilkan dari biopori dapat dimanfaatkan untuk tanaman mawar warga.
Selain itu, terdapat juga program kerja berupa pembuatan tong pembakaran sampah minim asap dengan memanfaatkan tong bekas sebagai alat yang dapat meminimalkan asap dan menjaga lingkungan tetap bersih. "Biasanya orang-orang kalau sampahnya tidak dibakar, ya dibuang di sungai yang udah mati mas" ujar salah satu warga setempat. Keberadaan tong pembakaran sampah selain sebagai tempat khusus pembakaran, dapat juga berperan sebagai tempat perapian untuk menghangatkan suhu. "Di daerah sini kan dingin kalau malam, jadi tong ini juga bisa buat perapian biar warga yang biasanya ronda malam tidak kedinginan di pos" ujar Jihan selaku penanggung jawab proker tong pembakaran.
Selain sebagai tempat pembakaran, keberadaan tong pembakaran diharapkan dapat membantu warga yang bekerja sebagai pembuat tusuk sate dari bambu dapat membuang dan membakar limbah serutan bambu ke dalam tong. "Pembuatan briket arang ini, hanya perlu menggunakan bahan dasar dari abu serutan bambu yang biasanya dibuang" Ujar Safiq selaku penanggung jawab proker briket arang.