Mohon tunggu...
KKN MIT Posko 72
KKN MIT Posko 72 Mohon Tunggu... UIN Walisongo Semarang

Kami adalah Kelompok KKN MIT ke-20 Posko 72 UIN Walisongo Semarang yang bertempat di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KKN UIN Walisongo Semarang Ramaikan Pementasan Wayang Kulit dan Tradisi Merti Dusun Dlisem dengan Kebersamaan

30 Agustus 2025   17:15 Diperbarui: 30 Agustus 2025   17:23 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pementasan Wayang Kulit dan Merti Dusun Dlisem (Sumber: Muhammad Haikal Kamal)

Tengaran, Selasa Pon (19/8/2025) - Dusun Dlisem, Desa Cukil, Kecamatan Tengaran kembali menghidupkan tradisi tahunan Merti Dusun. Acara yang mengangkat kearifan lokal ini tidak hanya menampilkan pagelaran wayang kulit sebagai bentuk pelestarian budaya jawa, tetapi juga wadah berkumpulnya warga dalam nuansa syukur dan kebersamaan. Keikutsertaan mahasiswa KKN MIT UIN Walisongo Posko 72 semakin menambah semarak acara, sekaligus menunjukkan peran generasi muda dalam menjaga warisan budaya. 

Merti Dusun Dlism telah menjadi tradisi turun-temurun yang dilaksanakan setiap tahun pada hari Selasa Pon. Menurut Kepala Dusun Dlisem, Supriyono, acara ini merupakan agenda tetap yang dinantikan warga.

Rangkaian kegiatan dimulai pukul 07.00 WIB dengan acara kenduren bersama dan penyampaian laporan keuangan yang bersumber dari iuran masyarakat. Usai kenduren, acara dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB dini hari.

"Proses kegiatan dimulai dari jam 07.00 WIB pagi yaitu kenduren dan laporan keuangan dikarenakan acara tersebut berasal dari iuran warga dusun dlisem, lalu dilanjutkan dengan acara wayang yaitu habis dzuhur di jam 14.00 WIB sampai jam 04.00 WIB, " jelas Bapak Supriyono. 

Perkembangan tradisi ini terlihat dari perubahan lokasi acara. Pak Supriyono mengungkapkan, sebelumnya acara dipusatkan di kediamannya, namun tiga tahun terakhir tempatnya digilir antar RT. Meski demikian, esensi tradisi seperti penempatan sesajen tetap dipertahankan. 

Sesajen yang terdiri atas padi, jagung, dan kelapa - hasil bumi warga ditempatkan di titik-titik strategis seperti pertigaan jalan, sumber mata air, dan sekitar panggung wayang. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur atas rezeki dari alam serta doa untuk keselamatan dan harmoni bersama. 

"Dulu pelaksanaan merti dusun dilakukan di rumah saya, tetapi tiga tahun terakhir ini tempatnya digilir per RT. Selain itu, kami juga tetap menyiapkan sesajen berupa padi, jagung, dan kelapa dari hasil bumi yang ditempatkan di pertigaan, sumber air, serta di sekitar panggung wayang," ungkapannya.

Antusias warga, terutama generasi muda, tampak begitu besar dalam menyambut merti dusun ini. Bagi mereka, merti dusun bukan sekadar hiburan, melainkan juga kesempatan untuk berkumpul bersama. Walaupun minat terhadap wayang kulit mulai berkurang, semangat kebersamaan tetap terasa kuat.

Bapak Supriyono berharap Merti Dusun dapat terus lestari meski tantangan zaman semakin besar. "Dulu pernikahan atau sunatan identik dengan pagelaran wayang kulit, namun sekarang tradisi itu mulai hilang. Saat ini, wayang kulit hanya bisa kita saksikan dalam merti dusun. Maka dari itu, budaya ini harus tetap dijaga agar tidak hilang dan bisa terus diwariskan untuk generasi mendatang," ungkapannya.

Dokumentasi Partisipasi Mahasiswa KKN Menyaksikan Wayang Kulit (Sumber: Muhammad Haikal Kamal)
Dokumentasi Partisipasi Mahasiswa KKN Menyaksikan Wayang Kulit (Sumber: Muhammad Haikal Kamal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun