Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ratu Elizabeth II dan Cara Orang Inggris Merayakan Kematiannya

10 September 2022   14:11 Diperbarui: 12 September 2022   07:25 2762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratu Elizabeth II meninggal dunia dalam usia 96 tahun, pada Kamis (8/9/2022) waktu setempat. | Chris Jackson/Getty Images

"The Queen is dead, long live the King!"

Proklamasi tradisional itulah yang saat ini sedang bergema di seluruh kawasan Britania Raya dan negara-negara yang tergabung dalam Alam Persemakmuran di bawah naungannya, untuk menandai kematian Elizabeth Alexandra Mary.

Ratu Elizabeth II telah menghembuskan napas terakhir dalam usia nyaris seabad alias 96 tahun, pada Kamis, (8/9/2022), waktu setempat.

Menurut informasi Istana Buckingham, sang ratu penguasa terlama di Britania Raya ini dilaporkan telah menderita apa yang mereka sebut "masalah mobilitas episodik" sejak akhir tahun lalu. Akibat kondisinya itu, sang ratu diminta untuk mengurangi agenda dalam acara publik.

Sesuai gelar resminya, Ratu Elizabeth II merupakan Elizabeth ke-2 yang pernah menyandang gelar ratu dalam kerajaan Inggris. Terhitung selama tujuh dekade dia menjabat, yang menjadikan dirinya sebagai ratu terlama dalam sejarah. Dia melampaui jabatan Ratu Victoria, yang memerintah Inggris selama 63 tahun.

Elizabeth naik takhta pada tahun 1952, usai kepergian ayahnya, Raja George VI. Kala itu ia memimpin Inggris di tengah banyaknya pergolakan global, kemelut politik domestik, serta gejolak internal dalam lingkup keluarga kerajaan, yang akhirnya memaksa untuk diadakannya modernisasi monarkhi secara radikal.


Dia memerintah Britania Raya serta 16 negara Persemakmuran ketika usianya baru menginjak 27 tahun. Tak hanya itu, Ratu Elizabeth II juga merupakan ketua dari 54 anggota Alam Persemakmuran serta Gubernur Agung Gereja Inggris.

Sang ratu memiliki 4 anak, 8 cucu, dan 12 cicit. Suaminya, Pangeran Philip, Duke of Edinburgh, meninggal dunia pada 9 April 2021, dalam usia 99 tahun, atau setahun sebelum kepergiannya.

Pangeran Charles, saat berusia 4 tahun, bersama Ibu Suri serta Putri Margaret dalam upacara penobatan ibunya.| AFP via ABC.net.au
Pangeran Charles, saat berusia 4 tahun, bersama Ibu Suri serta Putri Margaret dalam upacara penobatan ibunya.| AFP via ABC.net.au

Selogan "The Queen is dead, long live the King!" juga menandai suksesi kekuasaan dari tangan Elizabeth II kepada pewaris takhta, yang juga anaknya, Charles Philip Arthur George. Orasi senada dahulu juga pernah bergema pada tahun 1901, ketika Edward naik ke takhta tertinggi kerajaan, setelah meninggalnya Ratu Victoria.

Kepergian ratu atau raja di Inggris Raya, juga akan menjadi penanda atas lahirnya pemerintahan yang baru. Nantinya akan ada rangkaian prosesi pemakaman sang ratu dan upacara pengukuhan raja baru, yang disebut dengan Operasi Spring Tide untuk menobatkan Raja Charles III.

Meksipun begitu, Charles kemungkinan tak akan dimahkotai setidaknya selama beberapa bulan ini. Sebab, dahulu, sang ibu, Elizabeth, baru akan dinobatkan 18 bulan kemudian, pada Juni 1953.

Protokol Kematian Sang Ratu

Tidak seperti raja dan pemimpin negara kebanyakan, protokol kematian seorang ratu/raja di Inggris sudah disiapkan jauh sebelum hari kematiannya. Adapun bagi Ratu Elizabeth, usai 70 tahun bertakhta, protokol kematiannya sudah dirancang sejak tahun 1960-an atau 62 tahun lalu, ketika dirinya bahkan masih hidup.

Dalam melakukan penyesuaian dengan kondisi di internal ketajaan serta faktor eksternal tertentu sesuai perkembangan, protokol kematiannya telah disesuaikan beberapa kali. Setidaknya dalam setahun, pejabat berkepentingan akan berkumpul dua-tiga kali guna memperbarui agenda tersebut.

Ada dua protokol yang sudah disiapkan kerajaan, yakni Operation London Bridge serta Operation Unicorn. Salah satu poin yang menjadi pembeda di antara kedua protokol itu, adalah lokasi di mana Ratu Elizabeth II meninggal.

Operation London Bridge akan diaktifkan jika ia meninggal di Istana Buckingham, Inggris. Namun, karena ia wafat tatkala tengah berada di area Skotlandia, maka skenario protokol yang akan digunakan adalah Operation Unicorn.

Sebelum meninggal, Elizabeth memang acap tinggal di Istana Holyroodhouse, di area terpencil di dataran tinggi Balmoral, Skotlandia. Andai sang ratu meninggal di sana, maka Istana Holyroodhouse serta Katedral St. Giles akan menjadi titik fokus utama dalam mempersiapkan rangkaian upacara kematiannya sebelum kemudian dibawa ke Inggris.

Hebatnya, kedua protokol rumit ini tak hanya disiapkan guna mengatur prosesi upacara kematian Ratu Elizabeth, tetapi juga mengatur setiap detail agenda yang harus diterapkan oleh anggota kerajaan, pejabat pemerintah, masyarakat umum, atau siapa saja yang hendak hadir serta terlibat pada seremonial.

Merayakan Kematian Sang Ratu

Apabila merujuk Operation Unicorn yang diendus oleh media, segera setelah Ratu Elizabeth dinyatakan meninggal, dewan kerajaan mempunyai hotline staf untuk mendistribusikan berita serta instruksi kepada semua pegawai kerajaan, untuk mempersiapkan prorokol kematiannya. Sebagian besar anggota staf istana dan entitas lainnya akan dikumpulkan usai pengumuman dibuat.

Semua pejabat di Inggris, termasuk di antaranya perdana menteri, sekretaris kabinet, dan Kantor Dewan Penasihat juga akan diinformasikan, yang diikuti dengan pengumuman resmi ke publik. Lantas, instruksi penundaan seluruh agenda parlemen juga akan diumumkan setidaknya hingga 21 September 2022.

Segera setelah kabar duka diumumkan kepada publik, bendera setengah tiang akan dikibarkan di area Kastil Windsor, Inggris. Langkah yang sama juga akan dilakukan seluruh masyarakat Inggris sebagai simbol hari berkabung nasional. Bendera setengah tiang itu, akan tetap dikibarkan sampai jam 8 pagi, setelah pemakaman Elizabeth selesai digelar.

Untuk melengkapi prosesinya, tembakan kehormatan dengan meriam (gun salute) akan dilontarkan sebanyak 96 kali sesuai usia Ratu Elizabeth semasa hidup, untuk menghormati kepergiannnya. Agenda itu telah dilakukan pada hari jumat, pukul 1 siang waktu setempat, di Hyde Park dan di Menara London. Langkah yang sama juga akan dilakukan di sejumlah wilayah di Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara.

Pada hari yang sama, lonceng-lonceng di seluruh penjuru Inggris akan dibunyikan. Gereja-gereja katedral akan mengadakan kebaktian dan refleksi untuk mengenang kepergian sang ratu, mulai pukul 6 sore.

Sementara mengenai waktu pemakaman, Istana Buckingham belum mengeluarkan informasi. Namun, pemakaman raja atau ratu di inggris, biasanya digelar sepuluh hari setelah kematian mereka.

Sebagai bagian dari rangkaian Operasi Unicorn, parade kematian Ratu Elizabeth akan melalui proses yang amat panjang dan kompleks sebelum dia dikebumikan. Prosesi pemakamannya dimulai dengan meninggalkan area Balmoral menuju ke kediaman raja/ratu di Skotlandia, Istana Holyroodhouse, yang ada di Edinburgh, dalam beberapa hari mendatang.

Peta Istana Holyroodhouse dan Katedral St. Giles di Edinburgh, Skotlandia. | Google/Getty via BBC.com
Peta Istana Holyroodhouse dan Katedral St. Giles di Edinburgh, Skotlandia. | Google/Getty via BBC.com

Dari sana, ia akan dibawa dalam prosesi di Katedral St. Giles, yang mana dirinya akan dibaringkan kurang lebih selama 24 jam. Hal itu memungkinkan masyarakat untuk melihat peti matinya, sebelum kemudian ia dipindahkan ke London.

Peti matinya akan dibawa menggunakan kerata kerajaan (Royal Train) di stasiun Waverley. Para pelayat akan berkumpul di stasiun-stasiun sepanjang perjalanan jalur utama pantai timur guna melempar bunga tanda berkabung, ke kereta yang membawa jenazah sang ratu.

Tak seperti pemakaman Pangeran Philip, yang digelar di Kastil Windsor, rangkaian pemakaman Ratu Elizabteh bakal digelar di Westminster Abbey. Setelah peti mati tiba di London, ia akan disemayamkan di Westminster Hall selama kira-kira empat hari sebelum pemakamannya.

Peta Westminster Hall dan Westminster Abbey, London, Ingris. | Google via BBC.com
Peta Westminster Hall dan Westminster Abbey, London, Ingris. | Google via BBC.com

Di Westminster Hall, masyarakat umum, akan diperbolehkan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang ratu. Diprediksi ada lebih dari 200 ribu orang yang hadir pada prosesi pemakamannya.

Peti mati Ratu Elizabeth kemudian akan diletakkan di atas platform yang dikenal sebagai "catafalque" di bawah atap kayu abad pertengahan. Di setiap sudut peron akan dijaga oleh tentara dari unit yang melayani Rumah Tangga Kerajaan.

Jenazah Ratu Elizabeth akan menjalani fase perjalanan terakhirnya di Kapel St. George, di Kastil Windsor. Peti matinya akan diturunkan ke Royal Vault sebelum dikebumikan di Kapel Peringatan Raja George VI.

Jenazah suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip, yang meninggal pada April 2021, akan dipindahkan dari Royal Vault agar keduanya bisa berbaring bersama.

Ayah Ratu, Raja George VI, dan Ibu Suri dimakamkan di tempat yang sama. Abu saudara perempuannya, Putri Margaret, yang meninggal pada tahun 2002, juga disimpan di sana.

Semua anggota keluarga kerajaan akan menghadiri sekuens upacara sakral itu, termasuk anak-anaknya, Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew, dan Pangeran Edward, begitu pula William dan Harry.

Kepala negara dari seluruh dunia akan turut bergabung dengan para anggota keluarga kerajaan itu guna mengenang jasa sekaligus melepas kepergian Ratu Elizabeth untuk yang terakhir kalinya.

Masyarakat dapat menyaksikan prosesi tatkala parade melewati jalanan. Massa diperkirakan akan berbaris sepanjang 37 kilometer jalan antara Biara dan Kastil Windsor ketika peti matinya dibawa ke situs pemakaman terakhirnya dengan mobil jenazah.

Layar lebar disediakan di Royal Parks London agar publik yang tak memiliki akses masuk, tetap dapat menyaksikan jalannya upacara. Kabarnya prosesi itu juga akan disiarkan secara global.

Setelahnya, hari pemakaman sang ratu akan ditetapkan sebagai Hari Berkabung Nasional, meski bukan hari libur resmi. Momen mengheningkan cipta selama 2 menit bakal dilangsungkan di seluruh daratan Inggris pada tengah hari.

Kematian seorang raja/ratu di kerajaan Inggris, terakhir kali terjadi pada tahun 1952 silam, sehingga prosedur kematian yang dahulu digunakan, mungkin sudah tidak lagi relevan pada abad ke-21. Bisa jadi ke depannya akan ada banyak detail protokol yang disesuaikan atau diubah.

Prosesi itu akan membawa perubahan serta penyesuaian yang sangat radikal bagi masyarakat Britania Raya. Untuk menghormati jasa sang ratu, juga akan ada banyak kegiatan bisnis yang harus dihentikan sementara waktu. Sejumlah aktivitas liga-liga olahraga di Inggris juga akan mengalami nasib yang sama, termasuk Liga Inggris Premier League.

Kepergian Ratu Elizabeth dan penobatan Raja Charles III diprediksi akan menelan biaya hingga miliaran paun. Semua alat-alat pemerintahan kerajaan Inggris yang melibatkan simbol Ratu Elizabeth bakal turut diganti dengan identitas raja yang baru. Lagu resmi kerajaan God Save The Queen akan mendapat penyesuaian lirik menjadi God Save The King, seperti saat sebelum Ratu Elizabeth II naik takhta.

Sumber artikel: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun