Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jangan Takut Putus, Hati Dibuat untuk Hancur

12 Januari 2021   08:23 Diperbarui: 12 Januari 2021   08:41 2441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patah hati. | esme.com via shutterstock.com

Setiap orang ingin jatuh cinta, tapi tak semuanya siap patah hati. Biar bagaimanapun juga, semua orang pasti akan menghadapi keduanya.

Menghindari jatuh cinta adalah hal yang hampir mustahil bagi seorang manusia. Selama dia tidak tinggal seorang diri di hutan belantara, jatuh cinta merupakan sebuah keniscayaan.

Akan tetapi, bukan berarti kamu harus hidup di pedalaman hutan supaya tidak jatuh cinta. Pasalnya, Tarzan sekalipun, bisa jatuh cinta tatkala bertemu dengan sosok wanita yang baru pertama kali dia temui, Jane. Jadi, mengisolasi diri tidak pernah menjadi solusi yang efektif agar terhindar dari godaan cinta.

Tidak peduli seberapa dalam kamu bisa menyelam. Tidak peduli seberapa tinggi kamu bisa terbang. Tak peduli seberapa jauh kamu bisa berlari. Sekeras apapun dirimu menghindar. Cepat atau lambat. Kamu akan tetap jatuh cinta suatu saat.

Dirimu bukanlah tanaman, apalagi batu. Selama materi penyusun organ tubuhmu masih tersusun dari senyawa protein dan masih menginjakkan kaki di muka bumi, kamu akan terjatuh di dekapan cinta.

Setiap manusia merupakan produk yang disemai oleh orang tua dari bibit-bibit cinta. Tanpa cinta, hidung mungilmu itu tidak mungkin menghirup aroma alam semesta. Kamu adalah cinta itu sendiri.

Kapan terakhir kali kamu jatuh cinta, seabad silam? Setahun lalu, kemarin? Atau, hari ini? Masih ingat rasanya?

Jangan pernah membohongi diri sendiri dengan berkata, "Aku anti sama hal-hal yang berbau cinta-cintaan. Aku bukan bucin (budak cinta)". Hentikan omong kosongmu itu, Kisanak! Hentikan!

Setidaknya sekali dalam seumur hidup, kamu pasti merasakan indahnya jatuh cinta. Kamu pasti merasakan bagaimana hatimu berdebar-debar tatkala bertemu dengannya. Merasakan bagaimana detik jam seakan berjalan jauh lebih cepat dari sebelumnya. Setiap orang akan "bucin" pada waktunya.

Your Brain on Love. | Liveli.com
Your Brain on Love. | Liveli.com
Saat jatuh cinta, hormon-hormon tubuh semacam adrenalin, dopamin, seretonin, dan oksitosin akan membanjiri area otak. Neurokimia tersebut terkait erat dengan perasaan bahagia dan penghargaan. Hal itu kemudian bisa memberikan respons positif secara biologis dan psikologis.

Gairah cinta yang kamu rasakan ketika sedang berbunga-bunga, sama dengan seseorang yang mengalami kecanduan narkotika. Bisa dibayangkan efek yang muncul saat kamu patah hati atau saat cintamu bertepuk sebelah tangan?

Ya, efeknya identik dengan orang yang mengalami putus zat atau sakaw. Cinta adalah candu. Tidak mengherankan jika efek yang bisa ditimbulkan cinta serupa dengan ketergantungan pada narkotika.

Biar bagaimanapun, setiap orang yang jatuh cinta, suatu saat pasti akan patah hati juga, tidak peduli apapun alasannya. Memang begitulah hukum alam bekerja. Keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal itulah yang harus kamu sadari saat sedang bahagia-bahagianya merasakan jatuh cinta.

Bahkan, seorang pujangga asal Irlandia, Oscar Wilde, pernah berujar, "Hati dibuat guna dihancurkan, itulah kenapa Tuhan mengirimkan kesedihan ke dunia." Benar apa kata Wilde, hati memang diciptakan untuk dihancurkan berkali-kali.

Idealnya, jika kamu memang siap jatuh cinta, kamu juga siap untuk patah hati. Bisa jadi kamu ditinggalkan waktu lagi sayang-sayangnya atau dicampakkan ketika dia menemukan yang lebih baik darimu. Sebagaimana jatuh cinta, patah hati juga bekerja dengan cara misterius.

Tidak jarang orang yang menilai bahwa menyembuhkan hati yang patah adalah dengan cara menemukan cinta yang baru. Beberapa orang memang bisa "move on" dengan menemukan belahan hati yang baru, tetapi sebagian lainnya tidak, atau setidaknya sulit.

Bagi mereka yang patah hati dan susah "move on", menemukan cinta yang baru tak ubahnya menabur garam pada luka sayatan yang terbuka. Akan timbul rasa perih karena luka yang lama saja belum benar-benar sembuh.

Patah hati. | Sarah Jane Souther/TED ideas.ted.com
Patah hati. | Sarah Jane Souther/TED ideas.ted.com
Hal itu seirama dengan apa yang pernah dirasakan Julia Roberts, "aku berharap, aku menjadi gadis kecil lagi karena lutut yang terluka jauh lebih mudah diperbaiki daripada patah hati." Apa yang ia katakan memang benar, memperbaiki hati yang terluka tidak lebih mudah dibandingkan dengan menyembuhkan luka fisik.

Terkadang, saat satu orang pergi, seluruh dunia tampak kosong. Dunia di sekitarmu tidak lagi sama. Tanpa kehadiran dirinya, kamu seakan merasa menjadi orang yang paling menderita di alam semesta.

Umat manusia sudah mengalami putus cinta selama ribuan tahun. Akan tetapi, sebagian besar dari kita masih memakai mekanisme pemulihan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan para pendahulu kita, yakni waktu, dukungan sosial, alkohol, dan narkoba.

Seiring dengan perkembangan zaman, tidak banyak yang berubah dengan cara kita dalam memulihkan diri dari situasi dan pengalaman buruk akibat patah hati.

Kesalahan terbesar kita, tulis Guy Winch dalam bukunya "How to Fix a Broken Heart", yakni dengan menganggap satu-satunya upaya yang dapat kita lakukan untuk memulihkan sakitnya patah hati adalah memberinya waktu.

Ya, waktu memang dapat membantu, sama halnya dukungan sosial. Namun, studi terbaru menemukan bahwa ada langkah lain yang lebih efektif untuk meredakan rasa sakit emosional yang diakibatkan oleh kegagalan cinta.

Alih-alih melupakan, kondisi patah hati malah membuat sebagian besar orang melakukan hal sebaliknya. Kita justru melakukan suatu hal yang memperkuat perasaan cinta kita. Misalnya, stalking akun media sosial mantan, mengenang kembali momen indah bersama, atau menatap foto-foto saat masih bahagia.

Sebuah studi yang dirilis di Journal of Experimental Psychology menemukan bahwa agar bisa pulih dari derita patah hati, kamu harus mengurangi perasaan cinta kepada mantan terlebih dahulu.

Kamu bisa memulai dari menyingkirkan barang-barang bisa yang mengingatkan kamu kepada mantan pasangan. Buang atau bakar saja. Bisa juga disumbangkan ke panti asuhan atau orang-orang yang membutuhkan di luar sana. Anggap saja beramal sembari melupakan mantan.

Lebih lanjut, para peneliti menegaskan bahwa hanya penilaian negatif terhadap mantan yang benar-benar efektif dalam mengurangi perasaan cinta meski hal itu terkadang meningkatkan perasaan tidak nyaman. Namun, upaya tersebut jauh lebih baik daripada perasaan menderita yang diakibatkan putus cinta.

Buatlah sebuah daftar dosa mantan dan kekurangan dari hubungan yang pernah kamu jalin dengannya, kemudian simpan daftar itu di gawai kamu. Kapanpun kamu teringat momen indah bersama dia, baca daftar tersebut untuk mengingatkan diri sendiri bahwa mantanmu ternyata tidak sesempurna yang kamu pikirkan selama ini, begitu pula dengan hubungan kalian.

Di luar kisah cintamu itu, kamu masih memiliki orang tua, teman, serta hobi yang akan membantumu untuk move on. Selain itu, kamu juga memiliki cita-cita dan karier yang harus kamu wujudkan.

Jangan pernah berpikir bahwa jodohmu belum terlahir atau bahkan sudah punah. Yakinlah, di antara 7,5 milyar manusia di luar sana, salah satunya adalah jodohmu.

Kamu yang memiliki kuasa atas hatimu sendiri. Jangan biarkan orang lain yang menguasainya. Jika memang hubungan sudah tidak bisa dilanjutkan, putuskan saja, kemudian segeralah move on!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun