Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Insting Tajam Player Scout di Balik Sinar Para Pemain Bintang

6 September 2020   04:08 Diperbarui: 6 September 2020   08:25 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi player scout | thefootballfaithful.com

Mungkin nama mereka tidak setenar para pemain sepak bola. Pun tak akan pernah meraih trofi dan penghargaan. Namun, atas jerih payah merekalah para talenta muda berbakat bisa mengejar mimpinya.

Aktivitas transfer dan pengembangan talenta muda menjadi salah satu faktor penentu kejayaan sebuah klub sepak bola. Tanpa analisis yang tajam nan matang saat membeli pemain, bisa berpotensi pada kerugian yang dialami oleh klub.

Begitu pula saat akan merekrut pemain muda dari akademi di seluruh dunia, pengamatan bakat-bakat tersebut harus dilakukan secara mendalam karena mereka merupakan aset terbesar klub. Bahkan bagi sejumlah tim Eropa, pemain berbakat menjadi salah satu unit bisnis lewat aktivitas di bursa transfer.

Jika pembinaan talenta muda di akademi adalah pondasi sebuah klub, maka player scout merupakan rangka pondasinya. Hal ini cukup beralasan, sebab pengamatan bakat muda yang cermat oleh player scout juga akan menentukan arah dan tujuan klub di masa depan.

Ada dua jenis pemandu dalam sepak bola (football scout), yakni tactical scout (pengintai taktik) serta player scout (pemandu bakat pemain). Dalam artikel kali ini saya akan mengulas player scout yang berjasa atas lahirnya para pemain bintang di dunia sepak bola.

Player scout adalah mereka yang memiliki keahlian di bidang football scouting dan mengemban tugas utama dalam mencari serta menganalisis para talenta berbakat untuk kemudian diberikan kontrak di klub.

Lazimnya mereka bekerja di bawah direktur sepak bola. Namun, tak semua player scout bekerja di klub, sebagian lainnya bekerja untuk scouting agency.

Pekerjaan mereka layaknya mencari berlian di dalam kubangan batu kapur karena untuk menilai seorang pemain bukan perkara mudah, terlebih di usia pemain yang masih belia.

Seorang Player scout dituntut mampu menggunakan insting tajam dan analisis yang cermat untuk memprediksi aspek performa pemain di masa depan. Apakah ia mampu berkembang seiring waktu atau apakah tenaganya akan dibutuhkan sesuai filosofi permainan tim.

Mereka akan mendasarkan penilaiannya pada faktor teknis seperti individual skill, akurasi umpan, decision making, shooting, positional awareness, kecepatan, duel udara, visi permainan, strength, kerja sama dan lain sebagainya tergantung dari posisi pemain.

Tak hanya dari aspek teknis, penilaian juga meliputi sikap dan perilaku pemain di dalam maupun di luar lapangan. Bahkan tak jarang pula pekerjaan mereka diidentikkan dengan detektif, karena mereka harus melakukan background checks untuk mengetahui kebiasaan pemain-pemain incaran di luar lapangan.

Setiap klub elite di dunia selalu memiliki player scout yang dipekerjakan penuh waktu dengan cakupan scouting network internasional yang luas. Sementara pada level klub yang lebih kecil, pencarian pemain hanya dilakukan dalam lingkup regional yang lebih sempit.

Menurut ESPN, pengendus bakat di klub sepak bola paling sedikit digaji 600 euro (Rp 9,7 juta) per bulan. Untuk player scout penuh waktu, gaji mereka tentu lebih besar. Tidak jarang pula mereka akan menerima insentif dari hasil penjualan pemain yang telah mereka temukan.

Melansir Bleacherreport, klub La Liga peraih 6 trofi Liga Europa, Sevilla, memiliki 700 pemandu bakat tersebar di seluruh dunia. Semua itu didesain untuk mengendus talenta berbakat sebelum klub-klub kaya merebutnya. Akademi Sevilla ala Monchi kini bersaing ketat dengan La Masia milik Barcelona dan La Fabrica binaan Real Madrid.

Seiring perkembangan zaman serta kapitalisasi di dalam dunia sepak bola modern. Aktivitas football scouting kini juga melibatkan kemajuan teknologi digital.

Sampel scouting report dari striker Velez Sarsfield Maximiliano Romero yang disajikan oleh platform analisis sepak bola Instat | instatsport.com
Sampel scouting report dari striker Velez Sarsfield Maximiliano Romero yang disajikan oleh platform analisis sepak bola Instat | instatsport.com
Sejak tahun 2010-an, platform analisis data statistik sepak bola seperti Instat, Scout7, dan WyScout bisa memudahkan klub untuk berburu pemain incaran.

Mereka mengklaim memiliki database lebih dari 160.000 pemain di seluruh dunia. Selain statistik pemain, layanan mereka juga dilengkapi dengan video pertandingan pemain bersangkutan.

Sebelum adanya platform analisis sepak bola, gim manajer sepak bola Football Manager (FM) sudah terlebih dahulu memiliki jaringan pemandu bakat yang luas. Menurut The Sun, saat ini FM telah memiliki sekitar 1000 player scout di seluruh dunia untuk menunjang database pemain di gim besutannya.

Pada 2008 FM menjalin kerja sama eksklusif dengan Everton untuk menyajikan basis data pemain secara global yang memudahkan The Toffees menganalisis pemain bidikan mereka sebelum kemudian merekrutnya.

Terlepas dari teknologi yang digunakan, seorang player scout akan menghadiri sebanyak mungkin pertandingan untuk mengevaluasi target mereka secara langsung, baik di level domestik maupun internasional. Mereka akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, lantas membuat laporan analisis para pemain yang mereka amati.

Kabarnya di laga perempat final Liga Europa Benfica melawan Eintracht Frankfurt pada 2019 lalu, setidaknya ada 20 pemandu bakat tim-tim elite Eropa yang hadir di Estadio da Luz.

Mulai dari Barcelona, Manchester United, Arsenal, Chelsea, Juventus, hingga Bayern Munchen melakukan pengamatan pada Joao Felix. Tak heran jika akhirnya Felix diboyong dengan banderol yang sangat fantastis oleh Atletico Madrid.

1. Juni Calafat, 2. Sven Mislintat, 3. Piet de Visser, 4. Kenneth Butter | diolah dari berbagai sumber
1. Juni Calafat, 2. Sven Mislintat, 3. Piet de Visser, 4. Kenneth Butter | diolah dari berbagai sumber
Dari sekian pemandu bakat, ada nama Juni Calafat yang menjadi The Godfather atas sederet pemain muda potensial yang berlabuh ke Real Madrid. Dilaporkan oleh The Telegraph, Calafat tengah menjadi incaran sejumlah klub-klub raksasa Premier League.

Pemain potensial seperti Vinicius Junior, Rodrygo, Martin Odegaard, dan Fede Valverde menjadi bukti atas kinerjanya. Sebagai kepala tim player scout Real Madrid, Juni memiliki insting tajam untuk membaca para pemain muda yang berpotensi menjadi bintang di Santiago Barnabeu.

Carles Rexach dan Lionel Messi | infobae.com
Carles Rexach dan Lionel Messi | infobae.com
Bergeser ke kubu rival. Andre Cury adalah sosok di balik talenta muda Brasil seperti Neymar dan Arthur Melo dalam skuat Barcelona.

Jauh sebelum Andre, Barca memiliki Carles Rexach yang telah menemukan pemain paling berbakat di muka bumi, Lionel Messi, dua dekade yang lalu. Tanpa jasa besar Rexach guna membawa La Pulga ke Camp Nou bisa jadi Barca tidak sesukses saat ini.

Berpindah ke Jerman. Klub berjuluk The Black and Yellow berhutang banyak pada Sven Mislintat. Atas jasanya, Borussia Dortmund menjelma menjadi tim yang sangat ditakuti di Jerman dan benua Eropa.

Sebut saja Hummels, Shinji Kagawa, Aubameyang, Lewandowski, Gundogan, Christian Pulisic, Jadon Sancho, hingga Ousmane Dembele, yang merupakan hasil "ketajaman mata" dari Mislintat sebelum akhirnya ia pindah ke Arsenal dan kini menjabat sebagai direktur sepak bola Stuttgart.

Dari beberapa nama yang telah saya sebutkan di atas, mungkin nama Piet de Visser menjadi player scout yang paling legendaris. Di usianya yang menginjak 85 tahun, Visser masih menjabat sebagai senior advisor bagi Roman Abaramovich di Chelsea.

Pria asal Belanda itu berjasa besar kala menemukan dua legenda Brazil, Romario dan Ronaldo, saat masih bekerja untuk PSV Eindhoven. Sejak tahun 2005, ia menjadi pemandu bakat bagi Chelsea. Nama-nama seperti Robben, Essien, Kalou, Alex, Mikel, Courtois, De Bruyne, dan Lukaku adalah rekomendasinya.

Meski sama-sama memulai karier di Negeri Kincir Angin, Kenneth Butter adalah player scout kelahiran negeri kita tercinta, Indonesia. Sosok kelahiran 22 November 1957 lalu di Plaju, Sumatera Selatan ini merupakan aktor di balik penemuan bakat Giorginio Wijnaldum ketika sang pemain baru berusia 8 tahun di Akademi Sparta Rotterdam.

Kiranya fans Liverpool di Indonesia patut berterima kasih pada Butter karena pemain temuannya sukses melesakkan dua gol Liverpool ke gawang Barcelona hingga akhirnya The Kop berhasil menjadi juara di Liga Champions 2018/19. Selain Wijnaldum, ada Kevin Strootman, Jetro Williams, dan Anwar El Ghazi yang juga merupakan hasil ketajaman intuisi dari Butter.

Di Indonesia sendiri, kita telah lama mengenal sosok Indra Sjafri. Selain sebagai seorang pelatih tersohor, ia juga merupakan pemandu bakat yang andal.

Indra dikenal sebagai seorang pelatih yang tak pernah segan langsung terjun ke pelosok-pelosok Indonesia untuk mencari talenta-talenta muda berbakat guna mengisi materi skuat Timnas di level kelompok umur.

Pelatih yang pernah membawa Timnas U-19 juara Piala AFF U-19 2013 ini adalah aktor utama di balik "mutiara-mutiara" terpendam seperti Evan Dimas, Ilham Udin, Hansamu Yama, Juni Antara, serta Egy Maulana Vikri yang kini berlabuh di klub Polandia, Lechia Gdansk.

Selain Indra, Indonesia juga mempunyai 2 legenda hidup Timnas Inggris Dennis Wise dan Des Walker. Mereka menjabat sebagai direktur teknik dan pelatih Garuda Select. Selain jabatan struktural, keduanya juga bertugas menjaring bakat muda Indonesia untuk diproyeksikan ke dalam skuat Garuda Select.

Mereka telah bergabung sejak PSSI mulai bekerja sama dengan Super Soccer untuk pembinaan talenta muda lewat Garuda Select II pada tahun 2019 lalu.

Selain nama-nama yang telah saya sebutkan, masih banyak player scout ternama lainnya seperti Steve Walsh yang pernah bekerja di Leicester dan Chelsea. Kemudian Damien Comolli yang jasanya sempat dipakai Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal. Ada pula Francis Cagigao yang mengabdi di Arsenal.

Pemandu bakat memegang peranan yang sangat krusial bagi klub maupun otoritas sepak bola. Para pemain bertalenta yang mereka temukan bisa saja meninggalkan klub ataupun dijual. Namun, itu tidak berlaku bagi player scout, mengingat insting serta ketajaman intuisi mereka yang sulit tergantikan.

Atas jasa orang-orang seperti Piet de Visser, Carles Rexach, dan Indra Sjafri inilah kita dapat menyaksikan aksi gocekan dari El Phenomenon, La Pulga, dan Si Kelok Sembilan dalam indahnya alunan orkestra sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun