Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Mengapa Menolak Hari Valentine Sudah Tidak Relevan Lagi!

14 Februari 2020   14:55 Diperbarui: 14 Februari 2020   15:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap 14 Februari selalu ramai trending topic Twitter mengenai hari Valentine, saat ini tagar #valentinebukanbudayakita sedang hangat. Mengapa penolakan hari Valentine dengan embel-embel budaya asing dan penolakan agama laku keras? apakah penolakan itu masih relevan dengan jaman?

Setiap tanggal 14 februari selalu ada yang berbeda tapi tetap sama dijagat kehidupan manusia. "Piye sih sama tapi beda"? kenapa berbeda, ya karena spektrum warna-warni hari ini didominasi warna merah kasih sayang dan coklat. Gak kaya warna psikologis kamu, tiap hari feeling blue alias selalu galau dan sedih. Ya bertebarannya ungkapan cinta, hadiah bunga mawar dan coklat (bukan coklat Rp. 500,-an) menjadikan kedua barang itu laku keras dipasaran.

Momen Valentine day ini selalu menjadi trending topic di Google Trends dan Twitter di Indonesia. Hal tersebut karena saking banyaknya atensi publik terhadap hari raya yang berawal dari festival Roma Lupercalia itu. Trends ini tidak hanya dihadirkan oleh pasukan pro hari romantis dan orang yang (mungkin) lebih terbuka terhadap budaya lain. Tetapi algoritma juga ikut di-godog oleh pasukan yang kontra.

Mereka menolak kebudayaan yang dianggap sumber kebebasan nafsu ini dengan penjelmaan konservatisme kebudayaan, ingin menjunjung tinggi budaya dalam agamanya, alasan pemborosan, dan ketakutan akan hal-hal negatif pada perayaan ini. Kaum kontra yang sebagian menggunakan dalih agama bersepakat menolak valentine dengan tagar #valentinebukanbudayakita.

Sik, menolak budaya barat di Indonesia dengan tameng salah satu ajaran kebudayaan khas timur tengah. Lah, serius menolak budaya bangsa lain tapi kok pilih-pilih. Ah aku enggak mau pernyataanku dianggap tendensius untuk memojokan agama. Mungkin dibenaknya, pertama, menolak Valentine demi keamanan warga negara dari gangguan iblis yang menyebarkan virus sange dan memicu seks bebas dan kehamilan yang tak bertanggung jawab.

Memang kenapa kalau seks bebas? Ya mungkin kegiatan ini bakal menghianati kesakralan pernikahan dan di agama juga dilarang. Karena pelarangan tersebut muncul semacam label: nakal dan hina, bagi mereka yang melakukan hubungan seks dengan pasangan yang tidak sah. Akhirnya banyak yang mengutuk perilaku yang sering dianggap tidak terpuji ini.

Tetapi, kalau melakukan seks bebas dengan asas suka-sama-suka dan dikehendaki dua pasangan yang ingin bercinta sambil ena-ena kenapa harus dilarang keras? Toh dalam hukum pidana juga tidak dilarang. Asalkan hubungannya bertanggung jawab, tidak melanggar hak orang lain, dan bersedia menerima konsekuensinya. Justru orang-orang yang menentang keras dan bahkan sampai menggerebek pelaku seks bebas yang sebenarnya bisa dikategorikan melanggar hak.  

Lagian, orang melakukan seks bebas juga tidak mengenal tanggal. Kalau libido mereka sedang memuncak pada tanggal 2 bulan Agustus, ngapain harus nunggu sampai tanggal 14 Februari buat menyalurkan hasratnya? Jadi menolak keras hari Valentine di Indonesia dengan menuduh sebagai ajang seks bebas lebih baik di evaluasi lagi aja deh. Toh banyak juga tokoh (kelihatannya alim-alim) yang ikut meramaikan kazanah per-esek-kan duniawi tanpa menunggu hari Valentine.

Alasan kedua, dilarang beberapa agama. Ya benar sih karena di islam-pun tidak diajarkan merayakan sesuatu diluar syariat atau ketentuannya. Menurut pandangan ini tuhan selalu memberikan cinta dan kasihnya setiap hari. Jadi tanpa harus menunggu hari kasih sayang sudah ada ribuan cinta setiap hari.

Dalam Surat Al-Insan Ayat 24 juga dijelaskan, "Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Bagi muslim yang taat dan konservatif, alasan tersebut dapat diterapkan untuk menolak hari Valentine karena ada landasan yang jelas. Namun bagi seorang muslim moderat maupun orang islam yang sangat menjunjung tinggi plurarisme kenapa harus dipaksa untuk menghindari hari Valentine?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun