Mohon tunggu...
Aira Kinanthi
Aira Kinanthi Mohon Tunggu... -

Menikmati fase pendewasaan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tulisan Pertamaku di Kompasiana

3 Mei 2014   22:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit yang saya tangkap pandangan mayoritas tentang hidup, dan saya tergolong orang yang tidak memperhatikan apa orang bilang tentang saya. Mereka tidak berjalan di jalan yang saya lalui, kenapa saya harus mendengarkan mereka? Bukan berarti saya orang yang tertutup akan saran dan kritik, saya melihat semuanya tapi saya bisa menentukan mana yang perlu saya lihat dengan cermat, dan mana yang harus sekedar tau saja,saya hanya mendengar apa yang mengarahkan saya kepada yang menurut saya baik dan saya nyaman.

Ketika kamu sedang berjalan di satu lorong dengan jubah di siang panas menyengat, ada orang yang berkata “hei apa kau gila menggunakan jubah di jalan pada siang terik ini” saya abaikan. Ada lagi yang berkata “hei tidakkah kau gerah dan merasa aneh?” saya tersenyum, dan menjawab “tidak”. Ada yang berkata “apakah alasanmu?” saya menjawab “saya nyaman, dan saya suka merasa gerah dan berkeringat karena akan membuat kulit saya bersih. Memang tidak nyaman mungkin kelihatannyatapi ini pilihan saya dan ini yang saya rasa baik untuk saya yang akhirnya itu membuat saya nyaman saja”

“Jika itu alasanmu, mengapa kamu tidak menggunakan jaket saja supaya tidak terlalu aneh dan tujuanmu saya rasa tetap terpenuhi”

“aku rasa kamu benar”

Mau tidak mau, kita hidup bersama dengan manusia lainnya dan suara mayoritas adalah suara yang mau tidak mau harus didengar, dan secara natural pemikiran minoritas yang kita miliki harus bekerja ekstra, dimana untuk satu sisi memenuhi nafsu mayoritas dan memuaskan hasrat pemikiran minoritas yang kita miliki. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk paham dan mengerti maksud dan tujuan kita karena itulah ada toleransi, dan kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menjangkau apa yang kita telah gali, karena kenyamanan mereka ada pada galian mereka sendiri, seberapa masing-masing melakukan pencapaian, kita tidak bisa memaksanya menggali lebih dalam atau lebih dangkal.

Saya pernah membaca suatu buku dan mendapat kata-kata yang bagus sayangnya saya lupa bukunya “Pada dasarnya kepercayaan kita dibangun atas dasar apa yang ingin kita percayai”. Dulu saya sangat nyaman atas pemikiran mayoritas, saya bermimpi untuk mempercepat kuliah dan segera lulus, mengumpulkan uang, usaha sendiri, sambil bekerja di perusahaan, membeli rumah, membawa serta mamaku dan aku akan jadi orang sukses, menikah, punya anak dan mendidik mereka, kami bahagia. Bukan impian yang buruk, itu bagus dan mayoritas orang pasti memiliki impian yang sama. Impian itu telah aku genggam erat dan berhasil membuat aku menyelesaikan semua tanggungan mata kuliahku di semester 6, dan menyisakan skripsi saja, namun disinilah pola pikirku mulai berubah dan aku akhirnya menentukan untuk memprioritaskan hal lain.

Sukses bukan hanya tentang materi dan pencapain yang baik di mata mayoritas orang, sekarang saya berpikir bahwa kematangan pola pikir jauh lebih penting diatas semua yang telah saya impikan. Karena kematangan pola pikir adalah pondasi atas apa yang akan dibangun secara tengibel, bukan menganggap materi itu tidak penting. Tapi kesuksesan secara tengibel itu bisa runtuh tanpa kesuksesan secara intengibel, namun jika kita sudah sukses secara intengibel yakni dengan kata lain adalah matang secara pola pikir maka si tengibel itu tadi akan mengikuti. Akhirnya saya mendapatkan jawaban, apa yang saya lihat selama ini, mengapa para orang-orang pintar yang berpikir minoritas itu hidup secara sederhana padahal mereka mampu, mengapa ada orang yang hidup kurang dari cukup itu bisa beramal melebihi orang yang sangat berkecukupan. Ternyata ini soal prioritas, dan fase nyaman mereka ada disana. Ada yang damai dan nyaman dengan kehidupan mewah, merampas hak orang lain (baca: koruptor) kalo boleh beropini saya sebenarnya kasian dengan orang-orang ini, mengapa sedangkal itu memandang kebahagiaan dan memaknai hidup, haha mungkin saja dia juga kasian melihat gadis yang hidup pas-pasanseperti saya. Tapi alhamdulillah saya sangat bersyukur atas apa yang saya jalani, dan miliki sekarang ini. Buat saya hidup saya luar biasa indah. Lagi-lagi saya hanya beropini dan kembali pada pribadi masing-masing. Sudah menentukan apa yang membuat diri-sendiri itu bahagia?

Kalau boleh mengakui satu hal, sebenarnya saya merasa sangat gugup saat ingin meng-upload tulisan ini haha please ga usah dibayangin gimana gugupnya orang ngetik, mungkin saya bukan penulis yang baik dan saya hanya ingin memuaskan diri dengan menumpahkannya ke dalam tulisan dan alhamdulillah kalo bisa menginspirasi orang lain lewat pengalaman-pengalaman hidup saya yang ketika senggang dan sempat menulis akan saya bagikan

Saya memberanikan diri tanpa ketrampilan menulis dan mempublish tulisan-tulisan saya nantinya adalah karena kalimat ini;

“Orang berani mungkin tidak hidup selamanya, tapi orang yang berhati-hati tidak hidup sama sekali”- Richard Branson

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun