Mohon tunggu...
Nuri_Nurzikri
Nuri_Nurzikri Mohon Tunggu... Jurnalis - travelers, Motorist, Penyuka Buku, penikmat Kopi

Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidupku. dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia-Ali bin abuThalib.ra

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ujian, Teguran, atau Hukuman? Selama itu Engkau yang Berkehendak, Aku Kan Sabar

24 Maret 2024   16:24 Diperbarui: 24 Maret 2024   19:36 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ya Allah, aku tawakal selama Engkau memberikan kekuatan pengendalian bathin dan jiwa ini. engkau maha sabar terhadap ciptaanMu, maka berikanlah padaku kemampuan untuk "menangkap" hikmah dari kebesaranMu. melalui hikmah itu terbukalah bagiku jalan dari titik kedukaan menjadi keimanan yang berbuah kebahagiaan. Dan aku nisbat-kan segala hal yang buruk yang menimpaku dikarenakan kelalaianku sendiri atas semua perintahmu ya rabb

suatu sore istriku menghampiri sambil berkata "pah,.. aku harus cek up deh...". emang,.. kenapa de? aku membalas nya dengan pertanyaan. istriku tidak menjawab pertanyaanku, hanya terlihat sebersit wajah khawatir tergambar dari rautnya, sambil menelungkupkan tangannya didada. dirasakan ada benjolan sebesar telur di payudara.

singkat cerita kami akhirnya mendatangi klinik faskes 1 untuk meminta rujukan dokter ahli bedah di rumah sakit kawasan karawaci. dari observasi, scan Mamae dan pemeriksaan lainnya ditemukan Tumor di payudara istriku. setelah berbicara panjang lebar dokter menyarankan pengangkatan melalui pembedahan.

sebagai pasutri kami termasuk yang memiliki konsern terhadap kebersihan, kesehatan bahkan sering berolah raga berdua untuk menjaga kesehatan. kami juga alergi terhadap hal-hal yang berbau rumah sakit. diagnosa ini merupakan bantingan, pukulan dalam perjalanan kehidupan kami. dibawah sadar kami menolak kenyataan ini.

menolak vonis, kami putuskan untuk mencoba mencari dokter lain sebagai upaya banding, mendapatkan second opinion. dirumah sakit yang sama tentunya dengan biaya sendiri. bukannya meringankan kekhawatiran, dokter ahli bedah kedua menyampaikan pernyataan : "penyelesaian permasalahan  (tumor) ibu harus dengan pisau bedah di meja operasi"...

"ya Allah..." aku bergumam sambil menghembuskan nafas...  aku tidak tega dan ikut merasakan kekhawatirian istriku. 30 tahun mengenalnya, dan sangat memahami sifatnya aku ikut terpukul. pahit manis berjuang bersama pasang surut rumah tangga sudah dilalui. dan... kenyatan ini sangat menekan dan membuat kami khawatir. di usia kami (istri 48 dan aku 50 tahun) engkau hadapkan kami pada kenyataan ini. terakhir aku berurusan dengan meja operasi adalah saat harus mengurus bedah operasi ibundaku tahun 2020 dan itulah yang akhirnya merenggut ibu dari sisi kami. aku sangat membeci hal-hal yang berbau rumah sakit, operasi.  trauma kehilangan orang terkasih belum hilang sampai saat ini.

ogah menyerah, kami mengunjungi Rs.Dharmais sebagai langkah pamungkas. kami kompak melawan kenyataan, bahkan dalam otaku sudah terbentuk peta rencana dan skenario untuk bagaimana mencari solusi menghadapi kondisi istriku. dari yang rasional, spiritual, holistik, medis maupun herbalist.

Rumah sakit Dharmais. seumur hidup ini kali kedua aku mengunjunginya. awal dulu waktu menjenguk famili, yang terkena cancer tahun 2014 dan sekarang langsung mengantar istri untuk berobat. ratusan kali melewati komplek rumah sakit ini ketika masih aktif bekerja baru ini harus berurusan berkunjung untuk urusan kesehatan pribadi. walaupun cukup bagus, kategori tingkat pelayanan tinggi dengan akreditasi sempurna, aku setengah "melayang" mendatangi fasilitas ini. menggandeng tangan istriku aku masuk loby dan diterima oleh staf Rumah sakit yang ramah, informatif sangat membantu. bahkan beliau (yang sudah cukup usia) mengantarkan kami meninggalkan pos tugasnya hanya untuk memastikan kami mendatangi dokter yang tepat untuk kasus istri saya.  dokter ahli bedah onkologi. pelayanan yang prima, tutur kata yang mengayomi dan informasi yang jelas, sangat menurunkan ketegangan dan kekhawatiran kami. kami apresiasi atas pelayanan rumah sakit ini. 

dengan sabar dan penuh perhatian dokter ketiga rumah sakit Dharmais memberikan penjelasan yang menyeluruh dari A sampai Z terkait sakit yang diderita istri saya. termasuk juga menjelaskan plus-minus segala tindakan dan resiko yang perlu disiapkan untuk dihadapi. Penjelasan dokter ahli bedah onkologi ini menuntaskan pemahaman kami yang tetiba dipaksa menjadi peneliti partikelir dengan banyak melahap berbagai artikel informasi terkait Kista-Tumor-Cancer dari berbagai literatur.

cukup sudah. dalam perjalanan pulang kami berdiskusi dan sedikit memiliki kekuatan untuk menerima keputusan atas kenyataan yang dihadapi. setengah menyerah akhirnya istri memutuskan akan menghadapi saja keputusan dengan pisau bedah diatas meja operasi. kami merapihkan berbagai dokumen insiasi operasi yang memang sebelumnya sudah disiapkan awal di rumah sakit Karawaci. hasil cek laboratorium scan mamae, surat rujukan operasi sudah siap. tinggal cek jantung dan mamography yang masih perlu dilakukan sebelum operasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun