Mohon tunggu...
Nuri_Nurzikri
Nuri_Nurzikri Mohon Tunggu... Jurnalis - travelers, Motorist, Penyuka Buku, penikmat Kopi

Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidupku. dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia-Ali bin abuThalib.ra

Selanjutnya

Tutup

Politik

Covid-19, Rasisme, dan Pilpres Amerika

19 April 2021   09:40 Diperbarui: 19 April 2021   09:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Jason Leung on Unsplash

Didalam Rubrik Kompasiana saya telah mengutip tinjauan literatur yang diterbitkan oleh "wellness and healthy magazine" terbitan Februari 2020 yang menjelaskan Covid-19 adalah tipe baru dari SARS-CoV2. pertama kali diketahui di Wuhan, provinsi Hubei  Negeri China. dan pada 2 Maret 2020 telah menginfeksi 90.308 orang dengan jumlah kematian mencapai 3.087 jiwa (6%) dan pasien yang mencapai kesembuhan sebanyak 45.726 orang. data menunjukan keseluruhan pasien sebanyak 66% penderita pernah berkaitan atau berhubungan dengan pasar seafood atau pasar-pasar umum di Wuhan. penelitian sample isolat pasien Wuhan menunjukan adanya infeksi Corona Virus jenis beta corona virus Tipe baru. pada tanggal 11 Februari 2020 penemuan itu dilabeli "2019 novel Coronavirus" (2019-nCoV).

Ketika Covid-19 merebak di Amerika dan banyak menginfeksi warganya saat itu Presiden yang menjabat adalah Donald Trump. perang dagang antara Amerika dan China mewarnai perkembangan penyebaran Pandemi. dalam wawancara pers dengan gedung putih, Trump mengancam China dengan usulan akan menerapkan Tarif Bea Masuk atas export China ke US. Trump dengan bukti yang kuat pula menuding bahwa Institute Virologi Wuhan merupakan Laboratorium yang pertama kali menyebarkan virus Covid-19. Donald Trump patut cemas dengan kondisi Amerika yang dihantam Pandemi Covid-19. Lembaga internal Amerika memprediksikan perkembangan ekonomi US akan minus 6% akibat hantaman Covid-19 ini.

Mengutip berita dari Kompas.com Belakangan bahwa Kepala Tim WHO Peter Ben Embarek mengatakan, sangat tidak mungkin virus corona menyebar karena ada kebocoran dari laboratorium di Kota Wuhan. dan berdasarkan data yang didapat WHO, pasar grosir makanan laut di Huanan, Wuhan, bukan sumber asli wabah virus corona. Namun apa daya, perang tuduhan antar kedua negara terlanjur mengemuka. Ibarat luka sayatan pedang bisa sembuh namun luka akibat kata-kata sulit ditarik kembali. Dampak dari ucapan Donald Trump yang menyebutkan Covid-19 sebagai "Virus China" dan juga di ikuti pejabat federal lainnya yang mengistilahkan covid-19 dengan sebutan "Kung-Flu" memicu sentimen anti Asia di Amerika. Diberitakan dari berbagai platform media lokal maupun internasional marak terjadi serangan terhadap warga etnis Asia di Amerika. Kejadian ini bahkan berujung pada kematian.  Dalam perspektif lain, seorang penulis berita untuk jaringan Univision dan The New York Times menjelaskan bahwa sekelompok kecil masyarakat Amerika namun agresif menolak menerima kenyataan bahwa negara itu (US)  pada akhirnya terdiri dari berbagai etnis (bangsa) dan dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Dan ketika seorang Donald Trump secara tidak adil menyalahkan seluruh kelompok etnis atas merebaknya Covid-19 maka akibatnya memicu diskriminasi dan kekerasan terhadap warga dari Asia.

Berbagai Akibat yang timbul dari sentimen rasial karena Covid-19 adalah, Januari 2021 di San Fransisco seorang warga berasal dari Thailand berusia 84 tahun ditabrak oleh seorang pria 19 tahun tanpa sebab. Akhirnya meninggal. Di Oakland seorang warga di Pecinan berusia 91 tahun di dorong hingga terjerambab oleh seorang pria berusia 28 tahun. Sebuah organisasi yang dibentuk bernama Asian American and Pacific Islander disingkat AAPI menerima laporan sebanyak 2.808 tentang kekerasan yang diduga kejahatan rasialisme terhadap komunitas Asia di 47 negara bagian dan Distric Columbia.  

Dalam informasi lain, melalui wawancara jarak jauh dengan Kenalan di lembaga pendidikan  menggunakan platform WA, saya mendapatkan penjelasan dari K.Abdullah yang berasal dari Indonesia yang bermukim di Fayetteville, Arkansas.  Abdullah menjelaskan bahwa masalah (problem) Rasial di Amerika memiliki sejarah panjang, jauh sebelum sekarang ini. Masih segar ingatan tokoh Malcolm X yang mewakili kelompok Afro American yang berjuang melawan ketimpangan perlakuan rasial.  juga tokoh lainnya. Belum lagi pada abad 19 di Amerika yang juga pernah melakukan kekerasan Rasial terhadap kelompok Latin. Lebih jauh abad 18 diskriminasi juga menimpa mereka yang dari Italia dan Irlandia. Abdullah menjelaskan umumnya Euro-America memiliki mental "superior" terhadap bangsa lain. Ini ditanamkan dalam bawah sadar mereka sejak kecil. Lebih lanjut Abdullah menyebut banyak warga Amerika yang terbatas Informasinya terkait hal-hal yang menjadikan mereka cepat menyimpulkan terhadap sesuatu. Namun jika sudah memahami dan mendapatkan informasi yang jelas, mereka biasanya akan menjadi lebih faham dan lebih demokratis. Banyak salah informasi selama ini yang tertanam dalam fikiran orang Amerika yang didapat dari hasil rekayasa Film-film holywood sehingga terkadang penilaian terhadap sesuatu menjadi Bias. Abdullah melengkapi penjelasannya bahwa ditempatnya diwilayah Selatan Amerika umumnya masyarakatnya ramah dan terbuka. belum terdengar ada insiden penyerangan atau kekerasan rasialis. Pandemi Covid-19 meningkatkan sentimen rasial dengan tambahan retorika politik dari Donald Trump menyebabkan kekerasan rasial terhadap Asian semakin mengemuka tutup Abdullah.

Pilpres Presiden Amerika memenangkan Joe Biden sehingga duduk di tampuk kekuasaan USA dan dilantik pada bulan Januari 2021. Pada bulan itu juga, Presiden Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif yang mengutuk serangan-serangan kejahatan Rasial tersebut dan tanpa menyebut namanya, mengkritik mantan Presiden Donald Trump dan pejabat federal lainnya yang berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China" atau "Kung flu". Semoga fenomena kekerasan rasial ini bisa surut dan selesai ditangan presiden baru Amerika. Semoga negara demokrasi terbesar dunia ini bisa menghadapi New Normal dengan Presiden baru dan dengan kebijakan yang baru yang menepiskan isu Rasial sebagai jualan politik.

Sumber literatur

https://teachingamericanhistory.org/library/document/the-race-problem-in-america/

https://www.nytimes.com/2021/03/05/opinion/international-world/anti-asian-hate.html

https://anti-asianviolenceresources.carrd.co/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun