Indonesia terlalu dimanjakan oleh raihan gelar pada sektor ganda putera dan walaupun Indonesia menguasai peta persaingan bulutangkis dunia pada sektor ini, rasa-rasanya hal ini terlihat hambar bila kita melihat bulutangkis Indonesia yang tidak merata dan terpuruk pada beberapa sektor.
Indonesia yang dulunya sejajar dengan China, Korea, bahkan lebih unggul dari Jepang kini tertinggal beberapa langkah. Yang mana negara-negara ini, China, Korea dan Jepang sangat merata performa tim bulutangkisnya pada setiap sektor.
Jepang yang dulunya hanya lemah pada sektor ganda campuran, kini bulutangkisnya merata dan telah memiliki pemain andalan utama pada sektor ganda campuran yang bisa bersaing dipapan atas dunia yakni Yuta Watanabe/Arisa Higashino, bahkan sekarang pasangan ini berada diperingkat ketiga dunia.
Bulutangkis Korea yang ditahun 2018 lalu terpuruk, ditahun 2019 ini bangkit dengan cepat dan mulai merusak dominasi Jepang di sektor ganda puteri. Beberapa kali para pemain ganda puteri Korea silih bergantian menapaki podium juara di turnamen level papan atas dunia.
Bahkan Korea disektor ganda putera pun juga mulai mengancam, pasangan mudanya Choi Solgyu/Seo Seung Jae beberapa kali membuat kejutan dengan mengandaskan para pemain top level, bahkan kegagalan Marcus/Kevin dalam merengkuh gelar juara dunia pun adalah karena dihentikan langkahnya oleh pemain ini dibabak 32 besar.
Sementara itu, regenerasi bulutangkis Indonesia seolah mandek dan jalan ditempat, kemajuan yang terjadi pada tahun ini hanya terlihat pada sektor ganda campuran yakni melalui kejutan manis yang dibuat oleh Praven Jordan/Melati Daeva Oktavianti dengan menjuarai Denmark Open dan French Open.
Sektor lainnya seolah kesusahan untuk mencuri satu gelar saja di turnament yang diikuti oleh para pemain top level. Terutama sektor putri yakni tunggal puteri dan ganda puteri yang seolah menjadi kartu matinya bulutangkis Indonesia.
Sektor ini selalu menjadi bulan-bulanan bagi para pemain negara lain, terlihat sangat kesulitan untuk menembus para pemain top level. Di tahun ini, walaupun sektor tunggal putera nihil gelar pada turnamen top level, namun sektor ini tidaklah terlalu mendapatkan sorotan tajam dari publik, karena pada beberapa turnamen yang telah diikuti, sektor ini seringkali mencapai babak-babak akhir.
Hanya saja sektor tunggal putera ini selalu kurang beruntung, pasalnya beberapa kali memasuki final, para pemain sektor tunggal putera Indonesia kerap gagal untuk membukukan kemenangan di final.
Jonatahn Christie yang tahun ini sudah menapaki dua kali final pada level atas yakni Japan Open dan French Open harus menelan hasil pahit setelah dihentikan asa juaranya oleh Kento Momota dan Chen Long.
Begitupun dengan Anthony Sinisuka Ginting yang kurang beruntung di Hongkong Open yang baru berakhir beberapa pecan yang lalu setelah kalah dari pemain Hongkong Lee Cheuk Yiu dengan skor kontroversial.