Mohon tunggu...
Kiki Dian Lesmana
Kiki Dian Lesmana Mohon Tunggu... Freelancer - Bachelor of Communication Studies

Love media and communication studies

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Rekapitulasi Gelar BWF World Tour 2019: Bulu Tangkis Indonesia Terlalu Ganda Putera Sentris

28 November 2019   10:52 Diperbarui: 28 November 2019   11:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengacu pada performa para pebulutangkis Indonesia yang telah melewati serangkaian BWF Tour beserta turnamen-turnamen grade atas lainnya seperti Asian Badminton Championships, dan World Badminton Championship, torehan positif yang dibukukan oleh tim pebulutangkis Indonesia hanya terjadi pada sektor Ganda Putera.

Di BWF Tour Super 1000 yakni All England, Indonesia Open, dan China Open, Indonesia berhasil menyapu bersih gelar di Ganda Putera yang disumbangkan oleh Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan.

Sementara itu, pada rangkaian BWF Tour Super 750, Ganda Putera Indonesia hanya kehilangan satu gelar saja dari level ini yakni pada kejuaran Malaysia Open.

Gelar juara pada empat turnamen lainnya yakni Japan Open, Denmark Open, France Open dan Fuzhou China Open, berhasil dibawa pulang oleh Indonesia yang semuanya disumbangkan oleh pasangan Marcus/Kevin.

Marcus/Kevin memang adalah pasangan bulutangkis Indonesia yang paling konsisten dengan mental juara tinggi. Saat inipun, pasangan ini masih kokoh menguasai ranking 1 bulutangkis dunia di sektor Ganda Putera.

Sepanjang tahun ini, pasangan yang dijuluki The Minions tersebut sudah mengantongi 8 gelar BWF Tour dan menjadi yang paling unggul dalam segi perolehan gelar dari para pemain dunia lainnya.

Oleh karena itu, dunia menjuluki pasangan ini sebagai raja BWF Tour. Sementara itu, Hendra/Ahsan yang dijuluki dengan sebutan The Daddies, juga tak kalah apik pencapaiannya tahun ini.

The Daddies berhasil menggondol gelar juara dunia ganda putera (World Badminton Championship) di usianya yang sudah tidak muda lagi, dan yang paling luarbiasa, gelar prestisius All England berhasil mereka raih.

Bila kita berbicara tentang sektor ganda putera, sektor ini memang selalu menjadi andalan utama Indonesia dan beberapa kali telah menyelamatkan wajah Indonesia dari hasil nihil gelar. Pada setiap kejuaraanpun, hanya sektor ini yang mampu melangkah jauh dan berhasil membawa pulang gelar.

Dari hasil rekapitulasi perolehan gelar BWF Tour yang diraih Indonesia pun yakni sebanyak 25 gelar, 13 gelar diantaranya disumbangkan dari sektor ganda Putera. Ini menunjukkan, begitu dominannya sektor Ganda Putera dibandingkan dengan sektor lainnya.

Rasa-rasanya, tahun ini performa atlet Indonesia tiap sektornya tidaklah merata dan hanya bergantung pada sektor ganda putera. Dapat dikatakan bahwa performa bulutangkis Indonesia pada tahun ini adalah terlalu Ganda Putera Sentris.

Indonesia terlalu dimanjakan oleh raihan gelar pada sektor ganda putera dan walaupun Indonesia menguasai peta persaingan bulutangkis dunia pada sektor ini, rasa-rasanya hal ini terlihat hambar bila kita melihat bulutangkis Indonesia yang tidak merata dan terpuruk pada beberapa sektor.

Indonesia yang dulunya sejajar dengan China, Korea, bahkan lebih unggul dari Jepang kini tertinggal beberapa langkah. Yang mana negara-negara ini, China, Korea dan Jepang sangat merata performa tim bulutangkisnya pada setiap sektor.

Jepang yang dulunya hanya lemah pada sektor ganda campuran, kini bulutangkisnya merata dan telah memiliki pemain andalan utama pada sektor ganda campuran yang bisa bersaing dipapan atas dunia yakni Yuta Watanabe/Arisa Higashino, bahkan sekarang pasangan ini berada diperingkat ketiga dunia.

Bulutangkis Korea yang ditahun 2018 lalu terpuruk, ditahun 2019 ini bangkit dengan cepat dan mulai merusak dominasi Jepang di sektor ganda puteri. Beberapa kali para pemain ganda puteri Korea silih bergantian menapaki podium juara di turnamen level papan atas dunia.

Bahkan Korea disektor ganda putera pun juga mulai mengancam, pasangan mudanya Choi Solgyu/Seo Seung Jae beberapa kali membuat kejutan dengan mengandaskan para pemain top level, bahkan kegagalan Marcus/Kevin dalam merengkuh gelar juara dunia pun adalah karena dihentikan langkahnya oleh pemain ini dibabak 32 besar.

Sementara itu, regenerasi bulutangkis Indonesia seolah mandek dan jalan ditempat, kemajuan yang terjadi pada tahun ini hanya terlihat pada sektor ganda campuran yakni melalui kejutan manis yang dibuat oleh Praven Jordan/Melati Daeva Oktavianti dengan menjuarai Denmark Open dan French Open.

Sektor lainnya seolah kesusahan untuk mencuri satu gelar saja di turnament yang diikuti oleh para pemain top level. Terutama sektor putri yakni tunggal puteri dan ganda puteri yang seolah menjadi kartu matinya bulutangkis Indonesia.

Sektor ini selalu menjadi bulan-bulanan bagi para pemain negara lain, terlihat sangat kesulitan untuk menembus para pemain top level. Di tahun ini, walaupun sektor tunggal putera nihil gelar pada turnamen top level, namun sektor ini tidaklah terlalu mendapatkan sorotan tajam dari publik, karena pada beberapa turnamen yang telah diikuti, sektor ini seringkali mencapai babak-babak akhir.

Hanya saja sektor tunggal putera ini selalu kurang beruntung, pasalnya beberapa kali memasuki final, para pemain sektor tunggal putera Indonesia kerap gagal untuk membukukan kemenangan di final.

Jonatahn Christie yang tahun ini sudah menapaki dua kali final pada level atas yakni Japan Open dan French Open harus menelan hasil pahit setelah dihentikan asa juaranya oleh Kento Momota dan Chen Long.

Begitupun dengan Anthony Sinisuka Ginting yang kurang beruntung di Hongkong Open yang baru berakhir beberapa pecan yang lalu setelah kalah dari pemain Hongkong Lee Cheuk Yiu dengan skor kontroversial.

Di tahun 2020 mendatang, PBSI harus segera mencari formulasi yang tepat guna menjaga konsistensi para pemainnya. Tentunya, stabilitas mental yang kuat juga menjadi salah satu aspek yang harus ditingkatkan, karena kerapkali para pemain Indonesia fokusnya hilang saat mereka sedang unggul jauh, dan malah ditikung oleh lawan dengan skor yang menyakitkan.

Efisiensi skuad dan mendegdragadasi pemain yang stagnan dengan torehan hasil yang buruk, wajib dilakukan oleh PBSI. Apalagi pemain senior yang tidak berkembang-kembang dan menghambat regenerasi.

PBSI harus segera berbenah dan jangan hanya berorientasi pada ganda putera sentris saja. Hidup bulutangkis Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun