Mohon tunggu...
Darman Eka Saputra
Darman Eka Saputra Mohon Tunggu... Guru SDN Sukaresmi Cikalongkulon

Guru SD, petani, belajar menulis, tinggal di lereng Sanggabuana

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apapun Bisa Dioplos, Ada Apa dengan Indonesia?

16 Juli 2025   06:12 Diperbarui: 16 Juli 2025   05:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi oleh Des) 

"Oplosan" Bukan Sekadar Minuman

Di berbagai pemberitaan, kita sering mendengar kasus tragis: puluhan orang tewas akibat menenggak minuman keras oplosan. Namun persoalan "oplosan" di Indonesia tidak hanya soal alkohol. Istilah ini seolah menjadi simbol dari budaya yang kian permisif terhadap manipulasi dan pencampuran nilai-nilai yang seharusnya dijaga keasliannya. Dari bensin oplosan, makanan oplosan, pupuk oplosan, hingga ijazah dan gelar palsu. Semuanya menunjukkan gejala serupa: jalan pintas demi untung sesaat.

Ketika Keaslian Menjadi Barang Mewah

Kejujuran dan keaslian, dua hal yang semestinya menjadi nilai luhur bangsa, kini makin langka ditemukan. Kita hidup dalam masyarakat yang perlahan terbiasa dengan sesuatu yang "dicampur-campur". Bahkan dalam sektor pelayanan publik, transparansi kerap "dioplos" dengan kepentingan pribadi. Hasilnya? Layanan yang amburadul, keputusan yang tidak adil, dan publik yang terus dirugikan.

Ekonomi Terdesak, Moral Dikorbankan

Banyak yang beralasan, kondisi ekonomi yang sulit mendorong sebagian masyarakat untuk "mengoplos" demi bertahan hidup. Penjual bensin eceran mencampur premium dengan air atau minyak tanah. Pedagang makanan menambahkan zat kimia berbahaya demi harga murah. Di balik tindakan ini memang ada tekanan ekonomi, tapi saat moral ikut dikompromikan, dampaknya bisa jauh lebih merusak.

Ketika Politik Pun Dioplos

Fenomena "oplosan" juga hadir dalam panggung politik. Janji kampanye kerap kali dioplos dengan retorika manis tanpa fondasi yang kuat. Kepentingan rakyat kerap digeser oleh kepentingan partai atau pribadi. Akibatnya, kebijakan publik pun kehilangan arah dan legitimasi.

Krisis Kepercayaan

Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis yang lebih dalam dari sekadar ekonomi: krisis kepercayaan. Ketika masyarakat sudah tak percaya lagi pada keaslian produk, keaslian niat pejabat, bahkan keaslian nilai yang diajarkan di sekolah, maka kebingungan dan sinisme akan menjadi arus utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun