Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber Bersama Teman Lama dalam Perspektif Perempuan Berkeluarga

14 Maret 2024   00:39 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:23 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bukber bersama teman lama di rumah (Sumber : Freepik)

Buka puasa bersama atau yang lebih akrab disebut dengan bukber merupakan salah satu bagian momentum di bulan Ramadan yang ditandai dengan adanya sebuah perkumpulan baik itu keluarga besar, rekan satu pekerjaan, ragam kelompok, atas nama alumni sekolah atau perguruan tinggi, dan sebagainya. Keberadaan bukber tentunya bukan sekadar kegiatan makan bersama melainkan juga sebagai momen silaturahmi.

Jika sejenak menilik hukum bukber dalam sudut pandang Islam, maka sesungguhnya merupakan anjuran nabi. Adanya kebersamaan, rasa syukur, silaturahmi, serta interaksi atau komunikasi langsung antar manusia menjadikan bukber sebagai kegiatan bernilai positif.

Namun, bukan berarti bukber diwajibkan dan bukan merupakan ibadah dan tidak boleh diyakini sebagai ibadah. Bahkan ada pula yang menyebutkan bahwa bukber dapat mengurangi pahala berpuasa.

Akan menjadi bernilai positif jikalau bukber dimaknai sebagai ajang silaturahmi dan berbagi. Sebaliknya, akan bernilai negatif jikalau bukber diisi dengan aktivitas melakukan hal-hal yang dilarang agama misalnya ghibah, adu pamer, tidak menjaga lisan dengan baik, berprasangka buruk, dan sebagainya.

Lebih buruknya, tidak mendirikan sholat maghrib lantaran berlama-lama bercengkrama hingga tidak menyegerakan berbuka lantaran juga sibuk antre makanan misalnya.


Maka, penting kiranya meninjau kembali apakah bukber yang kita lakukan membawa manfaat atau mudharat (kerusakan/bahaya).

Terlebih jika kita dihadapkan pada posisi sebagai seorang perempuan yang sudah berkeluarga. Yang pada suatu ketika mendapatkan kabar dari grup media sosial berkaitan dengan undangan bukber rekan sekolah atau perguruan tinggi terdahulu saat mengenyam pendidikan.

Sebut saja bukber dengan teman lama yang sudah lama hanya terhubung secara virtual tanpa tatap muka. Selama ini bertegur sapa melalui obrolan di grup WhatsApp maupun aplikasi media sosial lainnya.

Adalah hal yang wajar jikalau kita merindukan momentum berkumpul dengan teman lama. Sembari bernostalgia berbagi cerita kilas balik di masa lampau saat berjuang bersama menyandang status sebagai siswa maupun mahasiswa.

Namun, sebelum menyelam lebih dalam, sebaiknya menyadarkan diri sendiri bagaimana status dan posisi keberadaan kita sekarang. Perlunya sebuah penegasan bahwa kita yang sekarang bukanlah seseorang yang dahulu masih lajang dengan tanggung jawab yang masih terbatas pada diri sendiri.

Status kita sekarang sebagai seorang istri bahkan seorang ibu dari anak-anak. Hal demikian mengonfirmasi bahwa segala keputusan yang akan kita ambil termasuk turut serta atau tidaknya dalam acara bukber harus melalui berbagai pertimbangan bersama keluarga.

Tantangan Modernitas

Dalam tulisan ini tidak bermaksud memojokkan bahwa sebagai perempuan yang sudah berkeluarga memiliki ruang gerak yang semakin terbatas. Namun, yang lebih ingin penulis tekankan adalah pengambilan keputusan seorang perempuan yang berbeda ketika masih lajang (sebelum berkeluarga) dengan setelah berkeluarga.

Adapun baik perempuan bekerja maupun seorang ibu rumah tangga dihadapkan pada tantangan yang sama yakni era modern yang seolah menuntut mengikuti perkembangannya. Termasuk juga dalam lingkaran pertemanan yang terjalin dalam lingkup virtual mampu membawa arus modernitas di era digital.

Seperti adanya grup pertemanan di media sosial yang menginisiasi pertemuan bukber misalnya. Menjadikan bukber bukan sekadar mengincar kebersamaan, tetapi juga sesuatu yang indah untuk diunggah ke dalam media sosial.

Penentuan menu & venue pun tidak terlepas dari pertimbangan keestetikan tempat beserta menunya, instagram-genic, instagramable, dan sebagainya. Hal demikian tanpa disadari juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Jangan sampai mengorbankan yang lebih penting untuk sesuatu yang bersifat "kesenangan" semata.

Keputusan Berbuka Bersama yang Lebih Berarti

Sebagai seorang perempuan yang sudah berkeluarga sebaiknya mengambil langkah bijak dalam memutuskan keikutsertaan bukber dengan teman lama. Mengingat sebagai seorang muslimah yang dianjurkan menjaga marwah dirinya sendiri, suami, bahkan keluarga. Tanggung jawab sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu yang lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan tanpa adanya ego semata.

Adapun penulis sampaikan beberapa pertimbangan jikalau seorang perempuan yang sudah berkeluarga mendapat undangan atau tawaran bukber bersama teman lama, sebagai berikut.

1. Berkomunikasi dengan keluarga.

Di sinilah keputusan akhir jadi atau tidaknya bukber bersama teman lama melalui izin seorang istri kepada suami. Entah turut memboyong suami dan anak-anak atau tidak, dalam komunikasi ini memuat pertimbangan-pertimbangan berbagai aspek seperti waktu, tempat, biaya, dan sebagainya.

Jika sebuah keluarga memiliki prinsip untuk tetap di rumah atau tidak turut serta dalam kegiatan bukber tersebut, maka inilah keputusan finalnya. Barangkali berbuka bersama keluarga di rumah adalah paling utama dan menjadi prioritas. Maka, hargai keputusan tersebut.

2. Menjaga adab-adab Islami dalam penyelenggaraannya.

Sebab, ada doa yang mustajab bagi orang berpuasa. Itu adalah doa menjelang waktu berbuka dan doa saat berbuka.

Rasulullah SAW bersabda : "Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi," (HR. Tirmidzi).

Hal ini yang patut menjadi perhatian bahwa tak jarang di waktu mustajab tersebut kelengahan justru terjadi. Di antara kita asyik ngobrol, ketawa-ketiwi, swafoto, narsis-narsisan, tidak sesuai syariah, menjadikan hilangnya kesunahan puasa Ramadan itu sendiri. Hal-hal demikianlah yang patut dihindari.

3. Pemilihan tempat berbuka yang tepat.

Baik pertemuan secara personal maupun komunal dalam bukber, alangkah baiknya diadakan di tempat-tempat yang representatif. Dengan demikian waktu berbuka puasa, sholat maghrib, sholat isya', dan sholat tarawih terlaksana dengan terstruktur tepat waktu tanpa meninggalkannya.

Misalnya pemilihan tempat makan yang memiliki tempat sholat dan wudhu, serta adanya arahan untuk sholat Isya' dan Tarawih berjamaah agar kegiatan bukber tidak kehilangan berkah.

4. Mengingat kembali konsep berpuasa.

Bahwa berpuasa mengingatkan kita rasa syukur kepada Allah SWT atas rizki yang kita miliki. Masih banyak di luar sana orang-orang yang lebih membutuhkan walau hanya sekadar untuk makan. Banyak orang yang kurang mampu dan kaum dhuafa yang tidak bisa berbuka puasa lantaran tidak mampu membeli dan tidak ada yang peduli.

Sehingga sejatinya berpuasa dan berbuka dapat dijadikan sebagai sebuah renungan untuk berbagi dengan sesama misalnya melalui santunan untuk anak yatim, kaum dhuafa, dan pertemuan penting lainnya.

*****

Keakraban dengan teman tidak terjamin dari bukber. Justru pertemanan yang sebenar-benar akrab "lahir-batin" tidak perlu momentum khusus untuk berkumpul. Mengingat kesalingan memahami situasi dan kondisi satu sama lain misalnya tinggal di luar kota, sibuk dengan keluarga atau pekerjaan, dan sebagainya.

Cukuplah eksistensi pertemanan terwakili melalui grup chat sesuai adab atau misalnya memanfaatkan zoom meeting atau google meet jikalau ingin saling bertegur sapa dalam jaringan. Tanpa adanya khalwat (percampuran berdesak-desakan laki-laki dan perempuan bukan muhrim).

Sekalipun menginginkan turut serta bukber bersama teman lama, adab bukber ketika sudah berkeluarga menjadi sebuah keutamaan. Hal demikian untuk menghindari pertemuan dengan rekan lama yang berefek negatif.

Bagaimanapun keputusan yang diambil para perempuan yang sudah berkeluarga, semoga beberapa langkah-langkah yang penulis sampaikan dapat menjadi sebuah pertimbangan. Agar ibadah puasa kita tetap berjalan lancar tanpa hambatan dan senantiasa dalam ridha-Nya. Amin.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun