Siapa di sini yang menganggap bahwa arti dari khusyuk adalah fokus? Sebenernya artinya bukanlah fokus. Terus apa dong? Mari kita bahas…
Menurut Ibn Fāris dalam Maqāyīs al-Lughah, arti dari khusyuk adalah merendah dan menundukkan kepala [Ibn Fāris, jilid 2, hlm. 182].
Arti ini juga tercermin dalam cara Al-Quran menggunakan kata khusyuk. Misalnya:
وَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا
“Semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.” (Ṭāhā [20]:108)
خَاشِعَةً اَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
“Pandangan mereka tertunduk dan diliputi kehinaan.” (Al-Qalam [68]:43)
Maka, khusyuk dalam salat, menurut Ibn al-Qayyim, adalah hadirnya hati di hadapan Allah dengan ketundukan, kehinaan, dan keterikatan kepada-Nya [Ibn al-Qayyim, jilid 2, hlm. 193].
Jadi, khusyuk dalam salat bukan sekadar fokus mikirin Allah saja, karena itu sulit (kita juga pasti mikirin jumlah rakaatnya kan wkwk). Namun, khusyuk dalam salat adalah menghinakan diri kita di hadapan Allah, seperti seorang hamba sahaya yang menundukkan diri di hadapan tuannya.
Menurut al-Qurṭubī, tempatnya khusyuk adalah dalam hati. Rasulullah ﷺ bersabda, jika hati sudah khusyuk (tunduk), maka seluruh badan akan khusyuk juga [al-Qurṭubī, jilid 12, hlm. 103–104].
Kalian pernah ga sih dalam kondisi ketemu dosen killer, misalnya, terus hati kalian takut dan akhirnya seluruh badan kalian tuh kayak nunduk takut gitu. Nah, itulah analogi dari “khusyuk itu tempatnya di hati”.
Jadi make sense kan sekarang kalau salat itu memang berat kecuali buat orang yang khusyuk, karena mereka tunduk pada Allah lahir batin, sehingga merasa tenang ketika salat.
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah [2]:45)
Jadi, tips untuk khusyuk dalam salat adalah kita benar-benar merasa hina dan menundukkan hati kita di hadapan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ {1} الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ {2}
“Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.” (Al-Mu’minūn [23]:1–2)
Semoga kita termasuk orang yang beruntung, yang selalu tunduk pada Allah, baik dalam salat maupun dalam segala lini kehidupan.
📖 Referensi:
1. Ibn Fāris. Muʿjam Maqāyīs al-Lughah. Cairo: Maktaba al-Ḥalabī. Versi digital: Maktaba Shāmela.
2. Ibn al-Qayyim. Madārij al-Sālikīn. Riyadh: Dār Ṭaʿāt al-ʿIlm. Versi digital: Maktaba Shāmela.
3. al-Qurṭubī. al-Jāmiʿ li Aḥkām al-Qurʾān. Cairo: Dār al-Kutub al-Miṣriyyah. Versi digital: Maktaba Shāmela.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI