"Saya sampai nggak percaya," ujar Kak Mulia sambil tertawa. "Dulu sekali makan cuma dua ribu. Jadi uang delapan juta itu rasanya seperti mimpi."
Namun yang lebih mengharukan bukanlah soal uangnya, melainkan apa yang ia lakukan setelah menang. Ia kembali ke desa yang menjadi lokasi filmnya, membawa kabar gembira kepada para warga bahwa mereka menang lomba.
Ternyata, kabar baik tidak berhenti di situ. Saat ia menyampaikan rasa terima kasih kepada warga dan menawarkan sebagian hadiah sebagai bentuk apresiasi, warga desa malah memberi kabar mengejutkan. "Mereka bilang baru saja mendapat bantuan pemerintah sebesar seratus juta rupiah," cerita Kak Mulia dengan mata berbinar. "Katanya, mungkin karena film ini juga, jadi makin banyak yang tahu soal desa mereka."
Bagi Kak Mulia, ini menjadi titik balik. Ia semakin yakin bahwa film bukan hanya alat untuk bercerita, tapi juga bisa menjadi jembatan perubahan. Melalui kamera dan narasi yang jujur, sebuah desa kecil bisa didengar dan diperhatikan oleh dunia luar.
Pengalaman itu menjadi pemicu semangat bagi Kak Mulia untuk terus mencari cerita-cerita yang belum tersampaikan. Ia mulai menjelajah berbagai daerah terpencil, mencari komunitas-komunitas yang membutuhkan perhatian, lalu mendokumentasikannya menjadi karya yang menyentuh dan membuka mata.
"Film bukan hanya soal estetika atau cerita menarik. Tapi juga tentang siapa yang bicara, dan kepada siapa kita menyampaikan pesan itu," tuturnya.
Kini, selain aktif membuat film, Kak Mulia juga rutin menjadi pembicara di berbagai workshop dan pelatihan film. Ia ingin menularkan semangatnya kepada generasi muda, bahwa siapa pun bisa mulai membuat film, bahkan dari nol, asalkan ada tekad dan kemauan untuk terus belajar.
Workshop hari itu memberikan kesan mendalam bagi saya pribadi. Bukan hanya karena saya belajar teknis membuat film dari praktisinya langsung, tapi karena saya melihat sendiri bagaimana sebuah kamera bisa menjadi alat perjuangan. Kak Mulia Alif bukan hanya seorang filmmaker, tapi juga seorang penyambung suara bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.
Dari kamera pinjaman hingga membawa perubahan nyata di sebuah desa, kisah Kak Mulia adalah bukti bahwa dengan niat, keberanian, dan cerita yang jujur, film bisa menjadi alat yang luar biasa untuk menyentuh hati dan membuka jalan perubahan.
Dan siapa tahu? Mungkin kamera di tangan kita berikutnya adalah awal dari cerita besar yang belum terbayangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI