Mohon tunggu...
Kholis Hudin
Kholis Hudin Mohon Tunggu... Santri Lirboyo, Mahasiswa IAIN Jember

Mengabdi untuk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kajian Konsep Pembelajaran Al Quran Menurut KH Arwani Kudus

23 Juni 2020   11:31 Diperbarui: 23 Juni 2020   11:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

3 Hal yang Harus Diperhatikan Oleh Pengembang Kurikulum Tahfidz.
Kajian Konsep Pembelajaran al Quran Menurut KH. Arwani Kudus

Oleh : Tatik Muti'ah, S.Pd.I*

Program pendidikan tahfidz al Quran saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan putra-putrinya di lembaga yang memiliki program menghapal kitab suci dengan harapan kelak memiliki putra-putri yang hafal al Quran sekaligus mengamalkan isinya. 

Hal ini merupakan sebuah perkembangan yang sangat menggembirakan dalam dunia pendidikan dan PAI hususnya. Pondok-pondok pesantren, madrasah, sekolah, dan berbagai lembaga pendidikan berlomba-lomba membuka program tahfidz bagi anak-anak didiknya. Banyak instansi pemerintah dan praktisi menyediakan berbagai fasilitas yang cukup menggiurkan bagi siswa yang berprestasi di bidang tahfidz al Quran. 

Maraknya program tahfidz memicu lembaga-lembaga pendidikan mulai jenjang yang paling dasar sampai tinggi mengadakan program menghafal al Quran. Keadaan seperti ini tentu harus diimbangi dengan kurikulum yang baik agar tujuan pembelajaran tahfidz tercapai, artinya program tahfidz al Quran tidak terkesan sebagai media sponsor untuk menarik minat siswa bersekolah di lembaga tersebut melainkan lembaga memilki kredibilitas mencetak para penghafal al Quran penerus para ulama'.

Pembelajaran tahfidz al Quran memang memiliki dua sudut arah yang berlawanan. Di sisi lain menghafal al Quran itu berat, mengingat predikat al Quran sebagai Qoulan Tsaqiilan (al Muzammil ; 5). Tetapi Allah juga berjanji memberikan kemudahan bagi yang mau berusaha menghapalnya. Di antaranya firman Allah Q.S. al Qomar;17 :
 
Artinya : "dan sungguh kami permudah al Quran untuk disebut, maka adakah orang yang mau menyebutnya?"

Beberapa penafsiran ulama' tentang ayat tersebut :
Mujahid bin Jabir (w 104 H) kami mudahkan al Quran untuk dihafal.

Sa'id bin Jubair (w 95 H) kami mudahkan untuk dibaca dan dihafal, dan tidak ada satupun kitab-kitab Allah yang dapat dibaca dan dihafal keseluruhan isinya selain al Quran.

Dengan demikian makna dari muddakir adalah berusaha keras untuk menghafal. Ayat ini memberikan dorongan kepada kita untuk terus belajar dan berdedikasi untuk al Quran, karena Allah telah memudahkannya untuk dibaca dan dihafal keseluruhan isinya oleh semua hambanya baik yang muda atau tua, dari bangsa Arab maupun Ajam.  Maka dapat difahami bahwa Allah yang menurunkan al Quran sebagai Kalam yang berat, namun Allah pula yang memberikan kemudahan menghafal bagi orang yang mau berusaha keras menghafalnya.  

Kandungan ayat ini memberikan pesan untuk kita umat Islam bahwa menghafal al Quran itu membutuhkan kemauan tinggi, perjuangan, dan strategi husus. Menghafal al Quran itu menurut penulis unik dan romantis. Unik karena masing-masing orang punya caranya sendiri dalam menghafal yang kadang sulit dideskripsikan atau ditiru oleh orang lain.  Romantis karena menghafal itu membutuhkan suasana tertentu, menumbuhkan rasa cinta luar biasa. 

Penghapal al Quran akan punya orientasi setiap saat kapan dia harus muroja'ah dan kapan dia menghatamkan. Maka untuk mencapai hafalan yang mutqin dibutuhkan strategi husus dalam menjalankan aktifitas menghafal al Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun