Mohon tunggu...
Kholid Roynaldi Asyiqar
Kholid Roynaldi Asyiqar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Olahraga, suka dengan hiburan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kerangka Preskriptif yang Menyelamatkan Produktivitas Tim Dev

8 Mei 2025   13:19 Diperbarui: 11 Juni 2025   22:02 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi:Kerangka Preskriptif yang Menyelamatkan Produktivitas Tim Dev.sumber:ai 

Agile telah lama dielu-elukan sebagai penyelamat dalam pengembangan perangkat lunak---ringkas, fleksibel, dan adaptif terhadap perubahan. Namun, di balik semangat "move fast and break things", tersembunyi kenyataan pahit: tim dengan pengembang junior seringkali terperosok dalam kebingungan tanpa arah. Artikel oleh Deepa et al. (2024) mengajukan sebuah pendekatan radikal namun realistis---menggabungkan unsur preskriptif OpenUP ke dalam praktik Agile, dan yang mengejutkan, hasilnya justru meningkatkan produktivitas dan kualitas kode secara signifikan.

Pendekatan ini menggunakan kerangka kerja berbasis ontologi yang menyatukan proses-proses Agile Scrum dan OpenUP. Ontologi di sini bukan sekadar kata akademik; ia menjadi tulang punggung logika kerja proyek: bagaimana user stories dikaitkan langsung dengan dokumen kebutuhan, spesifikasi teknis, dan artefak lainnya. Jika Agile konvensional ibarat mengemudi tanpa GPS, maka kerangka kerja ini memberikan peta, rambu, dan navigasi suara yang jelas.

Melalui eksperimen pada dua proyek nyata dengan tiga siklus sprint, kerangka kerja ini menunjukkan lonjakan dalam dua metrik utama: Earned Value untuk produktivitas dan Code Maintainability Index (CMI) untuk kualitas. Pada sprint pertama---dengan user story polos---kinerja proyek terlihat jeblok. Namun saat user story diperkaya dengan dokumen pendukung seperti SRS, Glossary, dan Vision Document, lonjakan performa terjadi. CPI naik mendekati 1, dan CMI meningkat tajam hingga 30% pada sprint ketiga.

Argumen utama artikel ini jelas: detail itu penting. Dalam dunia software engineering, terlalu sering kita terjebak dalam dogma "less documentation is better." Namun, data dari penelitian ini membantahnya. Ketika dokumentasi disusun secara kontekstual dan disajikan bersamaan dengan user story, pengembang---terutama yang kurang berpengalaman---dapat membuat keputusan desain dan implementasi yang jauh lebih tepat.

Salah satu kekuatan artikel ini adalah pendekatan sistematisnya dalam menilai hasil. Earned Value Management (EVM) bukan metrik sembarangan---ia menggabungkan aspek biaya, jadwal, dan nilai kerja yang diselesaikan. Hasilnya, kita bisa melihat secara kuantitatif bagaimana penambahan informasi berdampak langsung pada performa. Demikian pula dengan CMI, yang memperhitungkan kompleksitas struktural dan keterbacaan kode.

Namun, pendekatan ini bukan tanpa tantangan. Mengintegrasikan proses preskriptif ke dalam tim Agile bisa memunculkan resistansi, terutama dari mereka yang sudah terlanjur nyaman dengan "freedom" ala Agile. Diperlukan pelatihan, perubahan budaya tim, dan tooling yang mendukung otomasi dokumentasi untuk mencegah overhead.

Artikel ini bukan sekadar eksperimen teknis; ia menyentil sebuah wacana penting: bahwa software engineering bukan hanya tentang kode cepat, tapi juga tentang struktur yang kokoh dan proses yang sadar akan konteks. Terutama di era di mana banyak tim terdiri dari campuran junior dan senior, memberikan "rambu lalu lintas" melalui dokumentasi terstruktur menjadi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

***

jika merasa proyek Agile Anda sering meleset dari target, mungkin sudah waktunya mempertimbangkan pendekatan hybrid seperti yang ditawarkan Deepa dan tim. Di dunia yang semakin kompleks, kerangka kerja preskriptif bisa jadi justru menjadi kompas dalam hutan belantara Agile.

Referensi

Deepa, T., Thaddues, S., & Dhamodharan, G. (2024). Enhancing quality and productivity in software engineering: An ontology-driven prescriptive agile framework. International Journal of Intelligent Systems and Applications in Engineering, 12(7s), 159--170.

 https://www.ijisae.org/index.php/IJISAE/article/view/4053 researchgate.net+3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun