Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"TV Cerdas" di Sekolah: Mencusuar Digital dan Pajangan Mahal?

19 September 2025   07:34 Diperbarui: 19 September 2025   07:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smart TV Rp26 Juta Dibagikan ke 330 Ribu Sekolah, Program Digitalisasi Prabowo Tuai Sorotan - Melihat Indonesia 

Kedua, Guru Digital Literasi. Banyak pendidik belum terbiasa dengan teknologi canggih. Tanpa pelatihan intensif, perangkat ini justru bisa menambah beban, bukan membantu.

Ketiga, risiko sentralisasi dan dehumanisasi. Bila 20--30 guru nasional mendominasi layar, peran guru lokal terancam terpinggirkan. Padahal pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, melainkan juga relasi personal dan pembentukan karakter.

Keempat, transparansi pengadaan. Fakta bahwa Hisense ditunjuk langsung melalui Keppres tanpa tender terbuka memicu kritik dari ICW. Tanpa akuntabilitas, program ini mudah dianggap sekadar proyek boros dan elitis.

Masalah-masalah di atas  juga  mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak pernah cukup hanya dengan perangkat. Lebih penting adalah sistem yang menghubungkan guru, murid, kurikulum, serta lingkungan belajar.

Teknologi memang bisa menjadi katalis, tetapi perannya hanyalah pelengkap, bukan pengganti. "TV Cerdas" bisa membuka peluang inovasi pembelajaran, tetapi tanpa strategi implementasi yang matang, ia hanya akan menambah daftar panjang proyek pendidikan gagal.

Di sinilah tanggung jawab negara diuji. Pemerintah tidak boleh berhenti pada distribusi alat dan angka-angka seremonial. Yang dibutuhkan adalah keberlanjutan: pemerataan internet hingga pelosok, pelatihan guru yang serius, integrasi konten dengan kurikulum, serta transparansi dalam setiap rupiah anggaran. Tanpa itu, "TV Cerdas" hanya akan menjadi "mercusuar digital" baru---terang di kota besar, redup di desa terpencil.

Pada akhirnya, pendidikan bukan soal benda, melainkan soal manusia. Layar boleh canggih, gambar boleh jernih, tetapi yang menentukan masa depan anak-anak Indonesia tetaplah kehangatan guru, keberpihakan negara, dan keberanian untuk menyentuh akar masalah. Kita tidak sedang membicarakan ribuan televisi, melainkan jutaan masa depan.

Dan jika negara terus memilih jalan kosmetik, maka generasi mendatang hanya akan mengenang "TV Cerdas" sebagai layar yang pernah berkilau sebentar, sebelum padam di tengah gelapnya ruang kelas yang tak pernah tersentuh keadilan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun