Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibadah Ramadan dan Aphorisme Ibn Attaillah

4 Maret 2024   09:53 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AL-HIKAM AL-ATHAIYYAH (grobmart.com) 

Ibnu Atthaillah, atau lebih lengkapnya Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Abd al-Karim ibn Atthaillah al-Iskandari, adalah seorang tokoh sufi yang terkenal dalam tradisi Islam. Dia lahir di Alexandria, Mesir pada tahun 1250 Masehi dan meninggal pada tahun 1309 Masehi. Ibnu Atthaillah dikenal karena karyanya yang terkenal, Al-Hikam al-Atha'iyyah atau  Aphorisms of Ibn Ata Allah, yang merupakan salah satu karya klasik dalam khazanah pemikiran sufisme Islam.  Ibnu Atthaillah adalah seorang tokoh Sufi yang penting dalam tradisi Tariqah Al-Shadhiliyah, sebuah tarekat Sufi yang didirikan oleh Imam Abu al-Hasan al-Shadhili.

Pemikiran Ibnu Atthaillah terutama terkait dengan konsep "tawakal" (kepercayaan sepenuhnya pada Allah), "ikhlas" (ketulusan dalam niat dan perbuatan), dan "ridha" (keridhaan terhadap ketentuan Allah). Beliau juga menekankan pentingnya kesadaran diri dan introspeksi dalam pencarian spiritual, dengan menekankan pengendalian diri dan meningkatkan hubungan dengan Allah.

Karya-karya Ibnu Atthaillah, terutama  Al-Hikam tetap menjadi bacaan penting bagi para pencari kebenaran dan penghayat spiritualitas Islam hingga saat ini. Karya-karya tersebut membawa pemikiran yang mendalam tentang hubungan individu dengan Tuhan dan bagaimana mencapai kebijaksanaan spiritual melalui pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan realitas. Oleh karena itu kitab  Al-Hikam (Aforisme), dianggap sebagai kumpulan aforisme atau petuah-petuah bijak dalam tasawuf Islam.

Jika Al-Hikam dinilai sebagai kumpulan aforisme, lantas bagaimana manakala kita mencoba mengaitkan pemikiran Ibnu Athaillah As-Sakandari dengan perintah-perintah yang terkait dengan bulan Ramadan, seperti puasa, shalat tarawih, dan ibadah lainnya? Ulasan berikut semoga bisa sedikit menguaknya

Ibnu Atthaillah  menekankan pada pentingnya kesadaran akan keberadaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bulan Ramadan, puasa adalah kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan meningkatkan kesadaran akan-Nya, puasa menjadi lebih dari sekadar menahan makan dan minum. Ia menjadi meditasi spiritual, mengingatkan kita pada kasih sayang dan kehadiran Allah.

Selanjutnya, dalam aforisme tentang kekayaan sejati, Ibnu Atthaillah  mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada materi. Ini bisa merujuk pada pelajaran penting dalam puasa Ramadan, di mana seseorang belajar untuk puas dengan apa yang Allah berikan, termasuk saat menahan diri dari makanan dan minuman. Puasa mengajarkan kita untuk bersyukur dan memahami bahwa kebutuhan sejati kita adalah spiritualitas dan hubungan yang lebih mendalam dengan Allah.

Aforisme Ibnu Atthaillah  juga menekankan bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya. Dalam konteks bulan Ramadan, ini bisa diartikan bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan berzikir lebih dari biasanya dalam bulan Ramadan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan dengan tawakkal, kita yakin bahwa Allah akan memberikan kebaikan dan rahmat-Nya.

Itulah beberapa hal yang menurut penulis bisa kita kaitkan  pemikiran Ibnu Atthaillah  dengan bulan Ramadan:  kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan spiritual dari ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan suci ini. Ini bukan hanya tentang melakukan ritual, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran spiritual, tawakkal kepada Allah, dan mencari kebaikan dalam segala hal yang kita lakukan.

Untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam terhadap aforisme Ibnu Atthaillah  As-Sakandari dan mengaplikasikannya dalam bulan Ramadan, seorang Muslim dapat melakukan beberapa upaya berikut:

Introspeksi dan Muhasabah. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan melakukan introspeksi dan muhasabah (introspeksi diri). Selama bulan Ramadan, seorang Muslim dapat mengalokasikan waktu untuk merenungkan hubungan mereka dengan Allah. Mengingat aforisme Ibnu Atthaillah  tentang kesadaran akan keberadaan Allah, introspeksi ini dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih sadar akan keberadaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Tadabbur Al-Qur'an. Aforisme Ibnu Atthaillah  sering kali mencerminkan nilai-nilai yang ditemukan dalam Al-Qur'an. Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an adalah cara yang sangat baik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami petuah-petuah spiritual. Dalam bulan Ramadan, di mana kita dianjurkan untuk lebih banyak membaca Al-Qur'an, tadabbur (merenungkan makna) ayat-ayat tersebut dapat membawa pemahaman yang lebih dalam akan kehadiran Allah.

Menyempurnakan Ibadah Wajib. Ibnu Atthaillah  menekankan bahwa Allah membuka pintu-pintu ketaatan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Dalam bulan Ramadan, Muslim dianjurkan untuk menunaikan ibadah-ibadah wajib dengan sempurna, seperti shalat lima waktu, puasa, dan membayar zakat fitrah. Dengan memperhatikan kualitas ibadah ini, seseorang dapat merasakan kedekatan dengan Allah.

Meningkatkan Ibadah Sunnah. Selain ibadah wajib, seseorang dapat menambahkan ibadah sunnah (sunnah muakkadah) dalam rutinitas harian mereka. Misalnya, shalat sunnah sebelum dan setelah shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an setiap hari, berpuasa sunnah, dan lain sebagainya. Ini adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih banyak ibadah.

Bersedekah dan Beramal: Ibnu Atthaillah  juga menekankan pentingnya tawakkal kepada Allah dan bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya. Di bulan Ramadan, meningkatkan amal dan bersedekah kepada yang membutuhkan adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti ajaran-Nya. Memberikan sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga waktu dan energi untuk membantu sesama.

Dengan melakukan upaya-upaya  di atas,  seorang Muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai pemahaman yang lebih dalam terhadap aforisme Ibnu Atthaillah  As-Sakandari dalam bulan Ramadan. Kedalaman spiritual ini dapat membawa keberkahan, ketenangan, dan peningkatan kesadaran akan keberadaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Allahu a'lam.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun