Mohon tunggu...
Annisa Hadi
Annisa Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Annisahadi ibu rumah tangga adalah puncak dari segala karir perempuan

Tulisan adalah isi hati dan angan tersurat, menulislah untuk menggambarkannya Blog: annisablajarnulis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

KPU, Pahlawan Pemilu yang Terlupa

22 April 2019   13:11 Diperbarui: 22 April 2019   13:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Miris hati bercampur geram yang harus tetap bisa ditahan melihat dan mendengar, berbagai tayangan dan pemberitaan. Pasca PEMILU 17 April lalu. Betapa tidak sistem kerja lembur yang tak kenal lelah dan waktu para anggota KPPS, dari ketua, anggota panwaslu, linmas (dulu hansip), yang telah rela bekerja lembur demi terlaksananya pemilu dengan tertib, aman dan lancar. Proses pemilu yang harus selesai dalam satu hari  agar tidak ada pemungutan suara ulang (PSU) menjadi pelecut mereka bekerja. Karena jika itu terjadi maka semua biaya harus ditanggung sendiri oleh pihak KPPS setempat.

Tidak sedikit dari mereka yang harus tumbang, usai melaksanakan tugasnya dalam baktinya pada negara tercinta, seperti contoh kasus siswa yang masih duduk di bangku SMK harus tumbang mengorbankan nyawanya akibat kelelahan, usai menjadi saksi dalam pemilu kemarin. 

Sampai hari ini, bertambah lagi satu korban yang harus rela mengorbankan nyawanya lagi, yang juga diduga akibat kelelahan yang terus menerjang usai menjadi ketua KPPS.

Tak banyak rupiah yang didapat, namun mereka harus rela mengorbankan nyawanya demi melaksanakan tugas negara yang teramat mulia. Yakni turut menjadi bagian terpenting dalam pemilihan seorang pemimpin bangsa. Maka dari itu sebelum proses penghitungan surat suara berakhir, dan kemudian hasil kerja mereka hoalng ditelan angin lalu. Hendaknya kita mengenang mereka. Sehingga tak sia-sia pengorbanan mereka, namun kemudian menjadi pahlawan yang terlupa.

Pekerjaan mereka dimulai sejak lama, sebelum puncak pesta pemilu dilaksanakan, pun saat puncak acara dilaksanakan, mereka bekerja dari pagi, hingga pagi lagi. Maka dari itu hargailah kerja mereka. Paling tidak jangan mengotorinya dengan berbagai berita yang tidak enak didengar. Sehingga menyeret opini masyarakat awam. Bahwa beginilah potret pemilu, di negara demokrasi ini.

Masyarakat awam dibingungkan dengan berita yang terus didengar, dengan bermacam alasan, yang mungkin bahkan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga masyarakat semakin bingung mana berita yang benar dan mana berita yang hanya mengacaukan saja.

kompas.com
kompas.com
Hasil quick count yang berbeda, antara satu dengan yang lainnya. Ditambah lagi dengan klaim kemenangan yang meriah dari salah satu Paslon. Turut menambah carut marutnya suasana. Sehingga muncul berbagai pertanyaan di benak rakyat. Manakah hasil yang benar? Yang tentunya itu akan terjawab sekitar bulan Mei nanti.

Masyarakat disuguhi bermacam opini, inilah pesta demokrasi yang dipenuhi dengan berbagai intrik. Dan membuat masyarakat yang tak paham politik. Turut serta dalam polemik orang-orang besar yang kemudian melupakan jasa pahlawan yang terlupa, KPU.

Paling tidak belajarlah saling mengormati, seperti pelajaran yang kita terima di tingkat Sekolah Dasar, meskipun hidup dalam keberagaman dan perbedaan perebutan kursi kekuasaan. Jangan biarkan orang-orang yang berkepentingan sorak Sorai dalam kemenangan nya, karena "merasa" berhasil memecah persatuan dan kesatuan.

Berbagai karangan bunga yang dikirim kepada lembaga KPU, harusnya mampu menggugah hati nurani mereka, untuk lebih menghormati proses kerja KPU yang penuh lelah dan jengah, karena semakin berat beban mereka karena hujatan dengan penuh sorai gembira, seolah benar sendiri saja.

Liputan6.com
Liputan6.com
Proses kerja yang panjang dan berat, mulai dari tingkat TPS, Desa, Kecamatan, kemudian berlanjut ke Kabupaten, Wilayah hingga ke KPU Pusat, bahkan tak jarang harus melewati sungai dan hutan. Untuk siapa semua itu mereka lakukan? Hanya satu untuk bangsa Indonesia tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun