Miris hati bercampur geram yang harus tetap bisa ditahan melihat dan mendengar, berbagai tayangan dan pemberitaan. Pasca PEMILU 17 April lalu. Betapa tidak sistem kerja lembur yang tak kenal lelah dan waktu para anggota KPPS, dari ketua, anggota panwaslu, linmas (dulu hansip), yang telah rela bekerja lembur demi terlaksananya pemilu dengan tertib, aman dan lancar. Proses pemilu yang harus selesai dalam satu hari  agar tidak ada pemungutan suara ulang (PSU) menjadi pelecut mereka bekerja. Karena jika itu terjadi maka semua biaya harus ditanggung sendiri oleh pihak KPPS setempat.
Tidak sedikit dari mereka yang harus tumbang, usai melaksanakan tugasnya dalam baktinya pada negara tercinta, seperti contoh kasus siswa yang masih duduk di bangku SMK harus tumbang mengorbankan nyawanya akibat kelelahan, usai menjadi saksi dalam pemilu kemarin.Â
Sampai hari ini, bertambah lagi satu korban yang harus rela mengorbankan nyawanya lagi, yang juga diduga akibat kelelahan yang terus menerjang usai menjadi ketua KPPS.
Tak banyak rupiah yang didapat, namun mereka harus rela mengorbankan nyawanya demi melaksanakan tugas negara yang teramat mulia. Yakni turut menjadi bagian terpenting dalam pemilihan seorang pemimpin bangsa. Maka dari itu sebelum proses penghitungan surat suara berakhir, dan kemudian hasil kerja mereka hoalng ditelan angin lalu. Hendaknya kita mengenang mereka. Sehingga tak sia-sia pengorbanan mereka, namun kemudian menjadi pahlawan yang terlupa.
Pekerjaan mereka dimulai sejak lama, sebelum puncak pesta pemilu dilaksanakan, pun saat puncak acara dilaksanakan, mereka bekerja dari pagi, hingga pagi lagi. Maka dari itu hargailah kerja mereka. Paling tidak jangan mengotorinya dengan berbagai berita yang tidak enak didengar. Sehingga menyeret opini masyarakat awam. Bahwa beginilah potret pemilu, di negara demokrasi ini.
Masyarakat awam dibingungkan dengan berita yang terus didengar, dengan bermacam alasan, yang mungkin bahkan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga masyarakat semakin bingung mana berita yang benar dan mana berita yang hanya mengacaukan saja.
Masyarakat disuguhi bermacam opini, inilah pesta demokrasi yang dipenuhi dengan berbagai intrik. Dan membuat masyarakat yang tak paham politik. Turut serta dalam polemik orang-orang besar yang kemudian melupakan jasa pahlawan yang terlupa, KPU.
Paling tidak belajarlah saling mengormati, seperti pelajaran yang kita terima di tingkat Sekolah Dasar, meskipun hidup dalam keberagaman dan perbedaan perebutan kursi kekuasaan. Jangan biarkan orang-orang yang berkepentingan sorak Sorai dalam kemenangan nya, karena "merasa" berhasil memecah persatuan dan kesatuan.
Berbagai karangan bunga yang dikirim kepada lembaga KPU, harusnya mampu menggugah hati nurani mereka, untuk lebih menghormati proses kerja KPU yang penuh lelah dan jengah, karena semakin berat beban mereka karena hujatan dengan penuh sorai gembira, seolah benar sendiri saja.
Santunan kepada korban yang meninggal dan mungkin terluka. Entah berapa besarannya? Yang akan diberikan oleh KPU pusat kepada para korban, mungkin sedikit menjadi angin segar bagi para keluarga korban, walaupun itu tentu tidak ada artinya daripada harus berkorban nyawa. Dan harus kehilangan anggota keluarga tercinta.
Untuk itu, kepada media, jangan terus menerus bingungkna kami, dengan berita-berita yang terus naik turun, membingungkan. Kepada yang "merasa" berkuasa jangan biarkan kami, masyarakat kecil seolah terombang-ambing dalam dahsyatnya samudera pemberitaan, yang semakin tidak terbendung, sehingga membuat muak penyimaknya. Hormatilah kerja KPU sampai mereka tuntas mengerjakan tugasnya. Jangan jadikan seolah mereka pahlawan yang terlupa. Seusai tujuan kalian tiba. Hormatilah mereka yang sudah bekerja hingga bertaruh nyawa.
Sekali lagi, jangan jadikan mereka, KPU pahlawan yang terlupa.
Pujon, 22 April 2019