Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Bentuk Rasa Syukur dalam Memperingati Maulid Nabi

29 Oktober 2020   00:19 Diperbarui: 29 Oktober 2020   00:23 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Tribun dari pinterest/reviewsteknologiku.tech)

Dalam memperingati maulid nabi, bagi umat Islam di Indonesia biasanya pada malam puncak maulid, diadakan pengajian akbar sebagai simbol rasa syukur umat Islam atas kehadiran manusia terbaik sepanjang zaman. Berdasarkan referensi dari beberapa buku yang penulis baca, nabi menjadi orang yang paling berpengaruh di dunia. 

Secara objektif mamanglah demikian, Bagaimana tidak? Nabi sukses disegala bidang, dakwah, keluarga, ekonomi, politik, hukum, militer, dan pendidikan. Dan bisa dibandingkan dengan tokoh yang lainnya, mereka bisa jadi sukses di bidang politik tetapi gagal dalam bidang keluarga, mereka sukses di bidang ekonomi tetapi gagal dalam bidang dakwah. Maka sangat logislah setiap kelahiran nabi, umat Islam memperingatinya.

Bentuk di dalam memaknai maulid nabi setiap individu tidaklah sama, semua tergantung dari bagaimana dasar rasa cintainya terhadap nabi. Kecintaan terhadap nabi, secara kualitas dibagi menjadi dua, atas dasar rasional dan tidak rasional. Dari dasar tersebut akan melahirkan perilaku yang berbeda. Rasa cinta terhadap nabi atas dasar perasaan, tidak logis dan tidak berdasar ilmu pengetahuan, akan melahirkan perilaku yang keliru. 

Mereka memuji nabi mengumandangkan shalawat dengan suara  yang lantang, penuh semangat dan antusias, tetapi setelah itu tidak ada efek dalam prilaku untuk meneladani nabi. Bagi mereka hal demikian, sudah menjadi bentuk rasa syukur dan cintanya terhadap rasul, baginya hanya dengan bershalawat syafaat akan diberikan oleh nabi di akherat. 

Landasannya dalam memahami salah satu hadits, "Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab." Hadis ini diriwayatkan oleh Sayyidina Ali r.a. bersumber dari kitab "An-Ni'matul Kubra'alal Alami fi Mulidi Sayyidi Waladi Adam" hal-5-7.

Apabila dari sudut pandang rasional dalam memahami rasa syukur demikian, tidaklah bisa dipertanggungjawabkan. Menurut teori ilmu psikologi tentang identifikasi sosok figur. (KBBI) menjelaskan tentang arti indentifikasi sebagai proses psikologi yang terjadi dalam diri seseorang, dimana orang tersebut secara tidak sadar membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku orang yang dikaguminya itu. 

Dengan demikian, apabila orang itu kagum terhadap nabi, maka perilakunya meniru tingkah laku nabi. Apabila orang hanya mengagumi dengan memujinya saja, tanpa meneladani sebenarnya dia tidak mengidentifikasi, tetapi hanya sekedar kagum yang tidak berdasar bertimbangan rasional hanya perasaan suka saja. 

Mereka bershalawat memuji dan mengagungkan nabi, tapi perbuatan jauh dari kebaikan, "Shalawat jalan maksiat lancar." Namun, ada juga mereka karena sangat cintanya terhadap nabi perilaku jauh dari maksiat, tetapi di dalam tingkah laku ingin persis nabi, memakai jubah layaknya sunnah rasul, berjengot, cara makan memakai tiga jari, olah raga memanah, berkuda, berenang sampai ada yang berpoligami. Menurut mereka itulah bentuk rasa cintanya kepada nabi. Lalu sebenarnya, Bagaimana bentuk rasa syukur dan cinta kita terhadap nabi?

Definisi syukur

Dalam (KBBI) menjelaskan maksud dari kata syukur yaitu rasa terimaksih karena mendapatkan kenikmatan. Di dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, maka Dia akan menambah nikmat kepada kita, sebaliknya apabila kita mengingkari nikmat, maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih. 

Nabi Muhammad Saw merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada umat manusia untuk menuntun dari gelap menuju terang, berkedudukan antara hamba dan Tuhan dari yang diperintah dan memerintah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 151, "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui."

Dalam sejarah umat manusia, ada kaum yang mengingkari nikmat pemberian Allah, sudah beberapa kali diutus seorang rasul dari golongannya sendiri, tetapi mereka malah membunuhnya. Dan ada juga kaum yang karena sangat cintanya terhadap utusan Allah, hingga berubah menjadi Tuhan yang bisa memberikan pertolongan dan pengampunan dosa. Kedua kaum tersebut sama-sama tidak bersyukur, sehingga Allah memberikan azab kepada mereka.

Dengan demikian, rasa syukur tidak bisa hanya dimaknai dengan mengucapkan terimaksih, tetapi ada sebuah tindakan sebagai wujud bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Maka, bentuk rasa syukur kita atas maulid nabi adalah dengan mengimani apa yang disampaikan dan diajarkan nabi sesuai petunjuk wahyu. 

Dijelaskan dalam hadis yang dirawikan Imam Bukhari di dalam Tarikh-nya, ath-Thabarani, al-Hakim, dan Imam Ahmad, mereka meriwayatkan dari Abu Umamah al-Baihili, " Berkata dia (Abu Umamah) bahwa berkata Rasulullah saw., 'Bahagialah bagi siapa yang melihat aku dan beriman kepadaku; dan bahagia (pulalah) bagi siapa yang beriman kepadaku, padahal dia tidak melihat aku (tujuh kali).'" 

Sehingga, bukan hanya memuji dan mengagungkan beliau tetapi juga harus menteladani perjuangannya. Itulah yang dinamakan sunnah yang berpahala. Hamka menjelaskan di dalam tafsirnya Al-Azhar surat Al-Baqarah ayat 3, Bagi kita nabi adalah gaib, tidak bisa dilihat tetapi bekas sejarah hidup di Mekah tetaplah ada. 

Oleh karena itu ada sebagian orang yang beriman karena sangat cintainya kepada nabi, walaupun belum pernah melihatnya, mereka hendak menjadi umatnya yang baik dan patuh, ingin mengeluarkan segala potensi yang dimiliki, dikerahkan untuk melanjutkan perjuangan menegakkan dakwah untuk menyeru berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, dia ingin menegakkan sunnah yang sudah digariskan oleh rasul. 

Seakan-akan mereka merasa bahwa Rasullulah tetap hidup, sampai karena terkenang akan perjuangannya membuat air matanya menetes. Itulah bentuk umat yang mengimani nabi.

Dengan begitu adanya peringatan maulid nabi akan mengigatkan kepada umat Islam supaya mengimaninya, menjadikan nabi sebagai sosok figur yang dijadikan panutan dalam menyelami samudra kehidupan. Meneladani perjalanan rasul untuk menegakkan masyarakat madani (masyarakat seimbang) dengan menjadi umatnya yang baik dan patuh. Tidak hanya memuji tetapi ada efek perilaku riil di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua menjadi umatnya yang taat. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun