Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengambil Hikmah Dibalik Perintah Mendirikan Shalat

1 Oktober 2020   13:44 Diperbarui: 2 Oktober 2020   23:48 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Islam bisa menjalankan shalat,  akan tetapi tidak semua bisa mendirikan shalat. Kenapa demikian?

Pada tulisan ini, penulis mengajak kepada para pembaca untuk menyelami makna di balik perintah mendirikan Sholat lima waktu dalam sehari, diperintahkan Allah bagi setiap hamba, yang telah mengaku sebagai orang  mukmin (Orang yang percaya). Ajaran Islam sangat menekankan kepada umatnya untuk mendirikan shalat, dalam sebuah hadis dijelaskan, " Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka dia telah menegakkan agamnya, dan barangsiapa yang merobohkannya, maka dia telah merobahkan agamanya." Dalam ayat Al-Qur'an tidak ada kata perintah jalankanlah shalat namun, dengan kata dirikanlah shalat. Dalam segi bahasa tentunya kata jalankan dengan dirikan memiliki makna yang berbeda. Seorang mukmin bisa menjalankan shalat,  akan tetapi tidak semua orang Islam bisa mendirikan shalat. Kenapa demikian? Ini lah yang akan penulis bahas, Sebenarnya apa makna di balik mendirikan shalat? Kenapa kita harus mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari?  Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu shalat, penelitian ini menggunaan pendekatan kualitatif untuk bisa mengungkap makna dibalik perintah shalat. 

 Hakekat Shalat

 Makna shalat

Shalat dari segi bahasa berasal dari kata (صَلَّى - يُصَلِّي ) dalam surat At-Tawbah ayat 103, secara harfiah mengandung makna doa, sedangkan dari segi istilah sebagai kegiatan ibadah khusus yang dimulai dengan takbiratulihram dan diakhiri salam. Di dalam Al-Qur'an perintah untuk mendirikan shalat, masuk ke dalam kata kerja printah (fiil Amr) untuk orang banyak "Aqiimush shalata," dirikanlah shalat (Kamu sekalian), Sedangkan untuk orang satu, "Aqimish shalata," dirikanlah shalat, diperintahkan oleh Allah SWT dalam  QS. Al-Baqarah [2] : 43, 83, dan 110, QS. An-Nisa' [4] : 103, QS. Al-Isra' [17] : 78, QS. Taha [20] : 14, QS. Al-Ankabut [29] : 45, QS. Ar-Rum [30] : 31, QS. Luqman [31] : 17, QS. [33] : 33, QS. [58] : 13 dan QS. Al-Kawthsar [108] : 2. Dapat dipahami dalam wahyu perintah mendirikan shalat sekiranya terdapat dalam sepuluh surat dan dua belas ayat. Lantas ditunjukkan untuk Siapa ibadah shalat itu? Diterangkan di dalam QS. Al-Kawthsar [108] : ayat 2, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu..." Kemudian kita bisa bertanya Siapa Tuhan Itu sehingga pantas untuk diibadahi? "Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung." (QS. Al-Muzzammil [73] : 7-8) 

Analisa Hikmah

1. Makna shalat ialah Pemujaan Terhadap Allah SWT

Dengan demikian kita tarik pemahaman bahwa makna shalat berasal dari kata doa secara makna memilik arti permohonan, harapan, permintaan, dan pujian, kata pujian adalah pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan dzat yang maha mutlak kekuasaanya, yang dianggap amat sangat baik, amat sangat indah, amat sangat gagah, amat sangat besar, amat sangat berkuasa dan lain sebagainya, Sehingga subjek yang memuji perilakunya akan tunduk patuh, takut dan taat kepada yang dipuji.  Maka di dalam shalat hanyalah boleh ditunjukkan kepada Tuhan seluruh semesta alam yaitu Allah SWT semata, tidak boleh ke yang lain. 

2. Shalat  mengingatkan akan ikrar yang sudah diucapkan

Kenapa bahasanya dirikanlah shalat? Karena kata dirikan berasal dari kata diri yang memiliki maksud kesadaran atas identitasnya. Dirikanlah shalat, pujalah Allah SWT dalam keadaan sadar! Kita dalam shalat telah mengucapkan pernyataan, "....Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (Al-An'am [6] : 162). Itu semua adalah janji kita kepada Allah! Kemudian kita lanjutkan dengan, "Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin." Diri kita berjanji lagi akan tunduk secara mutlak kepada-Nya segala perintah dan larangan-Nya akan kita patuhi karena, diri kita menyatakan sebagai muslim, orang yang menyerahkan diri. Dengan memaknai ibadah shalat demikian, niscaya akan berdampak kepada diri kita, sesuai dengan ayat, "..Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.." Begitulah apabila kita bisa mengetahui rahasia dibalik perintahNya, apabila orang itu tidak sadar akan perkataan yang diucapkan seperti orang yang mabuk (QS. An-Nisa [4] : 43), niscaya dia shalat atau tidak, efeknya sama saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun