Pada abad ke-21 ini kemajuan teknologi digital tidak ayalnya seperti roket yang lepas landas, melejit sangat cepat. Setiap tahun perkembangannya terus meningkat dengan perambahan bidang yang semakin luas. Mulai dari urusan pendidikan, pekerjaan, aktivitas di rumah, berbelanja, hiburan, dan hal-hal lain yang semakin lebih mudah di lakukan karena adanya teknologi digital. Oleh karena itu, saat ini teknologi digital seakan memiliki peranan yang sangat penting dalam aktivitas setiap orang.
Salah satu dari banyaknya teknologi digital yang kita manfaatkan selama ini adalah gadget. Dalam kamus KBBI gadget sendiri bermakna gawai, namun bila menarik pengertian secara umum gadget dapat didefinisikan sebagai perangkat elektronik dengan model penggunaan yang praktis dan memiliki fungsi khusus. Secara umum gadget memiliki fungsi sebagai media komunikasi. Selain itu gadget juga berfungsi untuk memperlancar komunikasi, mengakses informasi, menikmati berbagai hiburan, menambah wawasan, dan banyak lagi. Gadget juga tidak hanya di artikan sebagai handphone, beberapa macam gadget antara lain; laptop, notebook, komputer, tablet, ipad, kamera digital, dan headphone.
Jenis gadget yang bernama smartphone atau ponsel merupakan salah satu bukti perkembangan digital yang semakin pesat. Jenis ponsel dan keunggulan serta kepraktisannya yang beragam juga mempengarui presentase penggunaan nya. Berdasarakan laporan dari Badan Pusat Statistika (BPS), penggunaan ponsel meningkat semenjak 2011 hingga 2021. Pada 2021 tercatat 65,87% masyarakat Indonesia tercatat memiliki ponsel. Angka tersebut terus melonjak sekitar 68% jika di bandingkan dengan kondisi pada satu dekade lalu. Padahal pada 2011 presentase penduduk tanah air yang memiliki ponsel baru 39,19%.
Melihat tren nya penggunaan ponsel meningkat 1%-3% per-tahunnya. Kecuali pada 2020 presentasenya pengguna ponsel menurun menjadi sebesar 62,84%
Tidak ada peraturan tertulis yang menyatakan batas umur seseorang memiliki dan menggunakan ponsel. Berdasarkan laporan BPS, sebanyak 33,44% anak usia berusia 0-6 tahun di Indonesia sudah bisa menggunakan ponsel pada 2022. Sementara, 24,96% anak usia dini di dalam negeri juga mampu mengakses internet.
Dalam psikologi perkembangan anak usia dini di katakan sebagai anak yang berumur 0-6 tahun. Penggunaan ponsel berdampak dalam perkembangan sosial anak usia dini, mulai dari dampak positif maupun dampak negatif. Penggunaan ponsel berlebihan dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial anak. Dampak buruk tersebut antara lain anak menjadi lebih tertutup, mengalami gangguan tidur, pudarnya kreativitas, memiliki prilaku kekerasan, suka menyendiri, dan ancaman cyberbullying. Â
Dampak gadget yang sudah mandarah sejak dini juga berakibat pada eksplorasi anak terhadap literasi. Anak-anak lebih tertarik bermain game atau menonton Youtube dan Tiktok daripada membaca buku atau majalah. Hal tersebut sebenarnya lumrah di lakukan mengingat teknologi sudah sangat berkembang. Namun sangat di sayangkan apabila dampak semakin menurunnya literasi di Indonesia di karenakan kurangnya minat membaca anak sebab kalah menarik dengan game, dan video-video di youtube juga tiktok. Hal tersebut seharusnya menjadi permasalahan penting, jika di usia dini saja anak sudah tidak tertarik membaca, maka bisa di pastikan kedepannya pasti akan sulit untuk membiasakan kebiasaan tersebut.
Hal ini juga tidaak luput dari peran orang tua untuk mengedukasi anak tentang penting nya literasi. Sebagaimana pepatah pernah mengatakan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Maka jika orang tuanya suka membaca, maka 50% anaknya juga akan ikut suka membaca. Presentase tersebut bisa naik lebih tinggi jika orang tuanya mengikutsertakan anak tersebut dalam kegiatan membaca yang di lakukan orang tuanya.
Bagi para orang tua, anak yang pintar bukan hanya yang fasih  dalam hal matematika atau pun bahasa inggris. Anak yang pandai bermain musik, anak yang pandai dalam berolahraga, bahkan anak yang suka membaca pun juga layak mendapatkan predikat pintar. Karena sudah sejak dulu di katakana bahwa buku adalah jendela dunia. Dan jendela dunia itu tidak hanya berasal dari buku pelajaran saja.
Semoga literasi Indonesia cepat sembuh dari masa kritisnya. Hidup Literasi!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI