Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Harus Melek STEM! Ternyata Ini Kunci Siswa SD Melek Teknologi & Jadi Problem Solver Sejak Dini

18 September 2025   14:04 Diperbarui: 18 September 2025   14:04 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Gambar: Penulis dan Teaching Team. Sumber: Dokpri Khoeri Abdul Muid]

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pernah lihat anak lebih anteng main game sampai berjam-jam daripada belajar? Atau melihat mereka hafal semua karakter di TikTok tapi kesulitan memahami pelajaran di sekolah? Apa yang salah?

Sebagai seorang Kepala Sekolah yang juga sehari-hari mengedit buku-buku pelajaran, saya melihat akar masalahnya bukan pada anaknya, tapi pada cara kita mengajar. Dunia mereka sudah penuh dengan teknologi yang interaktif, sementara metode belajar kita seringkali masih stuck (terjebak, ---lebih dari sekedar stagnasi) pada ceramah, catat, dan hafal. Untuk menyiapkan mereka menghadapi Indonesia Emas 2045, kita harus berani berubah. Dan salah satu kunci utamanya adalah pendekatan STEM.

[Gambar: Cover Buku Guru dan Cover Buku Siswa. Sumber: Dokpri Khoeri Abdul Muid]
[Gambar: Cover Buku Guru dan Cover Buku Siswa. Sumber: Dokpri Khoeri Abdul Muid]

Apa itu STEM? Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika. Kedengarannya rumit untuk anak SD? Sama sekali tidak! Justru ini adalah cara belajar paling seru.

Bayangkan, alih-alih menghafal definisi "kalor" dan "mencair", siswa-siswa saya justru membuat es krim sendiri di kelas! Mereka bereksperimen mencampur susu, gula, dan vanilla. Lalu mereka mengocoknya dalam es batu dan garam. Dari situ, mereka bukan hanya paham teori, tapi juga belajar sains (perubahan wujud), matematika (perbandingan bahan), teknik (cara mengocok yang efektif), dan teknologi (cari resep di internet). Hasilnya? Mereka antusias, paham konsep, dan yang paling penting, terlatih jadi problem solver.

[Gambar: Halaman
[Gambar: Halaman "Ayo Berkarya". Sumber: dokpri Khoeri Abdul Muid]

Atau, dalam proyek lain, mereka belajar konsep kimia-fisika dengan membuat batik jumputan atau ecoprint dari daun-daunan. Hasilnya bukan hanya nilai bagus, tapi juga karya yang bisa dibanggakan dan bahkan punya nilai jual. Ini baru pembelajaran yang bermakna!

"Highlight Peran Ganda"

[Gambar: Halaman Judul (Copyright Page). Sumber: dokpri Khoeri Abdul Muid]
[Gambar: Halaman Judul (Copyright Page). Sumber: dokpri Khoeri Abdul Muid]
Nah, di sinilah peran saya sebagai editor dan kepala sekolah bermain. Gagasan guru yang brilian harus "diedit" menjadi bahan ajar yang runtut, aman, dan mudah dipraktikkan, dilengkapi rubrik penilaian yang adil (tidak hanya nilai akhir, tapi prosesnya juga dinilai!). Dan sebagai kepala sekolah, saya memastikan guru-guru percaya diri dan punya sumber daya untuk memimpin petualangan belajar seru ini di kelas. Kepemimpinan pendidikan itu tentang menciptakan ruang aman untuk berinovasi.

Jadi, kepada rekan-rekan guru dan orang tua, mari kita ubah mindset. Belajar bukan untuk menghadapi ujian, tapi untuk menghadapi kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun