Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menggelar Sorban Ajisaka: Suara untuk Harimau, Gajah, dan Orangutan

13 September 2025   13:23 Diperbarui: 13 September 2025   16:35 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Peta Sumatra yang menunjukkan kawasan lindung vs. non-lindung, dan titik-titik konflik manusia-satwa. Sumber: forumtataruang.com]

3. Teknologi sebagai Mata yang Tidak Pernah Lelah

  • Camera trap untuk monitoring populasi dan perilaku satwa
  • GPS collar untuk tracking pergerakan dan konflik
  • Remote sensing untuk deteksi dini deforestasi
  • Aplikasi mobile untuk pelaporan konflik dan emergency response

4. Kebijakan dengan "Political Will" yang Nyata

  • Moratorium izin baru untuk perkebunan di koridor ekologis
  • Penegakan hukum yang konsisten terhadap pembalakan liar
  • Insentif fiskal untuk praktik ramah lingkungan
  • Regulasi yang melindungi petani sekaligus satwa

Bhinneka Tunggal Ika: Keberagaman dalam Kesatuan Ekosistem

[Hutan, Gajah dkk. keberagaman hayati adalah kekuatan dalam kesatuan ekosistem. Sumber: Situs WWF]
[Hutan, Gajah dkk. keberagaman hayati adalah kekuatan dalam kesatuan ekosistem. Sumber: Situs WWF]

Dalam semangat "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" (Berbeda-Beda Tetapi Tetap Satu), ---keberagaman hayati adalah kekuatan dalam kesatuan ekosistem. Harimau dengan territorialnya yang luas, gajah dengan perannya sebagai "landscape architect," orangutan sebagai penyebar benih---semuanya adalah bagian dari "tlaga panguripan" yang sama.

Menghadapi Dewatacengkar modern memerlukan "tekat ingkang kiyat"---tekad bulat dan nalar yang jernih. Nepal, Malaysia, dan Heart of Borneo telah membuktikan bahwa koeksistensi manusia dan satwa bukanlah utopia. Dengan semangat "lair-batin"(lahir batin) ---kolaborasi antara kekuatan fisik dan spiritual---kita bisa mewujudkannya.

Dari Cengkar Menuju Gemah Ripah Loh Jinawi

[Orangutan dkk Gemah Ripah Loh Jinawi, kita juga Gemah Ripah Loh Jinawi. Sumber: Situs WWF]
[Orangutan dkk Gemah Ripah Loh Jinawi, kita juga Gemah Ripah Loh Jinawi. Sumber: Situs WWF]
Konservasi bukan hanya tentang menyelamatkan satwa dari kepunahan. Ini tentang transformasi dari "cengkar" (kekeringan ekologis) menuju "gemah ripah loh jinawi"---kelimpahan yang berkelanjutan dimana "tulus kang sarwa tinandur murah kang sarwa tinuku" (berbuah segala yang ditanam dan murah segala yang dibeli).

Seperti Ajisaka yang menciptakan telaga di tanah gersang, setiap koridor yang kita bangun, setiap hutan yang kita pulihkan, setiap konflik yang kita selesaikan dengan bijaksana, adalah telaga kehidupan bagi bumi. Bukan hanya untuk harimau, gajah, dan orangutan, tapi untuk kita sendiri sekarang dan untuk masa depan anak cucu kita.

Dari itu semua, visi akhirnya adalah "tata tentrem karta raharja"---ketenteraman dan kesejahteraan bersama dalam harmoni ekologis. Dimana manusia tidak lagi menjadi Dewatacengkar yang melahap habitat, melainkan Ajisaka yang menciptakan ruang kehidupan bagi semua makhluk.

Waktu semakin sempit, tetapi suara kita masih bisa mengubah segalanya. Mari gelar sorban Ajisaka bersama---dengan "cancut gumregut ngulir budi nggelar nalar," dengan kerendahan hati, kecerdasan, dan tekad yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun