OLEH: Khoeri Abdul Muid
Episode 2 -- Pelarian dan Pencarian
Angin laut Tuban membawa aroma asin malam itu, ketika Raden Mas Sahid melangkah tanpa tujuan. Jalanan desa sepi, hanya sesekali terdengar gonggongan anjing dari kejauhan.
Setiap langkah menjauh dari kadipaten seperti menanggalkan lapisan kebanggaan yang dulu melekat. Kini, ia bukan lagi putra adipati. Ia hanya seorang pemuda yang terusir, membawa rasa bersalah yang menyesakkan.
Di sebuah perempatan desa, Sahid berhenti. Ia menatap ke arah utara, laut luas terbentang. Ke arah selatan, hutan Kendeng menunggu.
"Ke mana aku harus pergi?" gumamnya.
Jawaban itu datang dari rasa lapar. Ia memilih menuju dusun kecil, berharap bisa menukar cincin emas kecil yang masih ia simpan dengan makanan.
Namun di pasar desa itu, orang-orang menatapnya dengan curiga. Seorang lelaki tua bahkan berbisik, "Itu Raden Tuban yang suka berbuat onar, bukan? Jangan dekati dia."
Sahid tercekat. Nama buruknya rupanya sudah mendahului langkahnya. Ia berjalan cepat meninggalkan kerumunan, rasa malu membakar wajahnya.
Hari-hari berikutnya, ia menempuh jalan sunyi. Tidur di gubuk kosong, makan dari apa saja yang bisa ia temukan di ladang.
Hingga suatu sore, di tepi sungai, ia melihat sekelompok anak kecil bermain sambil menyanyikan tembang Jawa. Sahid duduk termenung, hatinya bergetar.
"Aku dulu sering menertawakan orang kecil seperti mereka," bisiknya. "Padahal inilah wajah sejati kebahagiaan."
Tiba-tiba seorang lelaki tua bersarung, berwajah teduh, menghampirinya.
"Anak muda, kenapa engkau duduk sendirian di sini?"
Sahid terdiam. Untuk pertama kalinya, ada orang yang menegurnya tanpa tatapan benci.
"Aku... sedang mencari jalan," jawabnya lirih.
Lelaki tua itu tersenyum samar.
"Kalau kau sungguh mencari, kau akan menemukan. Tapi jalan itu tak selalu lurus. Kadang harus melewati gelap dulu."
Sahid menatap lelaki itu, merasa ada sesuatu yang berbeda. Belum ia tahu, pertemuan ini akan menjadi awal dari jalan barunya---jalan menuju makna sejati kehidupan.
BERSAMBUNG KE Episode 3 -- Pertemuan dengan Sang GuruÂ
Disclaimer: Cerbung Sahid "Mbrandhal" adalah karya fiksi yang terinspirasi dari kisah Raden Mas Sahid/Sunan Kalijaga. Seluruh alur, dialog, dan detail dramatik merupakan imajinasi penulis sehingga tidak dimaksudkan sebagai catatan sejarah otentik maupun representasi fakta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI