[Episode 9: Pilihan Terakhir]
OLEH: Khoeri Abdul Muid
Tiga hari sudah berlalu sejak kembalinya mereka ke Tarub. Joko Limar terbaring lemah di ranjang, meski lukanya sudah mulai membaik berkat perawatan Ki Ageng Tarub dan tabib terbaik di desa.
Bondhan duduk di samping tempat tidur Joko Limar, wajahnya penuh rasa bersalah. "Maafkan aku, Joko. Karena aku, kamu jadi begini."
Joko Limar tersenyum lemah. "Jangan bilang begitu. Aku melakukan itu karena aku mau, bukan karena terpaksa." Dia batuk sedikit. "Lagipula, berkat tindakanku itu, ayahku bebas. Aku tidak menyesal."
Patih Pratiwiro yang duduk di sebelah mereka mengangguk. "Anakku memang keras kepala, tapi hatinya baik. Sama seperti ibunya."
"Bagaimana perasaan Patih setelah bebas dari penjara Terung?"
Pratiwiro menghela napas panjang. "Lega, tapi juga sedih. Persahabatan puluhan tahun dengan Surantoko hancur karena ambisi politik. Tapi mungkin memang sudah waktunya."
"Apa yang akan Patih lakukan sekarang?"
"Aku akan kembali ke Majapahit. Melayani negara seperti dulu. Surantoko mungkin salah jalan, tapi Majapahit masih butuh orang-orang yang setia."