Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Kala Lebih Perkasa

20 Agustus 2025   20:16 Diperbarui: 20 Agustus 2025   20:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riko mengangguk setuju. "Benar, Bang Sardi. Kita tidak boleh merendahkan orang lain. Hari ini mungkin kita perkasa, tapi ingatlah, sang kala, sang waktu, lebih perkasa dari kita."

Sardi tertawa sinis. "Kalian ini bicara seperti orang bijak saja! Itu cuma perumpamaan."

Kakek Karto tak gentar. "Ini bukan hanya perumpamaan, Nak. Ini adalah kebenaran universal. Dalam Islam pun, kekuasaan dan keperkasaan hanyalah milik Allah semata. Allah berulang kali mengingatkan kita tentang kefanaan dunia. 'Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati'. Kita tidak tahu kapan roda nasib akan berputar. Kesombongan dan kezaliman sangat dicela karena akan ada saatnya 'sang kala' menunjukkan keadilannya."

Riko menambahkan, "Dalam filosofi Buddhisme, ada konsep Anicca, yang berarti ketidakkekalan. Segala sesuatu itu berubah. Hari ini kita di atas, besok bisa jadi di bawah. Burung yang memangsa semut hari ini, besok menjadi santapan semut. Keterikatan pada status atau kekuasaan menjadi sia-sia karena tidak ada yang abadi."

Sardi terdiam. Wajahnya yang semula angkuh kini menampakkan kebingungan. Selama ini ia selalu mengandalkan kekuatan fisik dan kekuasaannya sebagai mandor. Ia tidak pernah berpikir bahwa semua itu bisa hilang dalam sekejap.

Kakek Karto tersenyum. "Nak Sardi, cobalah berpikir. Siapa yang paling kuat? Apakah orang yang bisa mengangkat karung 100 kilo, atau orang yang bisa mengendalikan hawa nafsu dan kerendahan hatinya? Kehidupan ini seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Yang paling bijaksana adalah yang bisa bersyukur di atas, dan bersabar di bawah. Sebab, yang paling perkasa bukanlah kita, tapi sang Waktu."

Sardi memandang Kakek Karto dan Riko bergantian. Kata-kata mereka menusuknya, tapi bukan untuk menyakiti, melainkan untuk menyadarkan. Hawa panas siang itu terasa semakin membakar, namun kini ada sesuatu yang mendinginkan hatinya. Perlahan, ia membungkuk, mengambil cangkulnya, dan kembali bekerja tanpa kata-kata angkuh. Ia sadar, pelajaran paling berharga hari ini tidak datang dari kekuasaan, melainkan dari seekor burung yang telah mati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun