Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jayakusuma Gugur (1)

26 November 2016   15:21 Diperbarui: 26 November 2016   16:31 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adipati Jayakusuma, Raja Kerajaan Pati, tengah duduk santaimenikmati keindahan taman kerajaan yang bersemilir  aroma beraneka bunga .

Tiba-tiba datang Retna Dumilah, puteri boyongan (pampasanperang) Madiun, anak Panembahan Emas Rangga Jumena.

Dengan bersimbah air mata, Retna Dumilah menyampaikanpenyesalannya  karena dulu telah bersedia menjadi istri Pengeran Senapati.

Retna Dumilah memohon agar Adipati Jayakusuma mau menerimapenyerahan  jiwa raganya. 

“Sungguh, Kanjeng Adipati… Hamba ini telah berlaku keterlaluan.Telah mendholimi, Kanjeng Adipati… Ketika, dulu, Kanjeng Adipati dan PanembahanSenapati sedang berselisih paham soal siapa yang paling berhak menerima pampasan perang putri boyongan, ya hamba ini… Dan, ketika itu deadlock, tidak adayang mau mengalah. Sehingga, Kanjeng ingat kan, akhirnya keputusannyadiserahkan kepada hamba. Dan, ketika hamba ditanya oleh Panembahan Senapatimengenai kesediaan menjadi istrinya, hamba jawab iya…  Padahal?...Sekarang hamba baru tahu, Kanjeng Adipati Jayakusumalah yang paling berhak ataspampas an perang itu.  Dan, sungguh, hamba  melihat betapa KanjengAdipati Jayakusuma adalah orang yang berakhlakul karimah… Karenanya terimalah penghambaan hamba, sekalipun hamba dijadikan “juru perut” (koki masak), atauapapun, Kanjeng...”.

Menghayati apa yang disampaikan Retna Dumilah, AdipatiJayakusuma merasa iba. Ada kejujuran yang terpancar dari Retna Dumilah.Sehingga Retna Dumilah-pun diterima sebagai selirnya.  Selanjutnya mereka memadu cinta dengan asyiknya.

Namun, mak  bedunduk! Kemesraan itu dibuyarkanoleh terjangan Panembahan Senapati yang tiba-tiba namun sigap dapat di tangkisoleh Adipati Jayakusuma.

“Hai, maling kau, Jayakusuma! Kembalikan istriku! Dan, kau,Retna Dumilah! Sejak kapan kau belajar selingkuh?!”, Bentak Panembahan Senapatidengan gaya kesewenang-wenangannya.

Keadaan ini, bagi Adipati Jayakusuma, justru menjadi momen yangbagai pucuk dicinta ulam tiba. Karena pada kesempatan ini bisa menuntutkeadilan. Bisa melampiaskan kejengkelannya terhadap sikap mau menang sendiriPanembahan Senapati.

“Jangan begitu, Kang Mas Senapati… Kalau Kang Mas masih mau sayahormati, bersikaplah bijak”.

“Jayakusuma! Jangan sok bicara soal bijak! La wong sudahjelas-jelas kamu merebut istri orang koq masih belagu ngomong soal kebijakan!Nggak malu, apa, kamu! Retna Dumilah adalah istri syahku!”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun