Menurut studi oleh Stefan et al. (2013), penyebab utama food waste di rumah tangga adalah perencanaan makanan yang buruk, belanja impulsif, dan miskomunikasi antarkeluarga soal kebutuhan makan. Kebiasaan membeli dalam jumlah besar demi diskon juga menjadi pemicu.
2. Kurangnya Edukasi
Banyak orang tidak memahami makna "best before" dan "use by" yang tercetak pada kemasan. Dalam riset oleh Wilson et al. (2017), mayoritas konsumen membuang makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi karena salah tafsir label kedaluwarsa.
3. Sistem Distribusi yang Tidak Efisien
Distribusi pangan yang tidak merata menyebabkan surplus di satu tempat dan kekurangan di tempat lain. Rantai pasok yang panjang memperbesar risiko kerusakan, terutama pada produk segar seperti buah dan sayur (Lipinski et al., 2013).
Â
Upaya Global dan Lokal dalam Mengurangi Food Waste
1. Kebijakan Pemerintah
Uni Eropa telah mengadopsi strategi "Farm to Fork" yang menargetkan pengurangan 50% pemborosan pangan pada tahun 2030. Prancis bahkan memberlakukan undang-undang yang melarang supermarket membuang makanan dan mewajibkan donasi kepada lembaga sosial (European Commission, 2020). Indonesia melalui GRASP2030 (Gerakan Rantai Pasok Pangan Berkelanjutan) mulai mengadopsi pendekatan kolaboratif lintas sektor dalam menangani isu ini.
2. Teknologi Digital
Aplikasi seperti "Too Good To Go", "Karma", dan "OLIO" membantu konsumen mendapatkan makanan sisa restoran dengan harga murah. Ini terbukti mengurangi food waste sekaligus mengedukasi masyarakat soal nilai pangan (Alexander & Smaje, 2008).