Ketika matahari mulai gagah terbit, kermaian pasar yang biasa tak terkendali, hilir mudik monster jalanan yang tak pernah kalah dan bahkan tak mau mengalah, kini semua lenyap.
Jalanan nan gagah mulai sepi, pagi yang ramai kini bagai tak ada kehidupan, sore menyapa sebelum senja juga tak tampak keramaian.
Jerit dan larian para anak didik disekolah pengisis aktifitas harian juga kini tak tampak. Lonceng pergantian jam pelajaran juga kini tak terdengar, tiupan suara peluit pak satpam sebagai petanda kenakalan para siswa juga tak lagi berfungsi.
Ada apa? Kenapa? Mengapa sesunyi ini?
Pagar gagah perkantoran, seragam indah staf pegawai juga tak lagi berseliweran ditengah kota. Hilir mudik para penyebrang berseragam diujung terminal yang biasa ramai kini juga tak tampak.
Kemana mereka? Ada apa dengan semuanya? Mengapa? Di mana ramai itu?
Lantai terdengar suara sirine mesin beroda emoat bertuliskan Ambulance dengan lantang, secepat kilat tak berbayang dengan seragam yang tak biasa.Â
Sedang apa mereka? Mau ke mana?
Tiba-tiba suasana menjadi mencekam, hening tak bersuara dan sangat sepi. Lalu aku berfikir, inikah pertanda kiamat? Apakah ini satu persatu pengadilan sang pengadil?
Tuhan, ada apa dengan semuanya? Tuhan, apakah tentaramu sungguh turun ke muka bumi ini? Apakah ini cara-Mu untuk menegur kami para pendosa?
Ampuni kami Tuhan, ampuni kami.