Mohon tunggu...
khairul ikhwan d
khairul ikhwan d Mohon Tunggu... pernah main hujan

sedikit demi sedikit, lama-lama habis

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Tertelan Pusaran Algoritma Opini Publik

9 September 2025   17:05 Diperbarui: 11 September 2025   14:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Algoritma Opini Publik / foto khairulid

Algoritma merupakan frasa yang sama sekali baru dalam dunia komunikasi. Sesuatu yang bersumber dari istilah komputer, dan semakin sering digunakan seiring pesatnya perkembangan internet. Namun pemaknaan kata ini bisa berbeda, tergantung kepentingannya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan algoritma adalah suatu prosedur sistematis untuk menyelesaikan masalah matematika dalam langkah-langkah terbatas atau urutan pengambilan keputusan yang logis untuk memecahkan masalah tersebut. Begitu batasannya.

Namun dalam buku Algoritma Opini Publik: Perspektif Sejarah dan Transformasi Digital, algoritma diterjemahkan sebagai serangkaian instruksi matematika yang digunakan oleh platform digital seperti Facebook, Youtube, Tiktok, Instagram, X, dan Threads untuk menyaring, menyusun, dan menyajikan informasi kepada pengguna. Ini juga bahasan yang sangat kekinian.

Buku ini ditulis duo Ali Rif'an dan Entis Somantri. Ali merupakan pengampu mata kuliah Opini Publik di FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, sementara Entis merupakan Wakil Direktur Pusat Inovasi Sains dan Teknologi (Pintek) di kampus yang sama. Ircisod (Grup Diva Press) menerbitkan buku ini pada Juli 2025. Menurut data di halaman judul, tebal buku 314 halaman, namun ternyata aslinya 322 halaman. Itu sudah termasuk daftar pustaka yang mencapai 26 halaman.

Pada pokoknya kedua penulis menyampaikan lintasan sejarah tentang bagaimana opini publik terbentuk sejak zaman baheula hingga sekarang. Pendapat masyarakat terhadap sesuatu bergantung kepada informasi yang disampaikan pendesain informasi lewat medium yang tersedia pada masa itu. Mulai dari relief batu di dinding-dinding candi, papan informasi acta diurna, koran, hingga timbunan teks di dunia maya.

Periodesasi Opini Publik

Perkembangan opini publik itu dibagi dalam enam era yang segaris dengan perkembangan medium komunikasi. Fase itu pun diperiodesasikan dalam angka-angka yang berakhiran dengan titik nol.

Fase pertama disebut Pra -1.0 yang kira-kira dimulai dari era kuno hingga tahun 1440. Pada masa ini, media utama adalah komunikasi lisan, simbol, seni visual, prasasti dan manuskrip (hal 11). Misalnya pada zaman Romawi Kuno, pembentukan opini publik dilakukan melalui retorika dan pidato di tempat-tempat umum. Forum Romanum sebagai pusat kehidupan politik dan sosial, menjadi tempat para orator menyampaikan pidato yang membangkitkan emosi dan membentuk persepsi masyarakat (hal 88).

Fase berikutnya era 1.0 yakni tahun 1440-1906. Titik tolak era ini dimulai saat Gutterberg menemukan mesin cetak tahun 1440 di Jerman (hal 11). Alat untuk membentuk opini publik itu pun sudah menggunakan medium tercetak.

Cover belakang buku Algoritma Opini Publik / foto khairulid
Cover belakang buku Algoritma Opini Publik / foto khairulid
Selanjutnya era 2.0 yang membahas perkembangan opini publik pada kurun 1906-1980, semusim dengan waktu munculnya radio dan televisi. Nah, pada fase ini penulis menyatakan sudah ada tahapan yang polanya sama seperti algoritma. Media pada masa itu sudah menjalankan mekanisme yang mirip, yaitu memilih, membingkai dan mengatur isu-isu yang ingin mereka tonjolkan. Membantu mengarahkan perhatian publik dan membentuk opini terhadap peristiwa tertentu (hal 150).

Kemudian era 3.0. Batasan waktunya antara 1980 hingga 2004 yang ditandai dengan kemunculan internet dan media online. Berikutnya era 4.0 yang dimulai dari kurun 2004 hingga 2020. Penyebab utama lahirnya batasan waktu ini karena kemunculan media sosial seperti Facebook dan lainnya. Sedangkan fase terakhir yang disebut sebagai era opini publik 5.0 merupakan fase saat ini. Prosesnya dimulai sejak tahun 2020 (hal 13), bersamaan dengan pemilihan raya di Amerika Serikat yang ditandai dengan masifnya penggunaan Artificial Intelligence (AI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun