Mohon tunggu...
khairul ikhwan d
khairul ikhwan d Mohon Tunggu... Penulis - pernah main hujan

sedikit demi sedikit, lama-lama habis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kwitang, Pasar Buku Masa Lalu

17 Februari 2022   12:27 Diperbarui: 17 Februari 2022   12:40 2884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar buku Kwitang yang kian meredup/@khairulid

Kwitang adalah pasar buku bekas masa lalu. Pasar itu masih ada hingga kini, namun eksistensinya semakin redup.

Tahun 80-an menjadi awal kejayaan Kwitang. Seiring dengan kehadiran Toko Buku Gunung Agung, pedagang buku bekas memenuhi setiap jengkal ruas jalan di sekitar Gunung Agung, mulai dari Jalan Kwitang Raya hingga Kramat Raya. Kwitang yang merupakan nama kelurahan di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat ini menjelma menjadi pusat perkulakan buku.

Tak hanya buku bekas, buku-buku baru juga banyak. Semuanya ditawarkan dengan harga relatif murah. Cocok untuk kantong mahasiswa dan pelajar dari keluarga kelas menengah.

"Dulu, dulu ya, semua mencari buku murah kemari," kata Taken, salah seorang pedagang di Kwitang.

Taken adalah pelaku sejarah. Dia bagian dari perkembangan ada satu-dua lapak kecil di Kwitang yang berkembang seumpama jamur menjadi ratusan lapak tahun 90-an. Lantas menjadi hanya sekitar 30-an pedagang saja saat ini.

"Sekarang ya sudah sedikit yang jual, banyak yang pindah karena penggusuran, terutama ke Pasar Senen," kata Taken.

Penggusuran itu terjadi pada Agustus 2008. Sekitar 300-an pedagang buku itu, memicu kedatangan ribuan orang setiap harinya. Jalanan yang sempit dipenuhi ribuan pengunjung orang yang membawa kendaraan. Macet parah setiap hari.

Kebijakan diambil gubernur saat itu Fauzi Bowo. Relokasi dilakukan. Ada yang dipindahkan ke Pasar Senen, Blok M Square, dan ada yang dipindahkan ke beberapa mal lain seperti Jakarta City Centre (JaCC). Sempat ada perlawanan, tapi tak berarti banyak.

Kwitang mendadak sunyi. Hanya beberapa pedagang saja yang bertahan, yang benar-benar memiliki bangunan toko. Bukan kaki lima yang menggelar lapak di pinggir jalan.

Namun di tempat yang baru, denyut transaksi tidak berjalan lancar. Dibelit sewa yang mahal, pembeli yang minim, sejumlah pedagang gulung tikar. Menjual murah asetnya pada pedagang lain, lantas berganti profesi atau pulang ke daerah asal.

Beberapa ada yang kembali ke Kwitang. Menggelar lapak di pinggir jalan. Namun harus awas dengan kedatangan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun