Setiap keluarga tentu memiliki kisahnya masing-masing. Begitu juga dengan keluarga saya, yang lahir dan tumbuh di tengah perpaduan dua budaya: Betawi dan Sunda. Ayah saya adalah orang Betawi asli yang menetap di Pondok Jaya. Beliau tumbuh besar di lingkungan masyarakat Betawi yang kental dengan tradisi, seperti budaya silaturahmi, gotong royong, hingga kesenian khas seperti lenong dan gambang kromong. Sementara itu, ibu saya berasal dari tanah Sunda, dan tinggal di Ciputat. Karakter lembut, penyabar, dan penuh perhatian yang melekat pada diri ibu adalah cerminan dari budaya Sunda yang menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun.
Saya sendiri lahir di Ciputat, sebuah daerah yang dikenal ramai dengan keragaman masyarakatnya. Adik saya, berbeda dengan saya, lahir di Pondok Jaya---daerah tempat ayah saya berasal. Sejak kecil, kami berdua sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana namun penuh kebersamaan. Ayah mengajarkan kami untuk bangga dengan identitas Betawi, sementara ibu membimbing kami untuk menjaga nilai-nilai kesopanan ala Sunda. Perpaduan dua budaya ini tidak hanya memperkaya cara kami bersikap, tetapi juga menjadikan keluarga kami unik.
Kehidupan sehari-hari kami tidak lepas dari dua corak budaya ini. Misalnya, dalam urusan makanan, kami bisa merasakan sayur asem dan kerak telor ala Betawi di satu waktu, lalu es lilin dan nasi timbel ala Sunda di waktu lainnya. Dalam hal komunikasi, ayah lebih sering menggunakan logat Betawi yang lugas, sedangkan ibu memakai bahasa Sunda yang lembut. Perbedaan itu tidak pernah menjadi jarak, melainkan harmoni yang indah di dalam rumah kami.
Bagi saya, keluarga bukan sekadar tempat kembali setelah lelah beraktivitas, tetapi juga sekolah pertama yang membentuk karakter. Dari ayah saya belajar arti kerja keras, kemandirian, dan kebanggaan terhadap tanah kelahiran. Dari ibu, saya belajar kesabaran, ketelitian, serta bagaimana cara menghargai orang lain. Dari adik, saya belajar kebersamaan dan arti saling menjaga satu sama lain. Semua itu membuat saya yakin bahwa keluarga adalah pondasi paling kokoh dalam menghadapi segala tantangan hidup.
Kisah keluarga saya mungkin sederhana, tetapi dari kesederhanaan itulah saya menemukan nilai yang sangat berharga. Betawi dan Sunda mungkin berbeda secara budaya, tetapi di dalam rumah kami, keduanya menyatu menjadi harmoni. Perbedaan tidak harus memisahkan, justru bisa memperkaya kehidupan. Dan saya bangga lahir dari keluarga yang memiliki dua warisan budaya sekaligus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI