Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budiman Sudjatmiko Bangun Dialog Antargenerasi demi Sempurnakan Peradaban

22 Maret 2022   05:48 Diperbarui: 22 Maret 2022   06:21 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini menjadi penting ketika bicara dalam konteks kebangsaan (negara), yang harus memiliki kesinambungan antargenerasi. Sehingga dapat tercipta sebuah peradaban dan generasi yang lebih sempurna dari sebelumnya.

A quarter life crisis atau krisis di usia seperempat abad merupakan istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 18 hingga 30 tahun. Kegelisahan dan pencarian diri dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri ataupun lingkungan. Dalam kondisi ini, ketika idealisme menjadi sebuah pilihan, maka hal itu berpotensi menciptakan perubahan.

Sebelum masuk menjadi manusia paripurna, kematangan akan diuji di masa usia krisis ini. Manusia paripurna tak hanya memiliki kapasitas dan keterampilan yang tinggi untuk pemenuhan diri sendiri tetapi juga mensyukuri berkah yang dimilikinya.

Di masa kemerdekaan, tokoh tokoh nasional menginspirasi perubahan di usia muda. Bung Karno berusia 29 tahun saat mengguncang dunia internasional lantaran pidato pembelaannya yang berjudul Indonesia Menggugat mampu membuka mata dunia internasional betapa kejamnya perlakuan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.

Tokoh lainnya seperti
Bung Hatta menjadi ketua Perhimpunan Indonesia di usia 24 tahun. Perhimpunan Indonesia ini yang merupakan cikal bakal kesadaran berbangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang menginspirasi menjadi sebuah bangsa yang merdeka.

Tantangan-tantangan ini berbeda antargenerasi, dari era pra kemerdekaan, era kemerdekaan hingga di era milenial saat ini memiliki tantangan tersendiri.

Jika di era Pra-kemerdekaan, tantangannya adalah keinginan untuk meraih kemerdekaan. Setelah itu, di era mengisi kemerdekaan, tantangannya adalah menghadapi berbagai ketimpangan sosial dan politik yang menghasilkan generasi 66 (eksponen 66) dan aktivis gerakan 98.

Sedangkan di era sekarang, generasi milenial menghadapi tantangan tersendiri.

Kita tak perlu kaget ketika Majalah Time menobatkan
Greta Thunberg dari Swedia yang berusia 16 tahun adalah individu termuda sebagai Person of the Year 2019.
Forbes merilis, dengan dedikasinya, Thunberg mengilhami ratusan ribu anak muda untuk berpartisipasi dalam "pemogokan iklim", yang terbukti memengaruhi para pemimpin dunia dalam seruan mereka untuk perubahan yang transformatif dan mendesak.

Tidak hanya Greta Thunberg. Shamma bint Suhail Faris Mazrui, lulusan University of Oxford diangkat sebagai Minister of State for Youth Affairs di Uni Emirat Arab, di usia 22 tahun. Shamma dinilai berhasil memberdayakan kaum muda di UEA agar aktif dalam masyarakat dan pemerintah mereka.

Nama Gen Z lain adalah Malala Yousafzai, 22 tahun pemenang Hadiah Nobel termuda dalam sejarah pada tahun 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun