Mohon tunggu...
Kezia Artanauli Purba
Kezia Artanauli Purba Mohon Tunggu... Teacher

I am a biology teacher who truly enjoys my profession. I take great pleasure in keeping myself updated with ongoing developments and the evolving teaching methods, while ensuring that every approach remains aligned with established educational values and norms

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengkaji Nilai- Nilai Implementasi Trihita Karana dalam Suatu Tata Ruang Wilayah dan Integrasinya ke dalam Kurikulum SMA

6 Oktober 2025   14:39 Diperbarui: 6 Oktober 2025   14:39 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dimensi terakhir dari Tri Hita Karana adalah Palemahan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan alam. Dalam konteks sekolah, Palemahan mencakup bagaimana tata ruang dan kegiatan diatur agar ramah lingkungan, bersih, hijau, dan berkelanjutan.

Sekolah yang menerapkan Palemahan akan memperhatikan aspek lingkungan dalam setiap rancangan ruangnya. Misalnya, adanya area hijau atau taman sekolah yang berfungsi bukan hanya sebagai penghias, tetapi juga sebagai ruang belajar terbuka. Siswa dapat belajar biologi, seni, bahkan refleksi diri di tengah alam. Sekolah hijau juga biasanya menerapkan sistem pengelolaan sampah terpilah, penghematan air, serta penggunaan energi secara efisien.

Selain itu, Palemahan juga berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan. Tata ruang sekolah yang memperhatikan ventilasi udara, pencahayaan alami, serta jalur evakuasi yang jelas mencerminkan kepedulian terhadap kesejahteraan warga sekolah. Di beberapa sekolah, keberadaan assembly point atau titik kumpul evakuasi menjadi bukti nyata bahwa keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan berjalan beriringan.

Implementasi Palemahan juga bisa masuk ke dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, proyek daur ulang, pembuatan taman vertikal, atau lomba kebersihan antarkelas yang bukan hanya mendidik tanggung jawab, tapi juga menanamkan kesadaran ekologis. Dalam konteks kurikulum Merdeka, sekolah dapat mengaitkan kegiatan tersebut dengan Profil Pelajar Pancasila, khususnya pada dimensi "beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia" serta "berkebinekaan global dan bergotong royong."

Dengan demikian, sekolah yang menerapkan nilai Palemahan bukan sekadar menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan --- menyiapkan generasi yang mampu hidup selaras dengan bumi.

Refleksi dan Penutup

Penerapan Tri Hita Karana dalam tata ruang sekolah bukan hanya urusan estetika atau desain arsitektur, tetapi juga menyangkut filosofi pendidikan itu sendiri. Sekolah yang menata ruangnya berdasarkan prinsip Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan sedang membangun ekosistem belajar yang holistik --- di mana spiritualitas, sosialitas, dan ekologi saling mendukung.

Dalam era pendidikan modern yang sering kali terjebak dalam kompetisi nilai dan prestasi akademik, kearifan lokal seperti Tri Hita Karana menjadi pengingat penting bahwa pendidikan sejatinya adalah proses pemanusiaan. Siswa belajar bukan hanya untuk menjadi pintar, tetapi juga untuk menjadi manusia yang sadar akan hubungan spiritualnya, peduli terhadap sesama, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Ke depan, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memberi perhatian lebih pada integrasi nilai-nilai lokal dalam desain dan kebijakan sekolah. Penataan ruang berbasis Tri Hita Karana dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk menciptakan lingkungan belajar yang seimbang, damai, dan berkelanjutan.

Tri Hita Karana bukan sekadar warisan budaya Bali, tetapi filosofi universal yang relevan bagi siapa pun yang ingin hidup dalam harmoni. Sekolah, sebagai tempat tumbuhnya generasi masa depan, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadikan nilai-nilai ini sebagai bagian nyata dari kehidupan sehari-hari. Melalui tata ruang yang religius, sosial, dan ekologis, sekolah dapat benar-benar menjadi taman belajar yang memanusiakan manusia --- tempat di mana ilmu, iman, dan alam berpadu dalam keseimbangan yang indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun