Mohon tunggu...
Kezia Artanauli Purba
Kezia Artanauli Purba Mohon Tunggu... Teacher

I am a biology teacher who truly enjoys my profession. I take great pleasure in keeping myself updated with ongoing developments and the evolving teaching methods, while ensuring that every approach remains aligned with established educational values and norms

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengkaji Nilai- Nilai Implementasi Trihita Karana dalam Suatu Tata Ruang Wilayah dan Integrasinya ke dalam Kurikulum SMA

6 Oktober 2025   14:39 Diperbarui: 6 Oktober 2025   14:39 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep Parahyangan menekankan pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam konteks sekolah, hal ini tidak hanya berarti menyediakan tempat ibadah, tetapi juga bagaimana lingkungan sekolah mampu membangun suasana spiritual yang damai, penuh rasa syukur, dan menghargai keberagaman keyakinan.

Sekolah yang berlandaskan Parahyangan biasanya menyediakan fasilitas ibadah bagi berbagai agama --- seperti musala, kapel, ruang doa, atau area meditatif. Namun lebih dari sekadar tempat, nilai Parahyangan hidup melalui rutinitas: doa sebelum belajar, refleksi setelah pelajaran, hingga kegiatan keagamaan lintas iman yang menumbuhkan toleransi dan kesadaran spiritual. Dalam banyak sekolah di Indonesia, kegiatan seperti doa bersama setiap pagi atau peringatan hari besar agama menjadi cara sederhana untuk mengintegrasikan nilai ini ke dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, arsitektur sekolah juga dapat mendukung suasana religius. Misalnya, tata ruang yang terbuka, pencahayaan alami yang cukup, serta taman-taman yang menenangkan memberi ruang bagi siswa untuk merenung dan beristirahat secara spiritual. Sekolah yang menempatkan ruang doa di lokasi strategis --- mudah dijangkau dan tidak tersembunyi --- menunjukkan penghargaan terhadap nilai Parahyangan.

Implementasi Parahyangan dalam pendidikan modern juga dapat dilakukan secara simbolik melalui kegiatan yang menumbuhkan nilai kejujuran, rasa syukur, dan kepedulian. Guru berperan penting sebagai teladan spiritual, bukan hanya pengajar pengetahuan. Dengan begitu, sekolah menjadi tempat lahirnya generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga beriman dan berintegritas.

2. Pawongan: Membangun Harmoni dalam Relasi Sosial di Lingkungan Sekolah

Dimensi kedua dari Tri Hita Karana, yaitu Pawongan, berfokus pada keharmonisan hubungan antar manusia. Dalam lingkungan sekolah, nilai ini terwujud melalui interaksi antara guru, siswa, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar. Tata ruang sekolah yang baik dapat menjadi sarana untuk memperkuat nilai-nilai sosial tersebut.

Sekolah yang menata ruangnya secara terbuka dan komunikatif mendorong terciptanya hubungan sosial yang sehat. Misalnya, penempatan ruang guru dan kantor administrasi di dekat area siswa dapat memudahkan interaksi dan menciptakan suasana akrab tanpa sekat hierarki yang kaku. Ruang terbuka seperti kantin, taman, dan area istirahat berfungsi sebagai tempat pertemuan sosial informal, di mana siswa belajar menghargai perbedaan dan berlatih keterampilan sosial.

Konsep Pawongan juga bisa dihidupkan melalui ruang-ruang kolaboratif seperti ruang rapat, ruang konseling, dan ruang kegiatan ekstrakurikuler. Ruang-ruang ini menjadi wadah bagi siswa dan guru untuk berdiskusi, menyelesaikan masalah bersama, dan mengembangkan rasa empati. Kehadiran ruang konselor atau ruang bimbingan dan konseling (BK) mencerminkan perhatian sekolah terhadap kesejahteraan mental dan emosional siswa --- bagian penting dari harmoni antarmanusia.

Lebih jauh lagi, budaya sekolah yang mendukung kerja sama dan kebersamaan merupakan bentuk nyata implementasi Pawongan. Misalnya, program "kelas berbagi" di mana siswa senior membantu adik kelas dalam belajar, atau kegiatan service learning di mana siswa terlibat langsung membantu masyarakat sekitar. Semua ini mengajarkan nilai kemanusiaan yang menjadi inti dari pendidikan berbasis Tri Hita Karana.

Sekolah yang berhasil menanamkan nilai Pawongan akan menghasilkan generasi yang mampu bekerja sama, menghormati perbedaan, dan memiliki empati sosial yang tinggi --- kualitas yang sangat dibutuhkan di era globalisasi yang kompleks dan individualistik.

3. Palemahan: Menata Sekolah yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun