Mohon tunggu...
M. Cheyza Aghnanta Wijaya
M. Cheyza Aghnanta Wijaya Mohon Tunggu... MAHASISWA

Mahasiswa Aktif UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Politik

Abikoesno Tjokrosoejoso: Arsitek Pendiri Bangsa yang Terlupakan

21 September 2025   09:26 Diperbarui: 21 September 2025   09:26 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:RM_Abikusno_Tjokrosujoso,_Pekan_Buku_Indonesia_1954,_p247.jpg)

Penulis: M. Cheyza Aghnanta Wijaya (172251097)

Pendahuluan
Raden Mas Abikoesno Tjokrosoejoso adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, namanya mungkin tidak begitu familiar bagi kita. Lahir pada 15 Juni 1897, ia wafat pada 11 November 1968, meninggalkan warisan yang signifikan sebagai salah satu bapak pendiri bangsa.

Perannya sangat krusial dalam pembentukan negara Indonesia. Ia merupakan bagian dari kelompok kecil bernama Panitia Sembilan, tim khusus yang bertugas menyusun pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tim inilah yang juga menyusun dokumen bersejarah yang dikenal sebagai Piagam Jakarta, yang menjadi dasar pembukaan Undang-Undang Dasar kita.  Sebagai salah satu penyusun awal Undang-Undang Dasar Indonesia, Abikoesno membantu menetapkan landasan hukum negara merdeka baru. Ia bahkan menandatangani konstitusi, menjadi saksi sekaligus peserta dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Sayangnya, meskipun kontribusinya yang besar dalam pembentukan negara, pejuang dan arsitek bangsa ini kurang dikenal oleh masyarakat umum. Tanpa kerja kerasnya, bersama tokoh-tokoh lain, dalam merumuskan dasar-dasar negara, Indonesia mungkin tidak memiliki dasar hukum yang kokoh seperti yang ada saat ini.

Latar Belakang Keluarga dan Kelahiran
Abikoesno lahir pada tanggal 15 Juni 1897 di Delopo, di wilayah Madiun. Ia berasal dari keluarga bangsawan, ayahnya memiliki keturunan bangsawan yang dapat ditelusuri hingga nenek moyang yang dihormati. Keluarganya memiliki garis keturunan yang sangat terhormat. Abikoesno adalah cucu buyut dari R.M. Adipati Tjokronegoro, seorang bupati Ponorogo dari generasi Kyai Ageng Hasan Besari, seorang cendekiawan yang sangat dihormati.

Menarik untuk dicatat bahwa Abikoesno memiliki seorang saudara yang juga merupakan tokoh penting dalam sejarah gerakan Indonesia, Oemar Said Tjokroaminoto. Saudaranya merupakan salah satu pemimpin awal organisasi Sarekat Islam, salah satu organisasi gerakan nasional yang memiliki pengaruh besar pada masa itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia mengalir dalam darah keluarga ini. Dari tokoh yang memimpin organisasi gerakan hingga tokoh yang berkontribusi pada pembangunan fondasi negara, keduanya memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, meskipun dengan metode dan posisi yang berbeda.


Pendidikan Arsitektur
Berkat latar belakang keluarga bangsawanya, Abikoesno beruntung mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Koningin Emma, salah satu sekolah paling bergengsi pada masanya, dan mempelajari arsitektur di sekolah menengah kejuruan Belanda di Surabaya. Yang menarik dari latar belakang pendidikannya adalah metode belajar yang ia terapkan. Abikoesno sebagian besar belajar secara otodidak, artinya ia belajar sendiri dengan tekun dan disiplin. Metode belajar mandiri ini membuahkan hasil, karena ia lulus pada awal Juni 1917.

Kecerdasan dan kemampuan luar biasanya tidak berhenti di situ. Setelah lulus, Abikoesno, yang tidak puas, terus mengasah kemampuannya. Ia melanjutkan pendidikan tinggi dengan mengikuti kursus-kursus yang khusus dirancang untuk profesi arsitektur. Hal ini menunjukkan bahwa sejak usia muda, Abikoesno memiliki hasrat besar untuk belajar dan tidak mudah puas dengan apa yang telah ia capai. Kombinasi antara kesempatan yang baik dan kerja keraslah yang membuatnya menjadi tokoh yang akan memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia.

Karier Politik dan Perjuangan Kemerdekaan

Kepemimpinan PSII
Setelah kematian saudaranya, HOS Tjokroaminoto, pada 17 Desember 1934, Abikoesno terpaksa mengambil alih kepemimpinan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Tugas ini tentu saja tidak mudah: ia harus mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh seorang pemimpin karismatik dan berpengaruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun