Mohon tunggu...
Kevin Anthony Prasetya
Kevin Anthony Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam dunia komunikasi. Dalam laman ini saya juga akan mencoba untuk mengembangkan diri dalam dunia penulisan dan berbagi informasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Kembang, Saksi Sejarah Perkembangan Film Indonesia

21 September 2023   15:32 Diperbarui: 21 September 2023   17:52 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexels.com)



Perkembangan film di Indonesia sungguh tidak dapat dipungkiri. Banyaknya bioskop yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dan munculnya berbagai film karya anak bangsa menjadi buktinya. Penggemar film pun semakin meluas dari berbagai kalangan usia dan status sosial. Perkembangan film di Indonesia juga mendapat dukungan langsung dari pemerintah lewat Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Seperti yang dikutip pada laman kemenparekraf.go.id, Kemenparekraf berkolaborasi bersama Bizhare dan Adhya Group untuk melakukan pembiayaan terhadap produksi 4 film Indonesia. Namun, dari perkembangan film di Indonesia yang telah dapat dirasakan saat ini terdapat sejarah panjang dibaliknya.



Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya mengenai awal film masuk ke Indonesia hingga saat ini, dimana film sangat mudah dijumpai di Indonesia. Dalam sejarah, Indonesia memiliki sebuah budaya yang memiliki konsep dasar dari film, yaitu wayang. Beberapa aspek seperti gambar bergerak dengan plot cerita, serta pesan moral terkandung dalam sebuah pertunjukan wayang yang telah dikenal sejak 1.500 sebelum Masehi, (Astuti, 2022). Dengan plot cerita yang menghibur menjadikan khalayak pada saat itu tertarik dengan pertunjukan wayang, bahkan hingga saat ini.


Waktu yang terus berlalu, mengantarkan Indonesia pada era penjajahan oleh Belanda. Penjajahan yang menyengsarakan itu juga membawa sebuah pengetahuan lebih mengenai film bagi sebagian orang pribumi saat itu. Bangsa Belanda yang datang sebagai penjajah juga mendatangkan dan memperkenalkan sesuatu yang dinamakan gambar hidup atau video sebagai konsep dari sebuah film. Gambar hidup tersebut pada saat itu menjadi sarana hiburan yang dipertunjukkan secara tertutup, hanya bagi para orang Eropa dan para petinggi pribumi yang ada di Hindia Belanda saat itu, (Astuti, 2022).


Saat ini, kita dapat dengan mudah menonton film di bioskop. Deretan nama bioskop dapat dengan mudah ditemui hampir di seluruh daerah di Indonesia, yang menyajikan bermacam genre film dari dalam maupun luar negeri. Namun jika berbicara mengenai Indonesia di zaman lalu, tepatnya pada tahun 1910, bioskop hanya akan dapat ditemui di Batavia (saat ini Jakarta). Pada tahun 1910 merupakan tahun hadirnya bioskop untuk pertama kalinya di Indonesia yang dibuat oleh pedagang Tionghoa saat itu, (Astusi, 2022). Dengan hadirnya bioskop tersebut, film dapat dinikmati secara umum oleh masyarakat yang mampu untuk membayar.


Perkembangan film di Indonesia terus berjalan hingga terbentuk untuk pertama kalinya sebuah perusahaan film di Kota Kembang, Bandung pada tahun 1926. Sebuah perusahaan film milik  L. Hueveldop dan G. Kruger yang bernama NV Java Film Company. Perusahaan film ini juga berhasil memproduksi sebuah film pertamanya, yaitu film bisu yang berjudul Loetoeng Kasaroeng di tahun 1926, (Astuti, 2022). Mengutip pada laman nationalgeographic.grid.id, film Loetoeng Kasaroeng sesuai judulnya mengangkat kisah Lutung Kasarung yang merupakan sebuah kisah yang berasal dari masyarakat Sunda yang telah melegenda. Dalam film tersebut, L. Heuveldop dan G. Kruger sebagai sutradara juga menggandeng orang-orang pribumi untuk menjadi aktor pada film tersebut


Poster Film Loetoeng Kasaroeng (commons.wikimedia.org)
Poster Film Loetoeng Kasaroeng (commons.wikimedia.org)


Di Indonesia, terdapat dua nama penting yang tidak dapat lepas dari jalannya perkembangan film Indonesia, yaitu Usmar Ismail (1921-1971) dan Djamaluddin Malik (1917-1970). Usmar Ismail yang juga dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia, yaitu seorang pendiri Perusahaan Film Nasional (Perfini), sedangkan Djamaluddin Malik yang sering disebut sebagai Bapak Industri Film Indonesia dan penggagas Festival Film Indonesia merupakan seorang yang mendirikan Perseroan Artis Indonesia.


Demikian sejarah singkat perfilman di Indonesia, kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus mengambil bagian dalam perkembangan perfilman di Indonesia dengan memberi dukungan. Dukungan yang dapat kita lakukan yaitu menonton film karya anak bangsa dan menghindari menonton film melalui situs ilegal. Maju perfilman Indonesia!



Daftar Pustaka:

Astuti, V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Hendriyani, I. G. (2023, Februari 24). Siaran Pers: Kemenparekraf Fasilitasi Pembiayaan Produksi 4 Film Indonesia Melalui Finscoin. Retrieved from KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF: https://kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-kemenparekraf-fasilitasi-pembiayaan-produksi-4-film-indonesia-melalui-finscoin

Pranata, G. (2021, Agustus 27). Melihat Produksi Loetoeng Kasaroeng, Film Bisu Pertama Indonesia. Retrieved from National Geographic Indonesia: https://nationalgeographic.grid.id/read/132855487/melihat-produksi-loetoeng-kasaroeng-film-bisu-pertama-indonesia?page=all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun