Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menimbang Kembali Sarkasme "Orang Tuaku, Babysitterku"

1 November 2017   15:53 Diperbarui: 1 November 2017   20:30 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nama aku Kanaya Maheswari.|Dokumentasi pribadi

Sebelum lanjut, kenalin dulu ya. 28 Agustus 2017 si cempluk ini lahir. Sejak di dalam perut maminya, saya memang sudah berkomitmen untuk tidak memberikan nama kebule-buleankaya papinya, sepanjang hidup jadi bahan bully, karena muka enggak sesuai dengan nama --Heeeh. Dengan pertimbangan matang dan tidak asal, saya beri nama Kanaya Maheswari. Saya mengambil nama dari gabungan antara nama Indonesia dengan Jawa, yang artinya Bidadari cantik yang menemukan jalan penghidupan yang tenteram, bahagia dan sempurna. Saya beri nama ini biar si cempluk ini tahu jika nanti dewasa ia tahu asalnya dari Indonesia dan turunan orang Jawa, jangan suka menghayal kaya papinya yang ngaku turunan orang Jerman.

Jadi, ceritanya di bulan November ini si cempluk sudah berusia menuju tiga bulan. Senangnya, dia sudah bisa diajak main, sudah bisa mengenali warna-warna (paling seneng kalo diajak Papinya nonton bola, haha), sudah bisa mengenali siapa Papi, Maminya. Sedihnya, beranjak tiga bulan ini juga jatah cuti bulanan Maminya yang ikutan habis. Rasanya ya campur aduk, enggak tega ninggalin si cempluk ini ditinggal kerja. Malah sampe kepikiran kalo saya aja deh yang resign, ngurusin anak. Tapi nanti masa ya keluarga ini makan nasi aking terus, muehehe.

Solusi yang kita cari, akhirnya terpaksa ubek-ubek informasi soal babysitter. Walaupun tetap juga bakalan dititip di rumah orang tua, karena saya sendiri khawatir jika hanya ditinggal sendiri di rumah. Tau sendiri lah ya, penculikan modusnya ajaib-ajaib. Setelah sepanjang bulan saya coba cari yang cocok, sampai sekarang masih juga belum ketemu yang pas. Ada yang murah banget, tetangga yang kebetulan nganggur, eh akhirnya enggak jadi. Ada yang murah juga, tapi ngeliat cara dan penampilannya kok jadi enggak yakin. Ada yang professional banget, sudah pengalaman bahkan di luar negeri, tapi gaji yang diminta malah ngalahin gaji saya, mumet.

Problem ini saya ceritakan ke ibu saya, dan jawabannya...

*Seeeeeeeeeeeeeeeeeeeetttt
Rewind kaset, flashback dulu.

Ada momen mengharukan setelah saya memutuskan untuk menikah. Beberapa bulan setelah saya nikah, ibu saya rasanya seperti selalu kangen dengan saya, tiap hari Whatsapp. Enggak biasanya sih, waktu masih tinggal bareng orang tua ya enggak pernah manja-manjaan sampai kangen-kangenan, ya sewajarnya anak cowo lah. Setelah saya pikir-pikir dan sadari, oh ya wajar kangen. 

Rumah memang beneran terasa sangat sepi sekarang. Kakak yang juga sudah berkeluarga tinggal nun jauh di Bekasi, kalo mau jengukin cucunya harus terpaksa mengarungi jalanan macem Padang Mashyar, enggak abis-abis. Kalau Bekasi jadi merdeka, paspor orang tua saya mungkin bakalan sering dicap. Haha.

Saya yang juga sudah pindah rumah, jadi membuat rumah semakin sepi. Dan adik saya yang masih kuliah, juga pulangnya jarang-jarang karena banyak tugas. Lengkap sudah. Orang tua saya yang baru saja pensiun, bingung apa yang harus dilakukan setiap hari. Kebun di belakang yang tadinya cuma buat duduk, sekarang sudah disulap jadi kolam ikan, sampai jadi lokasi urban farming saking enggak ada kerjaannya.

Dan, jawaban dari ibu saya setelah menceritakan problem tadi adalah menerima dengan muka super sumringah dan saya belum pernah lihat sepanjang hidup saya.

"Ngapain nyewa babysitter, Naya sama Mamah aja biar Mamah ada yang ngajak mainan, nanti kalo Mamah Qosidahan bisa Mamah ajak"

Sesaat ibu saya bilang seperti itu, kok saya jadi ingat betul ada salah satu artikel yang membahas fenomena ini. Ada salah satu orang tua yang keberatan dititipkan cucunya, karena menganggap dirinya bukan babysitter. Saya berulang kali bertanya apa benar ibu saya tidak keberatan. Dalam artikel itu membahas fenomena keluarga muda yang selalu membebankan masalah mengurus anak kepada orang tuanya, loh ya saya merasa tercolek, apa jangan-jangan saya juga seperti itu. Apa jangan-jangan nanti tetangga juga bakalan berpikir saya tipikal orang tua muda yang ogah ngurus anak. Ah, pers***n dengan tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun