Mohon tunggu...
kesatria sughani
kesatria sughani Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Desainer, Ilustrator, freethinker

Lahir di Jakarta, 16 April 1984. gemar membaca, menulis, dan menggambar. Pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMK Broadcast Ghama Caraka Depok dan telah mendapatkan sertifikasi sebagai pendidik oleh Kementrian Pendidikan Republik Indonesia untuk materi ajar Bahasa Indonesia. Gemar Seni, filsafat, dunia pendidikan, dan banyak lagi yang lainnya. Sekarang telah menjadi ASN dan bertugas di SMA Negeri 1 Depok sebagai Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendidik Anak Menjadi Taat

14 Januari 2021   15:37 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:52 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai guru, lebih banyaknya di era Pandemi, saya kerap menemui keluhan dari orangtua siswa yang menurut pengakuan, mereka tidak dapat membuat anaknya mengikuti arahan yang baik. 

Diceritakan bahwa mereka melihat putra-putrinya terus menerus menggunakan gadget ketika di rumah. Kemudian makan, minum, dan buang air. Hidupnya sebatas itu. Mereka mengaku mengalami kesulitan untuk mengarahkan anak-anaknya mengerjakan tugas, belajar dan bersikap baik selayaknya diinginkan oleh para orangtua. 

Mungkin banyak orangtua di luar sana mengalami permasalahan yang serupa. Anak tidak taat, susah diminta bekerja sama dan mengikuti arahan. Maka pada kesempatan kali ini, izinkan penulis berbagi pengalaman, berbagi pemikiran yang mungkin dapat bermanfaat, memberikan inspirasi, dan dapat dipraktikan kemudian harinya untuk menjadikan anak-anak kita taat kepada apa yang kita inginkan.

MILIKI NILAI

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap anak akan selalu mencontoh apa dan siapa yang dilihatnya. Kita sebagai orangtua adalah orang pertama yang paling banyak diamati oleh anak-anak kita. 

Anak melihat apa yang kita perbuat dan apa yang kita ucapkan. Apabila kita sering berucap kasar, maka anak akan memiliki banyak kosa kata yang biasanya ikut kasar. Jika orangtua tidak beribadah, maka anak pun akan enggan pula untuk ibadah. artinya anak akan mencontoh orangtuanya.

Banyak orangtua sebenarnya menyadari hal ini. namun mereka terkadang menyerah atau mungkin tidak percaya diri dan lebih memilih menyerahkan urusan keteladanan ini kepada orang lain. 

Orangtua berlomba-lomba mengirimkan anaknya ke sekolah-sekolah favorit agar nilai-nilai agama dan nilai-nilai positif yang diharapkan tumbuh dalam diri anak. Ini bukanlah sesuatu yang salah. Namun menurut apa yang saya amati selama menjadi guru, pada umumnya anak-anak yang dididik dengan cara ini akan lebih patuh kepada gurunya daripada orangtuanya.

Bisa saja, guru yang baik akan mengajarkan anak agar menghormati orangtua, tapi kita semua tentu menyadari, bahwa efeknya akan sangat berbeda antara orangtua memiliki nilai dengan orangtua yang hanya mengandalkan guru.

Anak yang orangtuanya memiliki nilai bukan hanya taat, melainkan bangga memiliki orangtua. Secara otomatis, anak akan taat pada kita yang dihormati dan dibanggakannya.

Sebagai orangtua, kita memang harus memiliki nilai. jika kita ingin anak kita jujur, maka kita sebagai orangtua sudah sepatutnya lebih dahulu jujur. jika kita ingin anak kita menepati janji, maka kita pun sepatutnya menepati janji..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun