Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Siapkah Kita Menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh?

7 Mei 2020   19:08 Diperbarui: 7 Mei 2020   19:07 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Wahana Visi Indonesia

Pendidikan, merupakan salah satu yang terkena dampak akibat pandemi covid-19. Semua pembelajaran tatap muka dialihkan secara daring dan jarak jauh, dengan konsep belajar dari rumah. Tambahannya, kebijakan besar menghapus Ujian Nasional (UN) pun sudah dilakukan.

Namun, Apakah "Belajar dari Rumah" memiliki persepsi yang sama pada praktiknya? Apakah seirama dengan tujuan yang selama ini digaungkan?

Jika menjawab cepat dengan beberapa hasil riset yang saya lakukan dua bulan belakangan. Saya berpendapat jika persepsi "Belajar dari Rumah" belum memiliki sebuah keseragaman. Banyak sekali informasi bahkan kebijakan yang bias di berbagai pihak. Bahkan ketiga pihak utama yang berperan di dalamnya, yaitu guru, siswa, dan orangtua.

Selama dua bulan, saya mewawancarai 18 orang secara bertahap di daerah Depok, Bekasi, Cikarang, dan Tangerang. Saya memetakan dengan jumlah 5 orang guru sekolah, 7 orangtua, dan 6 orang pelajar. Selain menjadi kebutuhan pekerjaan, sayapun penasaran apa tantangan yang dihadapi mereka selama pandemi ini.

Saya juga mengikuti beberapa diskusi daring yang membahas soal pendidikan. Di antaranya, sharing session yang dilakukan Taman Baca Inovator bersama Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), pada 30 April lalu.

Pada sesi ini, dikatakan bahwa belajar jarak jauh bukan berarti semua menjadi daring. Banyak pilihan yang bisa dipertimbangan. Memanfaatkan life skill dan kreativitas dengan orangtua di rumah misalnya. Cara lainnya adalah memaksimalkan teknologi lain, jika internet sulit dijangkau.

Seperti yang sudah diaplikasikan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Wilayah yang belum memiliki akses internet yang stabil. Ibu Titis adalah salah satu guru SD, mengaku terbantu dengan program Radio Republik Indonesia (RRI) dengan mengajak komunitas guru berkolaborasi mengisi program belajar yang disiarkan khusus selama pandemi.

Di sisi lain, pemerintah juga mendukung pembelajaran melalui saluran TVRI. Tapi, di daerah Cikarang contohnya. Hanya 30% dari jumlah siswa per kelas yang tertarik dengan pembelajaran pada saluran TVRI. "Anak-anak beberapa tidak mau disuruh belajar bareng TVRI, maunya tugas langsung dari gurunya." Ujar Ibu Is (Guru SDN Pasirsari 02).

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu pendidikan Indonesia saat kondisi seperti ini? Kemarin pada 06 Mei, saya juga mengikuti lagi diskusi daring yang diselenggarakan Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Tema yang diangkat sangat menarik, "Suaraku Lawan Covid-19: Implementasi Kebijakan Belajar dari Rumah - Perspektif Anak". Diskusi daring ini menghadirkan beberapa narasumber seperti:
1. Lenny Rosalin (Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia)
2. Tira Maya Malino (Analis Kebijakan Publik Wahana Visi Indonesia)
3. Jamjam Muzaki (Seknas SPAB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
4. Ade (Ketua Forum Anak Jakarta Utara)
5. Mira (Ketua Forum Anak Waupnor, Biak, Papua)

Diskusi ini sedikit mencerahkan saya. Bahwa, ternyata sangatlah penting untuk "Mendengarkan Suara Anak." Anak yang notabene sebagai pelaku pembelajaran. Pada diskusi ini, dihadirkan suara dari 30 anak perwakilan wilayah barat dan timur. Mereka berasal dari berbagai wilayah dan latar belakang. Inilah gambaran 6 dari 30 suara Anak Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun