Lilin-lilin kecil kunyalakan di ketenangan malam
Dingin yang masih terasa meski tubuh berselimut tebalÂ
Remangnya menyinari pelataran jiwa dan kalbu yang redup redam.Â
Untuk sebuah perdamaian yang tiada kunjung datang
Negeri penuh intrik dan permainanÂ
Anarkisme, puritanisme butaÂ
Oh alangkah durhakanya.
Sangkamu surga milikmu
Padahal neraka kau cipta di keseharianmuÂ
Pikirmu kekal hidupmuÂ
Padahal debulah kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!