Mengejar bayangmu ke balik pepohonan hijau yang membentang sepanjang jalan protokol kota tua
Bermandikan cahaya redup temaram senjaÂ
Berharap menemui dirimu meski tak siap menyambut kenyataanÂ
Orang-orang melingkari meja taman sambil menikmati jatuhnya hariÂ
Berpamitan dengan cahaya siang dan menemani samar temaram lampu buatan.
Memeluk bayangmu melingkari ingatan, kadang kosong
Seperti memandang riak air telaga saat rintik hujan musim gugur jatuh satu-satu mengaburkan pandanganÂ
Atau cermin kabur oleh uap air panas dari cangkir kopi setengah pahitÂ
Melayang jauh, mengambang lalu jatuh terkulaiÂ
Pada baris-baris kata yang tertulis rapi pada catatan harian, tapi terhapus oleh peluh yang tak sengaja jatuh membaringkan diri, lalu kering dan meninggalkan jejak pada kertas dan kata yang tak lagi utuh.
Memeluk bayangmu itu mimpi sambil berjalan, di bawah sadar, lamunan panjang. Kemarau membakar dan sore menjadi saat yang dinanti, duduk melingkari meja di taman, mandi cahaya lampu temaram dan mimpi yang menua.Â