Mohon tunggu...
Kemenko PP BEM KM UMY
Kemenko PP BEM KM UMY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kementerian Koordinator Pergerakan dan Pengetahuan merupakan bidang yang dimiliki oleh BEM KM UMY 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis Pangan Indonesia: Petani dan Generasi Muda Sebagai Pilar Utama

16 Oktober 2022   22:26 Diperbarui: 17 Oktober 2022   11:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komoditas pangan dengan karakteristik mudah rusak, kelangkaan lahan produksi pertanian, sarana dan prasarana penunjang pertanian yang kurang memadai, serta penanganan panen dan pasca panen yang buruk mendorong pemerintah untuk turun tangan dengan memberlakukan kebijakan ketahanan pangan.

Masalah lain yang terjadi selama proses distribusi. Sebagian besar stok pangan yang tersedia di daerah produksi harus tersebar di seluruh wilayah geografis. 

Namun, infrastruktur dan fasilitas distribusi seringkali terbatas dan, dalam beberapa kasus, lebih mahal daripada distribusi di seluruh dunia. 

Mengirim sapi dari Nusa Tenggara ke Jakarta, misalnya, tampaknya lebih mahal daripada mengirim sapi dari Australia ke Jakarta; Demikian pula, pengiriman beras dari Surabaya ke Medan lebih mahal daripada pengiriman beras dari Vietnam ke Jakarta.

Petani, Pagar Utama Keselamatan Ketahanan Pangan 

Setelah membahas ketahanan pangan dalam bentuk data, perlu diperhatikan bahwa ada siapa sebenarnya tokoh dibalik penggerak pangan negara selama ini. Mereka adalah Penyangga Tatanan Negara Indonesia (Petani).

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) petani berasal dari kata tani, artinya mata pencaharian dalam bentuk bercocok tanam. Secara istilah petani dapat diartikan orang yang melakukan kegiatan pada sektor pertanian, baik pertanian kebun, ladang, sawah, perikanan dan lainnya pada suatu lahan yang diusahakan dengan tujuan keuntungan ekonomi (Hadiutomo,2012)

Namun yang masih menjadi persoalan terbesar para petani hari ini perihal penghasilan yang tidak membaik dari waktu ke waktu. Hal tersebut dapat dilihat pada data sensus 2013 bahwa rata-rata lahan per rumah tangga petani di Indonesia hanya 0,66 hektare. Bahwa pendapatan petani permusim tanam adalah Rp4,95 juta/per hektare atau per bulan sekitar Rp1,25 juta/bulan. Dengan demikian instrumen yang paling tepat untuk meningkatkan kesejahteraan adalah bukan peningkatan harga melainkan peningkatan skala usaha.

Dari penjelasan di atas sudah cukup jelas bahwa posisi petani tergolong masyarakat kelas bawah. Padahal dari mereka, masyarakat dapat kenyang dan menikmati hidup dengan pendidikan yang cukup serta berpenghasilan tinggi.

Selain penghasilan, pekerjaan rumah (PR) petani indonesia saat ini adalah kapasitas mereka dalam mengelola tanah agar tanaman yang mereka rawat menghasilkan kualitas jempolan. 

Mereka juga perlu pendidikan atau pelatihan untuk mengetahui cara-cara menanam dengan teknologi baru agar pada saat musim tanam mereka dapat terbantu. Jadi sangat disayangkan jika kondisi petani kita saat ini sedang tidak baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun