Mohon tunggu...
Kemal Jam
Kemal Jam Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menulis dan Mengamati sekitar.

Mengamati apa yang nampak, dan menggali apa yang tak nampak. Kontak langsung dengan saya di k3malj4m@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rebranding Hijrah, Jangan Monopoli Hijrah

1 September 2019   02:47 Diperbarui: 2 September 2019   04:13 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokpri

Dr. Abad Badruzzaman menjelaskan dalam bukunya bahwa Al-Quran tidak turun dalam ruang hampa. Ia turun dalam ruang sejarah yang memiliki tatanan sosial, budaya dan pranata lainnya. Al-Quran turun untuk menyapa, berdialog, dan berdialektika dengan semua itu.

Poinnya adalah Al-Quran sebagai ajaran Islam dapat memberi solusi di masa itu karena yang tertuang di Al-Quran mengandung solusi terhadap masalah sosial kemasyarakatan masa itu.

Seharusnya begitulah ajaran Islam saat ini dikembangkan, yaitu harus mampu mengejawantahkan nilai Al-Quran agar memberi dorongan yang produktif untuk mencapai solusi-solusi sosial kemasyarakatan saat ini terhadap masalah sosial, bukan sebaliknya.

Hijrah kekinian yang dapat kita lakukan bisa banyak sekali, karena sebagai individu, anggota, bangsa dan sebagai umat Islam kita memiliki masalah yang tidak sedikit dan berbeda-beda.

Hijrah kekinian Bagiku

Sebagai umat Islam mungkin kita perlu hijrah dari pola pikir sempit dalam beragama. Maksudnya mengurangi ketergesa-gesaan menghujat paham lain yang tidak sepaham. Ada baiknya mempelajari sudut pandang orang lain agar kita saling memahami.

Gunakan kata-kata yang sopan dalam berdialog. Bukankah dalam sejarah kita dapati para sahabat dan para imam berbeda pendapat, namun perbedaan mereka tidak menjadikan mereka menghina satu dengan lainnya. Dan bukankah kita juga diperintahkan untuk tidak menghina tuhan-tuhan agama lain, dan tidak memaksakan agama kepada orang lain.

Sebagai bangsa saat ini kita sedang membutuhkan negara yang bersatu, dan kuat secara ekonomi. Paling tidak kedua hal itulah yang paling mendesak, selain juga masalah korupsi dan moralitas.

Maka ada baiknya saat ini kita hijrah dari kebiasaan yang bisa memecah belah bangsa, seperti perilaku memicu sentimen SARA. Hijrah dari kebiasaan menyebar hoax, kebiasaan gampang membagi berita tanpa validasi.

Mungkin kita harus hijrah dari kemalasan yang mengantarkan pada kemiskinan. Hijrah dari mindset mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja. Hijrah dari mindset konsumen menjadi produsen. Hijrah dari jago impor menjadi jago ekspor.

Sebagai masyarakat global kita dihadapkan dengan masalah pemanasan global, sampah plastik, dan kelangkaan air bersih. Mungkin kita harus mulai hijrah dari sumber energi batu bara dan minyak ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Hijrah dari plastik dengan mengurangi pemakaiannya. Hijrah dari boros air bersih menjadi hemat air bersih.

Terakhir, sebagai individu, mungkin saya harus hijrah dari kebiasaan males mencatat waktu dapet ide biar ide-idenya tidak menguap. Atau harus hijrah dari nulis jarang-jarang ke nulis sering-sering. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun